II.

88 15 1
                                    


======

"Seneng kan, lo, gue jadi dikeluarin dari kelas?"

"Harusnya gue yang marah, dong. Lagian juga salah sendiri nyemprot gue pake es batu,"

"Ya, pokoknya tetep aja gue jadi ikutan dikeluarin,"

"Udah, ya. Gue gapeduli. Gue mau ke UKS aja, lo pergi jauh – jauh dari gue, hush hush!" usir Leva seraya mengibaskan tangannya kepada Baron. Baron refleks menangkap tangan Leva dan menarik pergelangan tangannya.

"Eh, gabisa gitu dong! Lo harus temenin gue di kantin," paksa Baron.

"Ih, ogah. Gue mau tidur aja, lepasin tangan gue."

"Ayolah, temani aku sekejap saja, Leva Diandra Sheilaaaa," pinta baron dengan puppy eyesnya.

"Percuma aja, lo mau masang tampang melas kayak engga dikasih makan dari sd juga gue engga bakal luluh!"

"Ih, Leva tega, ya. Jahat deh, Leva!" rajuk Baron seraya mengubah suaranya menjadi anak manja.

"Yee, bodo amat! Udah, jangan ganggu gue." Leva langsung menuju UKS tanpa memperdulikan Baron yang ia tinggalkan.

Saat Leva memasuki dunia mimpi, tiba – tiba ada yang membuka gorden jendela hingga sinar matahari membuat Leva merasa silau. Saat diketahui pelakunya, sang pelaku hanya bisa tersenyum jahat.

"HEH, SETAN. KAN GUE UDAH BILANG, ENGGA USAH GANGGU GUE LAGI! PUNYA KUPING ENGGA, SIH?"

"Kalo lagi sama lo, kuping gue jadi budek, Lev. Gue ikut tidur, ya, disebelah situ." ujar Baron sambil menunjuk ke arah kasur yang lain.

"Gapeduli! Yang penting lo engga ganggu gue lagi. Tutup lagi, tuh, hordengnya. Panas," Leva langsung kembali ke dunia mimpinya. Dan tanpa Leva sadari, Baron memperhatikan wajahnya lebih rinci.

"Cantik. Sayang aja, demen marah – marah. Tapi kalo lagi tidur, lucu juga, sih. Eh gue mikir apaan, sih." batin Baron sembari menepis perkataannya barusan.

Pada saat Leva terbangun, ia hanya sendirian di UKS dan melihat tinggal 2 jam pelajaran terakhir. Tetapi, ternyata guru tersebut tidak hadir dan kelas menjadi ribut. Leva langsung menghampiri kedua sahabatnya yang sedang mendengarkan musik bersama.

"Woy, kemana aja , lo berdua? Cerita – cerita dong sama kita." cengir Evy.

"Apaan, gue keluar kelas ditarik tarik, tuh, sama si karet uduk. Pake dipaksa ke kantin, lagi. Ya, gue mending ke UKS, lah, dari pada ngikut dia. Entar kalo gue ngikut dia, ikan melahirkan kali, ah," sahut Leva dengan berapi – api.

Kedua temannya hanya menganggukkan kepala mereka setuju. Leva hanya mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Matanya terpaku kepada Baron yang sedang memetik gitarnya dan bernyanyi bersama teman – temannya.

You've gotta help me, I'm losing my mind
Keep getting the feeling you wanna leave this all behind
Thought we were going strong
I thought we were holding on
Aren't we?

No, they don't teach you this in school
Now my heart's breaking and I don't know what to do
Thought we were going strong
Thought we were holding on
Aren't we?

You and me got a whole lot of history
We could be the greatest team that the world has ever seen
You and me got a whole lot of history
So don't let it go, we can make some more, we can live forever

Tepat ketika Baron selesai menyanyikan lagunya, Baron mengedipkan sebelah matanya kepada Leva. Mampus, kegap kan gue, batin Leva sembari menggigit kukunya. Kebiasaan yang ia lakukan ketika ia gugup dan panik.

Rasa panik tersebut diinterupsi dengan suara bel pulang. Leva berterima kasih kepada Tuhan yang mempercepat waktu agar ia bisa menghindari sosok Baron.

Panas. Satu kata yang ia berikan dikala siang ini.

Lapar. Satu kata yang ia berikan untuk menggambarkan keadaan perutnya.

Haus. Satu kata yang ia berikan untuk menggambarkan keadaan tenggorokannya.

*author dateng*

NAHLOH BUKAN SATU KATA LAGI DONG,

Eh, suka – suka dong. Kan gue yang ngerasain ,

APAAN KAN YANG BIKIN CERITANYA GUE, BUKAN ELU, LEV.

Oiya, maafin ye, kan lagi bulan puasa :))

*author pergi lagi*

Seorang pria berbadan tegap dan memakai kemeja kotak – kotak menghampiri Leva sembari menyerahkan sebotol minuman ion.

"Abang emang paling ngerti apa yang Leva butuhin siang ini, hehe,"

"Iya,lah, udah ketauan banget dari muka kamu yang kayak gurun sahara," balas Devian—kakak Leva satu satunya. Leva berdecak sebal kepada kakaknya. Devian langsung merangkul adiknya. Dan tanpa mereka sadari, sepasang mata memperhatikan gerak – gerik mereka berdua hingga kedua sosok kakak beradik tersebut meninggalkan SMA Lentera Bangsa.

***

Leva langsung menuju kamarnya setelah mobilnya diparkirkan oleh kakaknya. Leva meraih ponselnya yang bergetar di dalam tasnya dan membuka group chat yang dibuat bersama Retha dan Evy, yaitu KERAK PANGSIT.

Retha : guys.

Retha : lo semua harus tau.

Evy : APAAN.

Leva : APAAN (2)

Retha : gue udah nyampe rumah.

Evy : TAI LU.

Leva : Gausah ngomong, nyet.

Retha : wih jangan ngegas dong, maafin aku:((

Leva : Y.

Evy : Y.

Leva : udah ya, gue mau tidur, bye.

Retha : met bobo cuyunk :*

Evy : met bobo cuyunk :* (2)

Leva hanya tertawa melihat kelakuan teman – temannya dan langsung terlelap tanpa mengganti seragam sekolahnya.

Ketika Leva bangun, terdapat satu pesan dari nomor asing di ponselnya.

Halo, La. Ini aku, kamu apa kabar? Aku kangen kamu.

Xo, Gavin.

Seketika jantung Leva berhenti berdetak.

======= 

a/n: haloooo. pendek ya? memang;(( maafkan daku yg masi amatiran hehe. 

VOMMENT GUYSSS X


Take It BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang