8. Tentang Bagas

3.6K 254 15
                                    

Ali mengerjapkan matanya memastikan apakah benar itu Prilly. Tapi pikirannya melayang saat tadi Prilly ke kantornya, Prilly memakai Blouse Putih. Sedangkan wanita dihadapannya ini memakai cardigan berwarna hitam bergaris putih. Dan Ali sangat yakin, Prilly tak mempunyai cardigan seperti itu.

Ali kembali berfikir, bisa saja kan wanita dihadapannya itu hanya memiliki perawakan yg mirip Prilly? Ya, bisa saja.

"Li?" Panggilan Irana membuat Ali tersadar dari semua argumen-argumen di fikirannya.

"eh, iya Ir?" Ucap Ali menolehkan pandangannya pada Irana.

"Kamu liatin apa?" Irana menggerakkan kepalanya, mencari objek yg diperhatikan Ali.

"Gak ada apa-apa kok" ucap Ali yg membuat Irana berhenti mencari sang objek.

"Yaudah, kita duduk disitu yuk Li" tunjuk Irana pada sebuah meja di pojok lain dari cafetaria itu. Ali pun mengikuti Irana yg menariknya duduk berdampingan. Hingga ia membelakangi wanita yg berperawakan mirip Prilly itu. Padahal, entah mengapa Ali sangat ingin melihat wajah wanita itu.

setelah memesan makanan, Irana menyandarkan kepalanya pada bahu Ali. Ada rasa rindu yg menghinggapinya untuk berada di posisi ini seperti dulu. Sedangkan Ali, ia hanya diam dan lagi-lagi berdoa semoga tak ada orang yang mengenalnya juga berada di cafetaria itu.

****

Bagas hanya tersenyum tipis. Banyak penyesalan yg menghinggapinya. Kini, wanita yg dicintainya ternyata telah menikah.

"Sorry, gue gak tau kalo lo udah nikah" ucapnya pada Prilly. Prilly mengangguk. Memang wajar jika Bagas belum mengetahuinya. Karna selain lama tak bertemu Bagas, mereka juga mengalami lost contact setelah setahun tak bertemu.

"Gue gak tau kalo ternyata lo bener-bener sayang sama gue waktu itu. Apalagi, gue tau fakta kalo lo masih sayang ama gue ampe sekarang. Gue cuma berharap, lo bisa dapetin yg lebih baik dari gue."

"Tapi habis ini kita masih bisa temenan kan?"

"Pastinya, kita masih bisa temenan dan bisa saling support" Bagas tersenyum. Mencoba menerima kenyataan yg ada walaupun itu berat. Apalagi selama ini ia selalu dengan sugesti bahwa Prilly juga punya rasa yg tetap sama.

Tapi ternyata, waktu mengikis semuanya. Semuanya telah berubah. Prilly bukanlah orang yg bisa dia gapai sekarang.

"Gas, gue duluan ya. anak gue pasti nungguin gue sekarang." Ucap Prilly sambil berdiri.

"Iya. See you next time Prill" Prilly hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Setelahnya Bagas hanya menatap Prilly yg mulai berjalan menjauh dan hilang dibalik pintu cafetaria.

Bagas mendesah, andai saja waktu itu ia bisa berfikiran dewasa dan tidak mempedulikan kepopulerannya disekolah, mungkin saja dialah yg akan menjadi teman hidup Prilly sekarang.

****

Prilly terduduk di balik pintu kaca yg menghubungkan langsung ke balkon. Sesekali ia menyesap teh hangat yg baru saja dibuatnya setelah menidurkan Giral yg kelelahan bermain dengan Via.

Pikirannya berjalan menembus waktu dimana ia masih satu sekolah dengan Bagas dan dimana, dia masih dekat dengan Bagas.

Dulu, Bagas selalu memperlakukannya istimewa. Bisa dibilang mereka sangat dekat. Tapi Bagas tak pernah memberi kepastian kepada Prilly dan malah menjebak Prilly dalam zona Friendzone. Awalnya, Prilly tak tau karna apa.

Tapi, seiring berjalannya waktu, Prilly tau. Bagas memang adalah sosok populer di sekolah. Banyak yang mengejarnya. dan Prilly sadar jika bagas menjalin hubungan dengannya, maka kepopulerannya mungkin akan hilang. Dan benar, alasan Bagas tepat seperti dugaan Prilly.

Saat itu, ia tak sengaja mendengar semua ucapan Bagas yang sedang berbicara dengan Eza. Dan itu membuat hati Prilly sakit. Apa kepopuleran itu sangat penting? Dan mulai saat itulah, Prilly mulai menjauh dari Bagas. Ia mencoba menghilangkan perasaannya terhadap bagas yang tak pernah mau berkomitmen apa-apa dan tak pernah mengatakan perasaannya yang sebenarnya kepada Prilly. Selain itu, ia tak mau di bilang terlalu berharap.

Tepat saat akan memasuki semester kedua di kelas dua, Prilly memutuskan untuk pindah sekolah. sebenarnya bukan cuma bagas yang menjadi alasan kepindahannya. Tapi ada alasan yang lain. Yaitu, karena Prilly memilih menjauhi teman se-gengnya yang ternyata diam-diam hanya memanfaatkan Prilly yang saat itu memang terlalu memperlihatkan kekayaan yang dimilikinya dari orang tuanya.

mereka selalu hanya datang di saat butuh saja. Tapi disaat Prilly butuh, mereka satu persatu menghilang dan pura-pura memiliki kesibukan lain yang tak bisa mereka tinggalkan. Prilly tak mengerti, apakah itu yang disebut teman? Kenapa harus semenyakitkan itu?

Setelah memutuskan pindah ke sekolah dekat rumah Verrel, Prilly pun memutuskan ikut pindah kerumah Verrel dan merahasiakan identitasnya bahkan keluarganya.

Dan di sekolah inilah, Prilly kembali bertemu Gritte, sahabatnya di masa SMP. Selain itu, setelah setahun berlalu setelah ia pindah, ia dan Bagas benar-benar lost komunikasi. Dan tak lama itulah ia bertemu Ali.

Prilly menghela nafasnya. Bagas hanyalah masa lalunya. Kini ia sudah merangkai masa depannya bersama Ali. Lagian, perasaannya pada Bagas sudah hilang sejak ia bertemu dengan Ali. Selain itu, kini ada Giral.

Prilly meraba kaca yang berembun di depannya. Setidaknya, karna keputusannya saat itu jugalah ia bertemu dengan Ali yang menurutnya lebih baik dari Bagas. Walaupun Ali pernah membuat kesalahan, tapi Prilly yakin Ali tak akan akan membuat kesalahan lagi.

*****

Maaf buat part yang gaje plus gak penting ini. Wkwk. Setidaknya ini menjelaskan sekilas tentang Bagas dan Prilly dulu. Dan bisa menambah part di cerita ini. Hehe.

Sebenernya partnya pengen di panjangin. Tapi karna ini lagi sibuk-sibuknya karna besok lebaran, jadi gini aja ya. Hehe.

Oiya, cek yuk profil aku. Ada short story yang baru aku post. anggap aja itu THR dari aku. Wkwk😜

Ps: [not] bestfriend aku unpublish dulu. Soalnya ada beberapa alur yang akan aku ubah. soalnya kalo aku liat, cerita aku yang itu kok flat banget ya? Hehe.

Thanks😘

Selasa, 5 Juli 2016. Pukul 15.22 WITA

You Broke My Heart(again) *slow Update*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang