======
Sebuah pesan mengubah segalanya.
Sebuah pesan mengubah perasaan seseorang.
Sebuah pesan menghentikan detak jantung.
Dan sebuah pesan memberhentikan waktu disekitar Leva.
Entah itu pertanda baik atau buruk, Leva terperangkap di dalam ruang waktu.
Hingga 'sebuah' suara datang membuyarkan lamunan Leva untuk makan malam.
------
Sial. Itu yang Leva rasakan pagi ini.
Ia bangun pukul 06.50 dan sampai di sekolah pukul 07.00. Jika tidak telat, biasanya Leva akan berangkat pukul 06.40 dan butuh waktu sekitar 15 menit untuk meraih pintu gerbang sekolah.
Jantungnya masih berdebar – debar akibat perbuatan abangnya yang melaju kendaraannya dengan kecepatan penuh dan menerobos lampu merah di jalan. Untungnya tidak ada polisi yang bertugas hari ini.
Kelas Leva berada di lantai paling atas yaitu lantai 4. Butuh perjuangan untuk menuju kelasnya.
Ini kenapa gak dipasang lift aja, sih? Tanya Leva dalam hati.
Ketika Leva sampai di kelasnya, Bu Diana telah selesai mengabsen seluruh siswanya. Dan alhasil Leva tidak berani memasuki kelasnya karena Bu Diana tidak akan menerima murid yang telat mengikuti pelajarannya.
Leva langsung menuju kantin dan memesan sepiring nasi uduk dan segelas teh manis hangat. Lapar dan haus sudah ia tahan sedari tadi karena ia tidak sempat sarapan di rumah.
Sambil membawa makanan dan minumannya, Leva menduduki tempat di sudut kantin. Tiba tiba seorang perempuan yang tak Leva kenal duduk didepannya sambil membawa sepiring batagor miliknya.
Seakan tau apa yang dipikirkan Leva, perempuan didepan Leva ini mengenalkan dirinya.
"Kania Evamia. Panggil aja Kania. XII IPA 4. Gausah pake 'kak' panggilnya,"
"Gue Leva. XI IPA—"
"Stttt, iya, gue udah tau kok, lo siapa. Masa ketua osis sekolah sendiri gak tau," cengir Kania
"Btw, kok lo jam segini ke kantin? Ini kan masih jam pelajaran," tanya Leva.
"Bolos. Males dengerin pelajaran Bu Jenny. Kalo lo, kenapa ada disini?"
"Telat." jawab Leva sekenanya.
Setelah makan mereka habis, mereka memutuskan berbicara hingga bel berbunyi. Dan ketika bel berbunyi, mereka berjalan ke kelasnya masing masing setelah mengucapkan sampai jumpa.
"Eh, lo kenapa gak masuk tadi pas pelajaran Bu Diana? Untung aja tadi dia gak ngadain ulangan dadakan kayak biasanya," sambut Evy.
"Bagus, dong. Dewi fortuna masih berpihak ke gue." jawab Leva sambil mengibas kan tangannya ke mukanya.
"Gimana, sih, kok ketua osis dateng telat? Pake bolos pelajaran pertama lagi,"
"Lo gatau apa – apa diem aja, dah! Udah kayak facebook aja. Komen mulu." Sentak Leva
"Yee, si Ibu Kos masi pagi udah marah – marah. Baron pengen ngumpet di ketek mama Baron aja, deh. Mamaaaaa, aku takuuuuut." teriak Baron sambil kabur dari muka Leva yang menahan amarah.
"ALAY, NAJIS. Eh, Vy, nanti bangunin gue, ya. Gue capek banget, mau tidur sebentar." Ucap Leva sembari melipat kedua tangannya sebagai tumpuan kepalanya untuk bersandar di atas meja.
Evy hanya tersenyum dan mengacungkan jempolnya kepada Leva yang sudah terlelap.
------
Siang ini, Leva pulang ke rumah menggunakan umum. Sudah biasa jika abangnya tidak sempat menjemputnya karena kuliahnya. Leva hanya tinggal berdua bersama abangnya di rumah orang tuanya yang telah pisah.
Pada awalnya, Leva dan Devian tinggal bersama ayahnya di rumah baru ayahnya. Namun, ketika Leva masih berusia 7 tahun dan Devian berusia 12 tahun, ayahnya melempar hak asuh mereka berdua kepada ibunya. Setelah 3 tahun mereka berdua tinggal bersama Hani—ibu Leva dan Davian, Hani melarikan diri entah ke mana. Dan akhirnya, mereka memutuskan untuk kembali ke naungan ayahnya. Namun pada saat mereka datang ke rumah ayahnya, yang mereka dapati hanya sepucuk surat yang berisi kalimat selamat tinggal dan banyak warisan termasuk rumah mereka yang ditempati sebelum kedua orang tua mereka memutuskan untuk berpisah.
Beruntung kakak dari ayah mereka—Tante Dona mau membesarkan mereka hingga Leva menginjak 12 tahun. Dan pada saat itulah, Gavin Devon Adelard muncul ke hidup Leva. Memberi warna pada hidup Leva. Gavin merupakan tetangga depan rumah Leva dan Devian yang pindah dari kota kecil di daerah yang jauh dari kota Leva.
Gavin sangat menyukai olahraga, Leva juga menyukai olahraga namun tak se-fanatik Gavin. Gavin dan Leva sama – sama menyukai hal – hal yang manis. Seperti permen, gula, es krim, dan kawan – kawannya. Dan mereka memiliki kesamaan yang lain.
Gavin memberikan warna baru dalam hidup Leva. Dengan seiring berjalannya waktu, tanpa Gavin sadari Leva menaruh rasa kepada Gavin secara diam – diam. Hal itu tidak dapat Leva pungkiri. Dan Leva hanya membiarkan perasaannya menggebu – gebu, serta berharap perasaannya berbalas pada suatu saat.
Namun, harapannya belum sempat terwujudkan hingga Gavin pergi kembali karena tuntutan pekerjaan orang tuanya. Setelah Leva ditinggalkan sendiri lagi, Leva mengubah kesamaan yang ada pada dirinya dan Gavin. Leva tidak menyukai olahraga lagi, tidak menyukai hal – hal yang manis lagi, dan sifat yang ada dalam diri Leva berubah 180 derajat.
Devian Dirgantara, menjadi saksi kehidupan Leva yang berubah warna.
------
Devian tersenyum melihat adik satu – satunya menunggunya pulang hingga tertidur di sofa. Dilihatnya terdapat dua cangkir teh yang sudah dingin, dan jam menunjukkan pukul 08.30 malam. Memang kuliahnya terkadang membuatnya harus pulang malam. Devian tidak bekerja, namun ia dapat menghidupi Leva dengan menggunakan harta warisannya yang diberikan oleh ayahnya. Pernah ia berpikir untuk berhenti kuliah, namun Leva melarangnya dan menyuruh untuk melanjutkan kuliahnya hingga lulus.
Dan tanpa Leva ketahui, setelah Devian lulus dari kuliahnya, perusahaan keluarga ayah mereka akan di wariskan kepada Devian.
Belum saatnya Leva tau, batin Devian. Hal itu Devian ketahui dari surat peninggalan ayahnya. Devian memiliki sebuah alasan tersendiri untuk menyembunyikan salah satu warisan itu dari Leva.
Devian hanya bertekad untuk membahagiakan adik satu – satunya yang ia sayang tersebut. Dan ia tak segan – segan untuk menghancurkan para pria yang berani mematahkan hatinya hingga Leva meneteskan air mata. Ia tidak akan membiarkan hal – hal buruk terjadi pada Leva. Devian berjanji itu.
Devian menggendong tubuh adiknya yang tertidur lelap dan membaringkan di kamar Leva yang berdominan berwarna putih. Ia langsung menyalakan lampu tidur dan mencium kening Leva serta keluar dari kamar Leva dan menutup pintu kamar adiknya.
======
a/n: halooo update tengah malem kali ini wkwk. gatau mau ngasih pesan apa yang pasti vomment gaezz ;))
ily
KAMU SEDANG MEMBACA
Take It Back
Teen FictionHidup memang tak bisa diprediksi. Hanya tuhan yang tahu segala kejadian yang akan datang. Jadi, manusia hanya bisa menunggu apa yang akan terjadi pada kehidupan mereka. Menunggu? garis bawahi itu. Menunggu.... Hal yang dibenci sebagian orang. Men...