Chapter 1

6.6K 339 8
                                    

Aku benci takdir yang telah mempertemukanku dengannya, kenapa harus bertemu, kenapa harus berbeda, kenapa enam tahun yang lalu kami harus saling menyapa?
.
.

Awalnya aku tak pernah membayangkan, seseorang dari keluarga biasa sepertiku bisa menjadi seorang penyihir. Kedua orangtuaku merasa sangat bangga. Mereka bahagia ketika mengetahui kalau putri mereka satu-satunya terlahir sebagai seorang yang mereka anggap istimewa. Sangat.

Hari ini aku ke Diagon Alley bersama kedua orangtuaku. Aku berkeliling mencari buku yang menarik--tapi semua terlihat lezat untuk dibaca--dan Ketika hendak menjangkau buku di rak yang tinggi, aku bertemu dengannya. Rambut pirang platinanya tertata rapi dan wajahnya putih mulus bagai porselen atau bisa dikatakan pucat?! Ia menjulurkan tangannya ke buku yang kupilih dan memberikan buku itu padaku.

"Tahun pertama?" dia tersenyum dengan senyuman yang menurutku sangat khas.

"I-iya!" entah kenapa aku jadi gugup.

"Kita seangkatan. Kuharap kita bisa menjadi teman baik nantinya!" laki-laki itu segera pergi.

Sepertinya ayahnya sudah menunggu di luar toko. Mereka sangat mirip dengan rambut pirang platina itu--tapi rambut ayahnya lebih panjang.

Takdir yang Menyebalkan

- SirlaDe -
.
.
.

      Hermione Granger gadis yang cantik; rambut pirang kecoklatan dan bergelombang, Badannya proposional, kulitnya putih dan mulus. Tak heran banyak lelaki yang menginginkannya. Namun, tidak hanya dari fisik saja yang membuat siswa di Hogwarts tergila-gila padanya, tapi juga karena otaknya yang jenius. Dia merupakan siswi terpintar di Hogwarts. Dan jangan lupakan kalau ia salah satu dari trio emas Gryffindor--Hermione sahabat dari Harry Potter 'anak yang bertahan hidup' dan Ronald Weasley.

Di tahub ke tujuhnya, Hermione menjabat sebagai ketua murid putri, sehingga ia jarang sekali dapat berkumpul di asrama Gryffindor.

Pukul 08.00 malam, dengan berat hati ia harus kembali ke menara khusus asrama Ketua Murid. Ketika akan melewati lukisan di pintu, ia sudah merasakan aura yang tidak enak dan firasatnya benar. Ia memergoki Draco Malfoy sedang bercumbu dengan Pansy Parkinson di sofa depan perapian.

"Ooh... god!" Hermione terpekik tertahan, "potong dua puluh angka dari Slytherin karena Draco Malfoy membawa masuk siswi yang bukan Ketua Murid ataupun Prefek ke asrama Ketua Murid, dan potong masing-masing sepuluh angka karena melakukan hal memalukan di sini!" Hermione memerah karena jengkel.

Draco Malfoy, Ketua Murid Putra bermata abu-abu cerah itu terkejut dan menoleh ke arah Hermione. Sedangkan Pansy berdiri di samping sofa tempat ia duduk. 

Kening Draco mengerut. Mata abu-abunya dapat melihat kilatan kemarahan dari mata coklat Hermione.

"Apa-apaan itu, hah?" Draco balik kesal.

" Jangan pura-pura tidak bersalah, Malfoy!" hardik Hermione tak kalah ketusnya sambil melipat kedua tangannya di dada.

Sementara Ketua Murid saling melempar makian, Pansy Parkinson beranjak dari samping Draco dan berlari keluar dengan wajah pucat-pasi. Siswi Slytherin itu tidak berani membentak Hermione seperti biasa.

"Sekarang bisakah kau berikan penjelasan, Malfoy?" tanya Hermione pelan tapi penuh penekanan.

"Kau mau penjelasan apa dariku?" Draco menantang.

"Semuanya!"

"Kau cemburu padaku?"

"Jangan harap, Malfoy!"

Takdir yang Menyebalkan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang