Bab 8

1.3K 56 1
                                    

Enjoy

Cindy berjalan memasuki fakultas tekhnik sendirian. Ia sedang menjalankan rencana untuk membuat Alex kerepotan. Setidaknya penderitaan cowok itu membuatnya merasa senang. Ia menengok kiri-kanan. Tidak ada satupun orang. Kenapa sepi sekali? Cindy tidak memperdulikan keadaan disekitarnya, ia tetap melangkah menuju kelas dimana Alex meletakkan tasnya. Cindy sih sebenernya pengen banget membakar tas itu tapi dia lebih suka kalo menaruh tas Alex di atap kampus.

Baru saja Cindy akan menggapai tas Alex. Tiba-tiba kedua tangannya dicekal dan ia didorong merapat ke tembok. Yah siapa lagi yang melakukan itu kalo bukan Alex. Kini, kedua lengan cowok itu ditempelkan ke tembok dan mengurung Cindy diantara kedua lengannya. Alex mendekatkan wajahnya ke wajah Cindy. Alex menatap Cindy tajam. Yah kalo ibarat tatapannya Alex itu pedang mungkin sekarang badan Cindy udah terbelah-belah atau bisa juga ketusuk kayak sate. Cindy tidak suka berada dekat Alex. Rasanya menakutkan. Ia ingin melepaskan diri tapi Alex makin mendekatkan tubuhnya ke tembok yang tentu saja membuat Cindy terjepit antara Alex dan tembok. Cindy ingin menangis saat tangan Alex menjambak rambutnya kasar. Lalu cowok itu berbisik tepat di sebelah telinganya, "Jangan kira gue gk tau kalo lu yang ngempesin ban mobil gue dan nyembunyiin diktat gue."

"Iya itu emang gue. Kenapa?" tantang Cindy.

"Enak aja lu nindas gue mulu. Lu kira gue gak bisa ngelawan? Mentang-mentang lu cowok. Emang gue takut?!" pikir Cindy.

"Berani banget lu. Lu lupa kalo gue bisa ngancurin hidup lu lebih daripada gue ngancurin lu dulu. Jangan main api sama gue karena gue bukan partner yang baik buat main-main."

"Siapa juga yang main api sama lu?Boro-boro main ketemu lu aja tuh buat gue kesialan." Seketika itu juga tatapan Alex menajam dan tiba-tiba Alex menarik kerah kemeja Cindy ke atas lalu menampar Cindy.

"Bego banget gue dulu sampe pacaran sama cowok biadab kayak dia. Manusia gak punya hati dan beraninya sama cewek. Bener-bener tipikal banci di taman lawang."

"Lu main kasar sama gue. Dasar BANCI!" Cindy membalas tamparan Alex dengan mengerahkan seluruh tenaganya hingga pipi cowok itu benar-benar merah. Tapi sepertinya cowok itu gak merasa efek apapun pada tamparan Cindy. Buktinya dia sama sekali gak menghiraukan pipinya.

"Gue bukan banci. Gue punya bukti karena gue bener-bener jantan, macho. Apa badan gue kayak banci?"

"Mungkin badan lu cowok, tapi sikap lu tuh B-A-N-C-I BANCI." Cindy mengeja kata banci dan memberikan penekanan penuh pada kata banci.

"Sikap gue banci?" Alex menarik Cindy ke pelukannya dan ia meletakkan kepalanya di lekukan leher Cindy.

"Apa-apaan sih lu? Lepasin!" Cindy mencoba mendorong Alex tapi hasilnya nihil.

"Gue mau buktiin gue bukan banci. Apa sikap banci kayak gue sekarang?"

"Lex,..Hmpfh.."Baru aja Cindy mau ngomong lagi tapi mulutnya udah dibekap sama tangan Alex.

"Gue tau, Cin. Lu benci sama gue karena kejadian waktu itu. Atau jangan-jangan lu benci sama gue karena gue gak mau lagi sama lu?"

"Heh gue justru pengen banget ngebunuh lu sekarang. Iya emang gue benci lu karena waktu itu lu maksa gue. Untung aja waktu itu gue gak hamil. Sekarang lepasin gue!"

Bukannya melepaskan Cindy dari pelukannya, Alex malah mengetatkan pelukannya.

"Gue sayang sama lu, Cin."

"You're a liar. Cowok yang bener-bener sayang sama ceweknya gak akan ngerusak ceweknya."

"Will you give me a second chance?"

"Wahh keren banget kayaknya acting nya nih cowok. Gak sama sepuluh menit yang lalu dia jambak gue, dia tampar gue. Dan sekarang dia bilang SAYANG??! Terus dia mau kesempatan kedua?!What the f*ck! Ini sih bener-bener jelmaan iblis."

"I'll never give you a second chance." Kali ini Cindy bener-bener marah.Yah siapa sih yang gak marah. Emosi orang dimainin gitu. Sebentar baik sebentar jahat. Cindy melepaskan pelukan dari Alex. Tapi kayaknya Alex gak nyerah-nyerah. Alex melingkarkan tangannya di leher Cindy. Mungkin untuk kebanyakan orang perlakuan itu romantis. Itu memang romantis seandainya saja dilakukan oleh orang yang kita sayang bukan cowok yang moodswing gak jelas kayak Alex.

Kali ini mungkin Dewi Fortuna memihak Cindy karena tangan Robby menghempaskan tangan Alex yang melingkarkan leher Cindy.Robby menatap Alex dengan tatapan membunuh.

"Jangan ganggu Cindy!" ucap Robby dengan mata yang berkilat marah.

"Gue gak ganggu cuma pengen membangkitkan cinta Cindy ke gue aja karena gue yakin rasa itu masih ada di Cindy. Buktinya tadi dia gk nolak pas gue peluk dia."

"Hah! Gak nolak. Gue udah dorong lu cuma lu aja tuh yang main peluk-peluk orang sembarangan. Mending lu meluk boneka teddy bear deh daripada meluk cewek karena lu meluk orang dengan tangan doang bukan dengan sepenuh hati lu. Yuk, By! Tinggalin aja orang gak jelas kayak dia." Cindy menarik tangan Robby pergi tempat itu.

"Kok kamu bisa ada di situ sih, Cin?Kamu ngapain ke sana?" tanya Robby.

"Duh mati deh gue. Bilang apa ya sama Robby? Masa gue bilang mau ngerjain Alex buat bales dendam?!"

"Aku..hmm nyari-in kamu." ucap Cindy terbata-bata. Itu ide yang pertama kali melintas di kepalanya.

"Kenapa kamu gak telpon aku aja sih?Kan jadi ribet deh kalo ketemu sama Alex. Dia kan udah nyakitin kamu dulu. Jangan ketemu Alex lagi ya! Kalo ketemu dia telpon aku!"

"Darimana kamu tau Alex nyakitin aku?"

Kali ini giliran Alex yang mati kutu gak bisa jawab. Secara dia emang nyelidikin Cindy dari Ethan.

"Mau jawab apa gue? Waktu itu kata Alex, Cindy udah tau gue saudaranya dia. Apa jangan-jangan Cindy juga nyelidikin gue kayak gue nyelidikin masa lalu dia ya?"

"Byy!"

"Hmm?"

"Jawab aku, kamu tau darimana Alex udah nyakitin aku?" Cindy pura-pura memasang mimik bingung. Yah padahal Cindy kan udah tau dari pembicaraan Robby sama Alex waktu itu di telpon.

"Hmm waktu itu Alex cerita sama aku."

"Cerita apa aja?Bukannya emang semua mantannya emang disakitin sama diancurin. Mana ada sih mantannya yang dia bahagiain?Ujung-ujung nya juga disakitin." ucap Cindy tanpa sadar.

"Gue pengen jujur sama Robby kalo gue tau dia saudaranya Alex. Hubungan yang didasari oleh kebohongan gak bakal bertahan lama. Lagian gue kayaknya emang udah jatuh cinta sama my Byy."

-----------

Haii readerss
Maaf ya kalo part yang ini pendek daripada part-part sebelumnya soalnya author lagi banyak pikiran jadi idenya dikit.
Makasihh ya yang udah baca dan support me to keep writing this story.
Please vote and comment.

****

COWOK??!Gue Benci COWOK!! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang