Chapter 2

126 25 11
                                    

(Nayara's POV)

Kriiiing....kringggg...kringgg

Bunyi jam waker membangunkanku dari tidurku semalam. Mmhhh, aku menggeliat diatas kasurku lalu melihat jarum jam yang masih berada di angka 5 dan 7 kemudian kembali melanjutkan tidurku.

Aku memejamkan mata untuk kembali melanjutkan tidurku yang terpotong, namun sepertinya mataku tidak bisa diajak kompromi, akhirnya aku memutuskan untuk duduk sejenak disisi ranjang kemudian menyiapkan seragam sekolah dan mandi.

'SMA Airlangga Jakarta' aku membaca nama sekolah yang tertulis diatas name tag-ku. Aku mengernyitkan dahi, sepertinya ada yang salah dengan nama sekolah yang tercantum diatas name tag-ku. Bukankah aku bersekolah di SMA Nusa 1 Surabaya?...

Tik tok tik tok tik tok...

Ya Ampun, aku lupa kalau aku sekarang tinggal di Jakarta yang macetnya 2 kali lipat dari pada Surabaya. Aku kembali melihat jam yang sekarang sudah menunjukkan pukul 5 lebih 45. Langsung saja aku berlari menuju kamar mandi untuk melakukan ritual pagiku. Apalagi kalau bukan mandi.

15 menit kemudian aku keluar dari kamar mandi dan memakai seragam sekolah, tak lupa pula aku menguncir rambutku dengan gaya pony tail, kemudian memoles wajah dan bibirku dengan bedak dan lip glows.

Setelah itu aku langsung menyambar tas dan kunci mobil yang semalam kutaruh diatas meja belajar kemudian berlari menuju ruang makan untuk sarapan bersama papa.

Sesampainya diruang makan, aku tak melihat papa, aku hanya melihat selembar kertas memo bertuliskan,

'Nayara, maaf hari ini papa tidak bisa mengantarmu kesekolah karena ada meeting mendadak pagi ini. sekolahmu ada di Jl. Angkasa no 100.

-Papa'

Meeting lagi meeting lagi, sepenting itukah meeting dibanding aku? Gerutuku dalam hati. Menyebalkan. Dimana papa yang dulu? Dimana papa yang selalu memprioritaskan aku? Dimana pula jalan Angkasa no 100 itu?????

Aku berusaha menenangkan pikiranku, percuma saja aku menggerutu tidak jelas dalam hati, jalan Angkasa tidak akan berpindah disamping rumahku.

Aku berusaha mencari ide dengan duduk bertopang dagu, yah biasanya dengan duduk seperti ini aku memperoleh ide.
Aha!!! Telepon Ghani, kenapa tidak dari tadi saja aku menelpon Ghani. Aku mencari nama Ghani didaftar kontak teleponku. Kok gak ada? tanyaku dalam hati, sialllll kemarin aku lupa meminta nomor telpon Ghani. Aku berusaha mencari cara agar aku bisa sampai disekolah pukul 7 tepat, namun nihil, tidak ada satu ide pun yang mucul diotakku.

Sekarang sudah pukul 06.20 dan aku masih memikirkan cara agar sampai kesekolah tepat pukul 7. Aku tidak ingin terlambat kesekolah dan aku tak mau melewatkan hari pertamaku disekolah baru.

Ting tong

"Nayaaaaaaa..."

Setelah mengalami kesialan, sepertinya dewi Fortuna kembali berpihak kepadaku. Aku mendengar suara bel rumahku lalu disusul dengan suara cemplang Erry, langsung saja aku berlari menuju ruang tamu kemudian membuka pintu dan berangkat kesekolah.

***

Aku dan Erry berjalan bergandengan menuju mading yang penuh sesak oleh siswa-siswi yang bergerombolan. Untuk apa? Untuk mencari lokasi kelas yang akan mereka huni satu tahun kemudian.

Aku mencari namaku pada daftar absensi seluruh siswa kelas 11 IPS, begitu juga dengan Erry.

Errina Ardhana Veranda, aku melihat nama Erry tertulis pada daftar siswa kelas 11 IPS 3 lalu dibawahnya tertulis nama Ghani Pramana. Lalu dimana namaku? Tanyaku dalam hati. Sepertinya aku harus mengecek ulang namaku pada seluruh daftar siswa kelas 11.

"Nayaaaa.... kita sekelas!!!" Seru Erry dengan suara cemplangnya yang mengharuskanku untuk menutup telinga.

Aku mengernyitkan keningku, "Mana?"

Erry menunjuk nomor paling bawah pada daftar siswa kelas 11 IPS 3, Aleyza Nayaraputri Wijaya. Oh ternyata aku melewatkan satu nomor absen terakhir pada daftar siswa kelas 11 IPS 3.

"Ayo kekelas." Ajak Erry setelah aku menemukan namaku pada daftar siswa.

Selama perjalanan menuju kelas, Erry bercerita panjang lebar tentang kakak kelasnya yang bernama Rasya, orang yang ia sukai selama 1 tahun. Selain itu ia juga banyak menceritakan tentang Ghani. Dan aku baru tahu jika selama diSMA Ghani banyak digandrungi oleh cewek-cewek genit, padahal aku ingat sekali seperti apa dulu Ghani ketika SMP, culun, dan selalu menjadi korban bully dikelas.

Aku merasakan ada seseorang yang menepuk pelan pundakku, "Rin, lo lihat Chandra gak?" Tanya seseorang itu.

Aku mengernyitkan dahi lalu membalikkan badan kebelakang, aku mendapati seorang cowok tampan berdiri didepanku.

Wajahnya merah padam ketika tubuhku sepenuhnya menghadap kearahnya. Mungkin salah orang, pikirku.

"Ehm, sorry salah orang." katanya lalu berbalik badan dan berjalan menuju koridor. Lalu ia menoleh sekilas kebelakang, lebih tepatnya kearahku. Aku tersenyum melihatnya. Lucu, batinku.

"Itu namanya kak Arga, dia teman satu band-nya kak Rasya." Kata Erry tepat ditelingaku. Aku menutup telingaku, bukan karena suara cemplangnya, tapi karena ucapannya barusan membuatku kaget.

(Nayara's POV end)

***

"Ehm, sorry salah orang." Ucap Arga dengan wajah merah padam menahan malu kepada seorang gadis yang ada didepannya lalu berbalik badan dan berjalan menuju koridor, lalu menoleh sekilas kearah gadis yang berdiri beberapa meter darinya.

Matanya menyipit ketika ia mendapati gadis itu tersenyum kearahnya. Arga merasa pernah mengenali gadis itu, lebih tepatnya senyuman gadis itu.

Arga berjalan memasuki koridor sebelum ia menaiki tangga yang merupakan akses untuk menuju lantai 2. Ia masih memikirkan gadis itu, siapa lagi kalau bukan gadis yang tadi ia panggil 'Rin'.

Arga mengacak rambutnya frustasi, mengingat kejadiaan tadi membuatnya pusing. Bukan karena pusing memikirkan betapa memalukannya ia tadi, tetapi karena senyuman gadis itu. Arga merasa pernah melihat senyumannnya. Tapi kapan? Nah, itu yang menjaadi pertanyaannya.

Arga berjalan menuju kelasnya sambil melamun memikirkan senyum gadis itu. Ahhhh... kenapa aku harus memikirkannya? Mengenalnya saja tidak, batinnya berteriak frustasi, ia tidak tahu apa yang membuatnya terus memikirkan gadis itu. Namun tiba-tiba sebuah ide brilian terbessit diotaknya. Dia menarik juga manis, sepertinya dia cocok untuk kujadikan mainanku selanjutnya. Pikirnya dalam hati ketika mulai masuk kedalam kelas sambil menyunggingkan senyum licik.

Brukkkkkkkk.

Tubuh Arga jatuh menyium lantai, sepertinya ia terlalu memikirkan gadis itu hingga ia tak melihat ada genangan air didepannya. Untung saja, genangan airnya tidak terlalu banyak dan hanya mengenai kaki bagian bawah.

Arga meringis menahan sakit, untung saja dikelas ini hanya ada beberapa orang. Arga berdiri kemudian menyapukan pandangan keseluruh sudut kelas yang terlihat sepi. Mungkin mereka sedang menebar pesona kepada junior, pikirnya dalam hati lalu berjalan menuju bangku yang akan ia duduki.

Ia mengambil ponselnya yang ditaruhnya disaku celana lalu membuka aplikasi BBM dan mengetikkan pesan kepada Chandra.

Arga: Chand, dimana lo?
Chandra: Gue dipuskesmas.
Arga: Ha, ngapain?
Chandra: Gue abis diserempet becak, tangan gue retak.
Arga: GWS, ntar pulang sekolah gue jemput dipuskesmas. Cici gimana?
Chandra: Cici dibawa udah kebengkel, lagi oprasi dia.

Sekedar info, Cici adalah panggilan kesayangan Chandra kepada motornya. Entah apa yang membuatnya memberikan panggilan itu kepada motornya. Chandra memang aneh.

Teeeetttttt teeeeetttt teeeettt

Kepada seluruh siswa, diharapkan turun kelapangan sekarang juga untuk upacara MOS.

***

The Player Heart [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang