That tree (13)

770 69 27
                                    

"Wahai Langit,
Tanyakan pada-Nya
Mengapa dia menciptakan sekeping hati ini..
Begitu rapuh dan mudah terluka..
Saat dihadapkan dengan duri-duri cinta..."

- Kahlil Gibran ( Sayap-sayap Patah )
-----------.----------

Aku kembali merenungi semua yang sudah terjadi kemarin. Saat insiden kecil gara-gara keberanianku untuk menolong makhluk kecil yang tak berdaya malah menjerumuskanku ke lubang buaya. Hehehe,

Ketika aku menceritakan insiden ini ke Tyas, ia hanya menjawab, "Hahahahaaa... Banyak gaya sih lo," dengan tertawa terpingkal-pingkal.

Oh iya, Tyas, Akung, dan Uti sudah pulang ke rumah tadi malam. Dan saat mereka tau tentang pergelangan kakiku, "Panggil mbah dukun Mar. Mbah dukun urut bukan santet,". Tragis sekali hidupku.

Drrtt

Revandra A.R. : Ngapain neng?

Aku tersenyum saat membaca isi pesan yang dikirimkan oleh Revan. Memang, kami sudah seperti yang dulu namun aku masih merasakan dinding pembatas antara kami. Itu jelas terlihat saat tiba-tiba ia datang. Ia yang sudah berubah sedrastis itu. Dan aku tau Ratna berubah untuk siapa. Ratna berubah demi Revan.

***

Flashback on

"Kheemmmm...."

Pegangan terlepas seketika saat mendengar suara Axel yang menggelegar.

"Kalau mau mesum, tuh liat sikon. Ckck," ujarnya cekikikan menertawakan kegiatan yang mungkin saja terjadi jika Axel tidak menghentikannya.

Aku lihat Nathan mengulum senyum. Mungkin ia melihat pipiku yang sudah memerah seperti tomat siap petik. Dan ketika aku lihat Revan, Revan hanya menggaruk tengkuknya yang aku rasa tidak gatal sama sekali.

"Apa sih lo Xel. Ganggu aja," jawaban Revan membuatku semakin malu.

"Ciiieee ganggu...." Ledek Axel ingin sekali aku timpuki dia dengan tempat bekalku.

"Vaaannnn....."

Suara seseorang menengahi kegiatan ledek meledek kami. Seharus aku senang akan kedatangannya, namun lihat saja Ratna langsung mencecar berbagai pertanyaan saat ia menghampiri Revan. Dan Ratna menganggapku tidak ada.

"Revan kamu kemana aja? Aku tungguin di tempat biasa kamu gak datang-datang kenapa?"

"Oh... Sorry Rat, gue tadi bantuin Aya dulu."

Semua tatapan beralih kepada diriku. Tak terkecuali Ratna. Ia tampak sangat cantik dengan tampilan barunya. Benar-benar cantik. Bibir merah alami miliknya kini sudah dipoles dengan lipgloss. Rambut panjang yang dulu selalu diikat, kini sudah berganti dengan rambut panjang yang tergerai indah. Dan saat aku lihat tangan Ratna mengapit tangan Revan, mereka terlihat sangat serasi.

"Hah? Ohhh... Iya Rat, tadi aku pinjem sebentar Revannya buat nolongin aku. Iyakan Than, Xel?" Ucapku meminta tolong kepada dua orang itu untuk mengeluarkanku dari kecanggungan ini.

"Iya Rat. Eehhmm, gue sama Nathan mau balik ke kantin dulu ya. Ayo Than," jawab Axel membuatku menghembuskan nafas lega.

Beloved OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang