Rain in My Life

162 2 0
                                    

Sore ini, hujan kembali turun bersama airmataku yang juga tak bisa dihentikan. Rintik hujan seolah mendukungku untuk terus mengeluarkan air mata. Dedaunan dan tanah yang basah membuatku teringat saat aku menjadi seorang wanita tanpa cinta.

Dulu, aku adalah gadis ceria yang selalu tertawa bahagia. Bercanda bersama teman - teman dan keluarga adalah suatu keseharian yang tidak akan pernah terlewati.

Namun, hari itu. Tepat di tanggal 13 Maret, aku mengalami musibah yang berat. Sangat berat hingga aku tak sanggup bangun. Hari itu tak akan pernah terlupakan di hidupku, walau hanya satu detik.

Hari hujan, tidak deras tapi cukup membuat seluruh pakaian yang kukenakan basah. Aku sengaja berteduh di teras sebuah rumah kosong, karena hujan semakin deras. Aku tidak mau buku - buku di dalam tasku ikut basah dan rusak.

Tapi, apa yang terjadi. Seseorang menyergapku dari belakang dan menarikku masuk ke dalam rumah kosong itu dengan kasar. Aku kaget mendapati beberapa lelaki berseragam sekolah tengah pesta minuman keras dihadapanku. Ingin rasanya, ku berteriak, dan lari tapi mulutku dibekap  apalagi tangan lelaki yang tak ku kenal dibelakangku sangat sulit dilepaskan.

Semua lelaki itu menyeringai seakan aku adalah mangsa empuk mereka. Dan memang benar, aku adalah sasaran empuk yang sudah tidak berdaya. Dengan cepat, mereka mendekatiku lalu mendorongku jatuh ke lantai kotor rumah itu. Apa pun itu, semua orang pasti tahu apa yang akan terjadi padaku.

Aku sangat menyesal tidak langsung pulang dan malah menunggu hujan reda di tempat yang salah. Teriakan dan tangisan tak membuat orang - orang datang, sekeras apa pun ku mencobanya. Memohon dilepaskan hanyalah usaha sia - sia, mereka justru terlihat senang.

Bajuku dirobeknya, salah satunya malah memegang bagian - bagian tubuhku. Hingga seseorang datang seperti pangeran berkuda putih, dia menolongku lepas dari mereka. Sekalipun begitu, semuanya sudah terlambat. Aku tetap telah kehilangan hidupku, kehilangan perasaanku, dan kehilangan mimpiku. Semuanya.

Mungkin, aku tidak kehilangan lebih dari harga diri. Karena mereka hanya bisa menyentuhku, tapi semua itu membekas sangat dalam dan menakutkan melebihi mimpi buruk paling buruk yang pernah kualami.

Pangeran berkuda putih itu, menutupi bajuku yang robek dengan jaketnya. Menolongku, membawaku pulang dan menjelaskan apa yang terjadi, pada orangtuaku. Sudah jelas, mereka sangat kaget. Mereka bertanya keadaanku penuh kekhawatiran, tapi aku tidak bisa bicara apapun bahkan hingga saat ini. 

Tiga tahun berlalu, aku masih tidak bisa bicara, menutup diri, dan mimpi buruk selalu menjadi pengantar tidurku setiap malam. Apalagi saat hujan turun kejadian itu selalu terbayang jelas, semua tangisan seakan sia - sia.

Aku bisa melanjutkan hidupku, sekolah, dan belajar. Tapi tidak dengan tawa dan keceriaanku, begitupun suaraku semuanya telah menghilang. Pihak sekolah, teman, dan keluarga mencoba mengerti, walaupun kadang mata mereka menunjukkan rasa iba.

Semenjak kejadian itu, aku selalu pulang bersama lelaki yang pernah menolongku. Orangtuaku percaya padanya untuk menjagaku, tapi aku tidak perduli. Toh, tak akan ada yang berubah.

Suatu kali, diperjalanan pulang dari sekolah. Lelaki yang selalu menjagaku, atau sering ibuku panggil Kira itu berjalan disampingku. Dia berjalan disampingku dengan jarak yang cukup jauh, karena sejak saat itu. Aku jadi sangat sensitif, siapa pun yang bersentuhan denganku reflek kutepis atau kuteriaki. Agak aneh, tapi itu seakan terjadi tanpa pemberitahuan bahkan aku sendiri tak sadar.

Dia berkata, " jika saja aku datang lebih awal, semua itu tidak akan terjadi padamu. Aku minta maaf !" wajahnya terlihat sangat menyesal.

Aku hanya bisa menatapnya datar. Padahal, hatiku saat itu berkata kalau aku harus berekspresi lebih dari itu. ' itu semua bukan salahmu.' itu yang ingin aku katakan. Aku bahkan tidak bisa mengontrol ekspresi wajahku sendiri.

Dia berkata lagi, " setiap aku melihatmu, hidupku seakan penuh dengan mimpi indah. Senyumanmu selalu menjadi pengisi hariku. Namun, sejak saat itu, semuanya hilang. Aku sangat kecewa. Jujur, aku mengagumi dan menyukaimu sejak dulu bahkan hingga saat ini. Aku tidak perduli dengan semua hal yang telah terjadi, hatiku tidak akan pernah berubah." ujarnya kemudian.

Aku terharu mendengarnya, tapi ekspresiku tidak bisa berubah. Aku tidak bisa, aku tidak bisa memberikan ekspresi yang lebih baik dari itu. Hanya mataku yang mulai berkaca - kaca. Aku bisa menangis, tapi ekspresiku tak bisa berubah.

                                  ***

" sayang, aku pulang ! Apa kamu baik - baik saja ?" tanyanya dari arah pintu, napasnya memburu penuh kekhawatiran. Pakaiannya basah dengan air hujan.

Suara itu sangat kukenal, suara lelaki yang telah sah menjadi suamiku sejak beberapa bulan yang lalu. Dia sangat memperhatikanku, tanpa perduli apa yang tak bisa kuberikan padanya. Dia tidak pernah menekanku untuk menjadi apa yang dia inginkan. Dengan adanya aku dirumah dan masakan yang selalu aku berikan untuknya. Baginya itu sudah cukup.

Dia datang menghampiriku, dan duduk disofa yang ada disampingku. Aku menatapnya, begitupun sebaliknya. Untuk kali pertama dalam hidupku, hujan ini tidak lagi menjadi mimpi buruk, setelah melihatnya basah dengan air hujan. Hatiku lebih tenang setelah melihatnya.

Melihatku baik - baik saja, dia terlihat lega. " aku bersyukur, kamu baik - baik saja. Cepat istirahat, ini sudah malam !" ujarnya.

Dia berdiri dari duduknya, " ayo aku antar ke kamarmu ! Apa kamu perlu aku temani malam ini ?" tanyanya lagi. Kami memang tidak satu kamar semenjak pernikahan.

Aku tidak mengangguk atau menggeleng tapi dia mengerti. Malam ini, dia menemaniku. Dia tidur di sofa menungguiku. Dari tempat tidur, aku hanya bisa memandanginya.

Aku tetap tidak bisa memberikan senyumanku, suaraku terlebih tubuhku. Tapi, dengan yakin aku katakan ' hatiku telah menjadi milikmu semenjak kamu berkata menyukai dan mengagumiku. Aku minta maaf tidak bisa memberikan sesuatu yang lebih dari ini. Maafkan aku !'

Ini ceritaku yang ke - 3, agak lebay sepertinya. Tapi, apa mau dikata. Ini datang dari otakku yang masih perlu diasah lagi. Aku mohon sekali ada yang mau berkomentar disini, agar aku bisa memperbaiki cara menulisku yang masih kacau dan tidak beraturan ini. Aku sangat mengharapkannya !! Terima kasih ! :)

My StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang