Chapter 4

2.7K 268 8
                                    

Chapter sebelumnya:

"Cih, aku memang tidak tersentuh, lalu kau mau apa? Menyentuhku?" sindir Draco, "kau memang wanita jalang!"

PLAKKK!

Hermione menampar pipi kanan Draco dan menatapnya tajam,"Kau, pantas mendapatkan itu!"

"Kau-" kata Draco ditengah keterkejutannya. Baru kali ini ada orang yang berani menamparnya, yeah...kecuali ayahnya, "kau akan menyesal, Granger!"

"KYAA. . .!" teriak Hermione.

Chapter 4
.
.
.

"Ah?" Hermione membelalakkan matanya, "M-malfoy," lirihnya.

"Nghmm," respon Draco yang saat itu tengah asik mengigit dan menghisap leher Hermione.

"U-ukhh...sakit...!" Hermione meringis dan mendorong Draco agar melepaskannya, tapi jangankan lepas, Draco malah mengigitnya semakin kuat.

"Malfoy, lepaskan!" Hermione terus mendorong Draco tapi tetap tidak bisa, tenaganya kalah jauh dari Si Malfoy junior itu.

Seakan tuli, Draco terus menggigit dan menghisap leher jenjang Hermione, menyesap aroma vanilla musk khas sang gadis. Dia tidak peduli jika nanti gigitannya akan membekas, jujur saja, dia akan suka jika melihat bekasnya.

Draco tidak menyangka ternyata Hermione cukup wangi. Lehernya begitu jenjang, membuat Draco mudah untuk membenamkan wajahnya di lipatan-lipatan lehernya. Ia dapat mendengar Hermione terus memberontak, tapi percuma, gigitannya malah akan semakin kuat.

Ia ingin nantinya akan membekas, agar setiap kali Hermione melihatnya, maka ia akan teringat pada Draco dan tidak mengulangi kesalahannya lagi.

Draco melepas gigitannya setelah lebih dari lima menit. Menumpukan tubuhnya dengan tangan kiri sementara tangan kanan mengelap lelehan salivanya.

"Uukhh!" Hermione memegangi bekas gigitan Draco. Wajahnya memerah dan penampilannya begitu berantakan.

Draco dapat melihatnya  kembali menangis, wajahnya sudah seperti kepiting rebus.

"Uukh... kau, kau memang BRENGSEK!"

"Kau yang memulainya, Granger mud-blood!"  desis Draco dengan tatapan mengintimidasi.

Ia melirik leher Hermione, sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas. Ia suka dengan bercak merah bekas gigitannya, jauh lebih indah daripada di leher si Parkinson atau yang lain yang pernah ia cumbui.

Hermione berusaha bangun, mendorong Draco lalu mengubah posisinya ke posisi duduk.

Draco menatapnya dalam diam, wajahnya menunduk, rambut semaknya jauh lebih berantakkan.

"Aku membencimu!" gumamnya, tak hanya sekali tapi berkali-kali.

Draco bangkit berdiri dan menatapnya. Gumaman Hermione memekakkan telinganya. Apa tak cukup sekali saja?

Kemudian secara kasar ia mendorong tubuh Draco menjauh lalu berlari ke kamarnya. Untuk yang kesekian kalinya Draco merasa menang.

Draco tak dapat menahan senyum kemenangan, menurutnya ini akan semakin menarik apalagi karena bekas gigitan itu.

****

Pagi hari yang tenang di Hoghwarts, semua penghuninya tengah bersiap-siap untuk mengikuti pelajaran hari ini. Namun, ketenangan terasa tidak ada di asrama ketua murid. Walau kali ini memang tidak ada ribut-ribut di pagi hari tetapi ada aura yang tidak mengenakkan dari sepasang ketua asrama kita. Hermione seakan tidak menganggap keberadaan Draco, bahkan ia tidak meliriknya sedikitpun.

Takdir yang Menyebalkan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang