Trouble 3 : Ting Tong!

776 29 0
                                    

Forget Month, 2015

Masalah ini juga terjadi saat jam pelajaran olahraga. Hari sabtu pula. Dan masih di kelas yang sama, kelas delapan. Pelakunya seseorang yang sekarang dijadikan kelinci percobaan pembullyan. Betul! IK alias Ibnu Khuldun.

Setelah pulang pelajaran olahraga di hari sabtu yang biasa, biasa menurut kami. Aku sedang tidak mood untuk cepat-cepat pulang seperti biasanya bersama Denisa. Jadilah, aku berjalan berbarengan dengan anak-anak lainnya. Tetapi aku berjalan agak terlalu ke barisan belakang, tempat para Geng anak-anak peleh itu.

Saat aku berjalan tepat di depan sebuah penginapan, si tersangka mulai menjalankan aksinya..

Ia berada tepat di belakangku saat itu. Dan teman-temannya sedang mendiskusikan rencana untuk mengebel bel penginapan yang dipasang tepat di depan pintu. Detik-detik diriku mencapai pencetan bel, tiba-tiba Khuldun mendahului dan menghalangi jalanku  kemudian memencet bel itu.

TingTong! TingTong!

Lalu ia berlari ke gerombolan anak-anak perempuan yang jalan agak di depan, dan mulai mengintip-intip apa yang terjadi di penginapan rumah itu. Aku yang sedang tak mau tahu langsung berjalan saja tanpa menoleh dan menggubris apa yang dilakukan mereka.

Setelah agak jauh, kudengar pintu terbuka dan tampaklah rupanya pemilik rumah penginapn itu yang sepertinya terganggu sekali dengan tindakan songong anak-anak berkaos olahraga kuning. Sang pemilik penginapan menutup kembali pintunya dengan wajah sangat kesal.

Dari kejauhan, para anak peleh itu bertepuk kegirangan sementara sang pemilik penginapan sangat kesal karena telah dikerjai oleh mereka. Kurasa tindakan mereka juga kurang sopan, mengingat ini hari sabtu dan hari dimana orang bersantai. Juga di jam sepagi ini biasanya orang-orang pada ngebo di kasur apalagi hari ini adalah akhir pekan.

Sesampainya di kelas, mereka menceritakan kembali apa yang telah mereka lakukan di perjalanan menuju ke sekolah sepulang dari alun-alun. Banyak yang tertawa terpingkal-pingkal saat mengulang cerita tersebut. Banyak juga anak-anak perempuan yang berseru "Ngawur! Ngawur!" Tetapi tetap saja tak dipedulikan. Dan aku curiga mereka bergerombol di pojok pasti untuk mengerjai orang itu lagi minggu depan saat olahraga. Aku menutup mata dan telinga tak mau tahu dengan apa yang mereka lakukan karena, jujur saja, aku tak mau terlibat menjadi saksi atau apalah itu namanya jika mereka tertangkap guru bk atas apa yang telah mereka lakukan selama ini. Itu urusan mereka dan aku tak mau tahu.

Sungguh, ini gila.

Tetapi kami tidak hanya membuat masalah, kami juga membuat prestasi. Dan dari inteligensi kami yang tinggi itulah, kami mengerjai orang lain. Bukan dengan guyonan biasa orang-orang bodoh dan juga bukan aksi anarkis arogan pelanggar hukum, tetapi kami menyusun strategi agar onar kami tetap terselubung tidak ketahuan. Itu semua hanya untuk lucu-lucuan, tentu saja. Itulah mengapa tak ada yang tertangkap selama kami masih menggunakan otak. ~Naurah, 20.06.16

34 TroubleMakersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang