" kamu yakin akan mendekatinya ?" tanya Sarah padaku.
" ya, aku akan melakukannya. Ini sudah menjadi tekadku sejak lama." jawabku penuh keyakinan.
Itu yang aku katakan pada Sarah saat dia bertanya kesungguhanku mendekati Jeremy. Ya, aku tahu. Lelaki itu adalah seorang playboy yang selalu bergonta ganti kekasih dalam jangka waktu yang bisa kita sebut, sangat singkat. Tidak ada satu wanita pun yang bisa bertahan dengannya lebih dari 1 bulan.
Beberapa hari lalu aku mendekatinya melalui temanku. Dan, aku senang dia tertarik padaku. Sejak saat itu kami sering bertemu dan jalan bareng. Aku mungkin dianggap bodoh oleh Sarah, karena mendekati bahaya. Tapi aku tidak perduli, aku tidak perduli lagi. Hidupku bahkan tidak berharga saat ini.
" aku suka sama kamu. Kamu mau gak jadi pacarku ?" itu yang dia katakan setelah seminggu kenal.
Apakah aku mengiyakan ? Ya, aku mengiyakan dengan rasa senang. Tapi, tanpa adegan romantis seperti di film.
Setiap pergi bersama, dia selalu saja ingin melakukan kontak fisik. Apakah itu memegang tangan, merangkul, atau bahkan ingin mencium. Tapi aku selalu menolak untuk melakukan apa pun yang dia inginkan, karena aku benci semua itu.
Aku hanya bisa tertawa dalam hati mengetahui tidak ada ketulusan dalam hubungan yang kami jalani. Dia hanya ingin tubuhku, dan aku sadari itu. Bahkan sebelum mulai mendekatinya dengan sengaja. Tapi aku tidak akan pernah mau melakukan itu.
***
Jeremy duduk dengan kesal di depan mobil miliknya. Disampingnya ada Dion, yang tengah minum soda.
" aku gak ngerti sama Meta." gerutu Jeremy.
" gak ngerti gimana sih ? Dia cantik, pintar, apalagi yang kurang !" komentar Dion.
" apa ada cewek yang gak pernah pegangan tangan sama aku selama ini ? Gak pernah, kan ! Bahkan sebelum jadi pacarku, mereka mau memberikan sesuatu yang lebih dari itu." cerita Jeremy sangat yakin.
Dion menertawakan Jeremy, dia tidak menyangka temannya itu belum pernah berpegangan tangan sama sekali dengan pacarnya sendiri. Apalagi, setahunya Jeremy sangat bebas dalam pergaulannya. Itu terasa sangat janggal didengar.
" benar - benar tidak pernah ?" Dion coba meyakinkan.
" baru saja aku menyentuh tangannya, selalu ada saja alasan yang dia buat. Anehnya semua alasan itu selalu terasa masuk akal untukku." Jeremy meyakinkan pertanyaan Dion.
Dion kembali tertawa, dan tanpa sadar berkata dengan spontan. " itu tandanya dia tidak menyukaimu."
" apa maksudmu ?" tanya Jeremy tidak mengerti.
" aku tidak tahu, mungkin dia takut. Atau ada alasan lain. Apa saja cara yang kamu gunakan ?"
" sama saja seperti cewek - cewek lain. Aku ajak ke mall untuk belanja, tapi dia tidak pernah mau menerima satu pun barang pemberian dariku. Ajak makan di restoran, tapi dia tidak pernah mau. Dia bahkan lebih memilih makan di pinggir jalan. Ajak nonton, selalu pilih film yang bergenre keluarga atau kalau tidak thriller. Mungkin lebih baik aku putuskan saja dia. Dia itu benar - benar membosankan."
" katanya playboy, harusnya kamu bisa naklukin dia dong ! Dia sepertinya masih polos, maka dari itu dia begitu. Jadi mungkin karena yang pertama dia sedikit canggung." pikir Dion.
Jeremy mengerti maksud temannya itu. Dia mungkin masih canggung karena itu yang pertama untuknya. Akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkannya, dia bertekad untuk menaklukan Meta.
Beberapa hari setelah obrolan itu, Jeremy mengajak Meta jalan - jalan ke mall tapi Meta tidak mau. Itu kali pertama Meta menolak ajakannya.
" aku harus pergi ke suatu tempat, kamu mau antar aku, kan ?" tanya Meta.