"Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang."
- Kahlil Gibran
------·------"Selamat siang semuanya,"
"Siang Paakkk..."
Huufftt
Berakhir juga pelajaran Pak Toto.
Oke, saya langsung perkenalkan saja Pak Toto. Pak Toto adalah guru paling teraneh seantero sekolah. Ia mengajar kimia dan itu termasuk pelajaran yang di black list oleh 90% siswa yang ada di kelas saya. Ketika ia sedang menerangkan sesuatu, Pak Toto akan menerang ke dirinya sendiri."Jika, zat A dicampur zat B..................... Mengerti semuanya?"
Tanpa disuruhpun siswa di kelas ini akan mengangguk walau mereka ngerti apa tidak. Dan suaranya loh, merdu bak penyanyi dangdut gerobak, hehehe. Volumenya kecil, ada nadanya, serasa di nina boboin. WkwkwkAmpun Pak...
"Ya?"
"He-eh?" suara Ratna langsung memecahkan lamunanku.
"Mau istirahat dimana?"
"Di hatimu," jawabku sekenanya.
Mendengar jawabanku, Ratna hanya memutarkan kedua bola matanya,
"Di kantin lah Na,""Ayo," perintahku ketika bekal yang aku bawa dari rumah sudah siap digenggamanku.
***
"Aya, Max duluan yaa." ucapnya saat kami sampai di parkiran sekolah.
"Iya, hati-hati."
"Beneran nih gak mau pulang bareng?" tawar Max dengan pandangan mata berbinar,
"Gak Max. Udah sana ditunggu loh,""Yaudah, aku duluan ya Ya. Hati-hati loh pulangnya."
"Ayay captain." jawabku dengan tangan kanan hormat kepadanya.
Max hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. Kulihat dia berjalan menghampiri mobil SUV BMW terbaru berwarna hitam mengkilau. Yang kudengar, memang Max anak orang kaya. Ibunya adalah dokter umum dan bapaknya adalah anggota wakil rakyat.
Saat kulihat mobilnya sudah keluar dari gerbang sekolah. Ku hembuskan nafas ini. Ku edarkan pandangan mataku ke lingkungan sekolah, sepi.
Itu dia,
Aku menghampiri dirinya yang sedang duduk dijok motornya dan juga sedang asyik mengobrol dengan dua temannya.
"Van, nih jaket loe." kataku sambil menjulurkan kantong kertas berisi jaket kulit miliknya. Dan pandangan kami bertemu.
Dia menatapku, trus melanjutkan pandangannya ke kantong yang ku genggam.
"Makasih ya Ya," katanya dengan senyuman menghiasi wajahnya.Gleekk
'Loe manis banget sih Van,' batinku.
"Iya, sama-sama."
"Ekhem ekhem, kita dianggap obat nyamuk Than..."
"Axel ya?" tanyaku kepada salah satu temannya.
"Yoi. Aya gak pulang? Mau dianterin sama abang?" tanyanya dengan nada lelucon yang dimiliki.
"Apaan sih loe Xel,"
"Cieee.. Babang Repan cemburu nih??" goda Axel yang hanya ku tanggapi dengan senyuman.
"Xel loe juga apaan sih? Kerjaannya godain Revan mulu. Aya ya?" tanya teman Revan yang dari tadi kulihat lebih banyak memperhatikan tingkah konyol kedua temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved One
Teen FictionAku rasa, aku mulai mencintainya. Saat ia pertama kali menabrakku di lorong sekolah dan saat ia mengerti semua tentangku hingga masa lalu kelamku. Aku menyukainya saat ia bersamaku, membuat hidup baru yang mulai aku jalani seakan menjadi zona ternya...