Namun tiba tiba saja semua berubah . Sang mentari menghilang dibalik awan dan cakrawala kelam pekat. Busur pelangi juga tiada karena dimakan badai. Para bintang pun begitu, mereka tak mau menampakkan diri, teganti dengan awan awan yang tiada pernah kusuka. Hari hariku menjadi sepi kembali, ketika kau mulai jarang membalas pesan yang aku kirimkan. Aku tahu ini semua karena kesalahanku, sepenuhnya, kesalahanku. Kedekataan kita membuatku lupa akan batas hak yang aku miliki. Aku tak sadar aku telah berubah. Aku terlalu sering menanyakan kabar. Dan pertanyaan pertanyaan yang tak penting karena aku bukanlah siapa siapamu. Lebih parah lagi, aku tak sadar sudah mengaturmu, melarangmu untuk membalas pesan seseorang yang membuatku merasa entah. Aku tahu aku tiada punya hak untuk berbuat itu. Aku tak tau mengapa aku bisa sebodoh itu. Sampai sampai memaksamu untuk mengirimkan sebuah pesan yang tiada pernah aku suka.
"Aku capek !"
" --- Aku gasuka kalo kamu tanya macem macem. Emang aku apaan.Kita temenan aja --- "
Entah, aku merasakan sesuatu yang sangatlah entah. Aku juga kebingungan untuk membalas pesanmu itu. Sungguh, aku tak pernah tau apa yang aku rasakan dan apa yang harus aku lakukan kala itu. Pesanmu itu kubiarkan berhari hari. Sembari mencari jawaban yang tepat untuknya. Memang benar ini salahku. Mungkin aku terlalu cepat menyimpulkan dan berfikir kau menyimpan rasa yang sama dengan apa yang kurasakan. Ya, aku menyadari betapa bodohnya aku. Aku tak menyadari bahwa tentang perasaan, aku harus berhati hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Kerinduan
RandomAkan selalu ada cerita di dalam setiap hubungan yang pernah terjalin, Pada akhirnya, yang menjadikannya indah adalah sebuah penerimaan akan kenyataan yang ada, Entah itu manis ataupun teramat getir. Dengan segala rasa yang sederhana, dengan sebuah...