Chapter 2

2.5K 254 13
                                    

@Handa's Story.

Kicau burung terdengar jelas, menandakan bahwa pagi sudah menyapa. Mengajak seluruh manusia untuk memulai aktifitas begitupun dengan wanita bermata doe dengan bibir yang kisabble ini. Jaejoong mulai membuka mata dan melihat langit-langit kamar yang bernuansa pink dan biru. Kamar yang berkesan manis dan girly. Jaejoong mulai bangkit dengan lesu. Ia merasakan sakit kepala yang luar biasa. Mungkin efek alkohol dan efek pertengkaran dengan ibunya.

15 menit yang ia butuhkan untuk menghilangkan rasa sakit dan mulai beranjak menuju kamar mandi. Ia butuh memanjakan tubuhnya sebelum berangkat ke kampus, bertemu dengan dosen bimbingannya untuk menyelesaikan skripsi miliknya.

Ia menghela nafas, kenapa ia memiliki ibu yang sangat cerewet? Ia hanya merayakan ulang tahun sepupunya junsu dengan minum alkohol-ah bukan wine. Tapi respon ibunya itu sangat berlebihan. Ia hanya minum seperempat dari botol wine itu dan ia tidak mabuk. Dasar ibu-ibu rempong, pikirnya.

Tok tok tok.

Suara pintu membuyarkan lamunan jaejoong. Itu suara kakaknya-hyunjoong.
"Ada apa?."

"Kita makan sama-sama."

"Ya, sebentar. Aku sudah selesai."

"Cepatlah."

Jaejoong segera membilas tubuhnya dan mulai bersiap-siap. Butuh 30 menit ia menyelesaikan acara paginya. Ketika ia duduk di kursi, wajah masam ibunya yang ia liat pertama kali dan ia tidak perduli.

Melihat wajah acuh anaknya itu, Heechul mengendus dan melanjutkan sarapan yang tertunda. Ia berfikir bagaimana menyampaikan berita yang baru ia terima tadi pagi di telphone. Sedikit tidak percaya orang yang lumayan terkenal di kalangan pengusaha dan pebisnis itu menghubunginya pagi-pagi buta menyampaikan berita yang ia tau anaknya akan membencinya. Ia menghela nafas dan melirik suaminya. Yang di lirik malah menggelengkan kepala dan mengangkat bahu. Ia rasa itu sinyal keputusan ada di tangannya.
"Ekhem. Eomma punya berita yang sedikit mengejutkan pagi ini."

Semua orang yang di mejamakan mulai memandang Heechul dan penasaran kira-kira berita apa itu.

"Tadi pagi seseorang dari jung corp menelphon dan mengajukan perjodohan." Heechul memandang semua orang yang ada di sana. Ia khawatir mengenai respon anaknya itu.

"Maksud eomma jung corp yang itu?."Hyunjoong menyahut.

"Iya, yang itu."

"Perjodohan dengan siapa?." Kali ini jaejoong yang menyahut.

"Kau tau kan kalau keluarga jung hanya punya anak laki-laki, jadi tidak mungkin dengan kakakmu." Sahut heechul khawatir.

"Mwo??? Maksud eomma dengan ku?, aku tidak mau." Sebelum melihat eommanya mengangguk jaejoong mengutarakan ketidak setujuannya.

"Kende joongie ya, kau tidak bisa menolak, ini wasiat terakhir kakek jung."

"Maksud eomma kakek jung yang sering ke kantor appa?"

"hemm." Heechul mengangguk.

"Aku sangat suka kakek jung tapi kalau perjodohan..." jaejoong terdiam, ia sangat dekat dengan kakek jung karna mereka punya kesenangan yang sama, bermain golf. Ia bertemu dengan kakek jung ketika menemani ayahnya bermain golf dengan teman-temannya. Kebetulan ia sangat menyukai kegiatan itu.

"Coba saja, siapa tau cocok." Hankyung menjawab bijak.

"Entahlah, akan aku fikirkan dulu. Aku berangkat kuliah eomma, appa, oppa." Jaejoong bangkit dan mencium setiap orang yang ia sebut.







Suara ketikan laptop terdengar jelas di ruangan utama sebuah perusahaan raksasa jung corp. Dokumen bertebaran di meja kebesaran sang CEO. Yunho meneliti setiap file yang bernilai milyaran rupiah dengan teliti. Ia tidak boleh melewatkan setiap kata.

The Right PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang