Bab 2

1.6K 79 1
                                    

Robby menatap Cindy,"Kenapa dari pertama lu liat gue, lu benci banget sama gue?"

"Bukan cuma lu kali yang gue benci. Semua cowok gue benci, bahkan bokap gue. Jadi jangan heran kalo gue benci lu dari pertama kali gue ketemu."

"Cin, mungkin lu punya pengalaman buruk sama cowok. Tapi gak semua cowok bakal kayak gitu. Setiap orang tuh beda walaupun sama-sama cowok."

"Oh ya? Menurut gue gak tuh. Lu bilang cowok gk sama, tapi selama ini gue ketemu cowok tuh sama aja. Cuma bisa nyakitin. Lu juga sama aja. Jangan kira gue gk tau reputasi lu sebagai playboy!!" Cindy mengeluarkan perasaan benci yang ia pendam.

"Kenapa ya nih cewek benci bgt sama cowok?! Matanya aja melototin gue sampe segitunya. Padahal walaupun gue playboy, gue gak pernah dibentak cewek kayak gini" batin Robby

"Gue emang playboy tapi gue gk jahat." Robby membela dirinya.

"Lu bilang lu gk jahat?!! Hebat ya." Cindy tersenyum sinis,

"Berarti lu gk nyadar berapa banyak cewek di kampus ini yang sakit hati gara-gara lu tinggalin gitu aja tanpa alasan dan sebab yang jelas."

"Itu salah mereka sendiri mau sama gue. Pacar-pacar gue semuanya tau kok status playboy gue. Tapi mereka masih mau aja sama gue." Robby mengangkat bahu tanpa beban.

"Apapun alasan lu itu gk bisa buat lu gk bersalah. Lu tetep nyakitin mereka. Lu cowok dan cowok emang udah kodratnya NYAKITIN CEWEK." Cindy memberi penekanan pada kata "nyakitin cewek" lalu ia pergi dari hadapan Robby yang masih rada heran sama kebenciannya sama cowok.

Cindy mengambil tas-nya di kelas lalu berjalan menuju parkiran kampus. Sebenarnya ia masih ada kelas jam 3 sore nanti, tapi gara-gara berdebat dengan Robby itu benar-benar merusak mood Cindy. Ia pun tidak berniat mengikuti kelas.
Cindy membanting tubuhnya di jok mobilnya. Ia menelungkupkan kepalanya ke setir dan menangis.

"Sial!! Gara-gara tuh cowok gue jadi inget Alex lagi.Lagian kenapa juga sih gue mau berdebat sama dia? Kenapa gue gak menghindar aja kayak yg biasa gue lakuin sama cowok-cowok di kampus? Cindy mempertanyakan perilakunya sendiri.
Cindy sendiri tidak mengerti kenapa ia bersikap begitu lunak saat berhadapan dengan Robby.

Cindy melajukan mobilnya pelan keluar dari pelataran parkir kampusnya. Kemudian ia menjalankan mobilnya menuju ke rumahnya. Begitu sampai di rumah, Cindy memandangi rumahnya yang sepi.

"Bii Ratnaaa!" Cindy memanggil Bibi Ratna, pengurus rumahnya sedari kecil.

"Apa non Cindy?" Bi Ratna muncul dari dapur.

"Mom blm pulang, Bi?"

"Belum, non. Kan hari ini ada seminar."

Cindy berlari berderap menuju kamarnya. Ia hanya ingin memastikan bahwa ibunya belum pulang. Cindy tau jelas mengapa ibunya sangat sibuk. Ibunya menyibukkan diri dengan pekerjaan supaya tidak mengingat ayahnya.

Air mata mengalir di kedua pipinya. Cindy mengusap pipinya menghapus air mata.
"See..Gue bener kan kalo cowok nyakitin?!!Buktinya aja banyak bgt. Alex, bahkan bokap. Liat aja lain kali gue gak akan bersikap lunak sama si Robby."

* * *

Robby menjatuhkan tubuhnya di kursi dengan kasar. Roland yang duduk sebelahnya langsung menengok."Kenapa lu, Bro?"

"Lan, gue minta tolong sama lu!"

"Minta tolong apaan?"

"Cari tau informasi sebanyak-banyaknya tentang Cindy."

"Wei, bukannya lu udah tau tentang dia, Rob. Dia kan anak fakultas ekonomi semester 2."

"Bukan itu. Gue pengen tau masa lalu dia. Kenapa dia benci bgt sama cowok."

COWOK??!Gue Benci COWOK!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang