Engkaulah angin pujaan hujan

1K 27 0
                                    

Cerita ini kutulis saat gerimis sore hari. Pukul empat tepat, menuju senja dengan langit merah ranum bagai anggur. Ditemani secangkir kopi panas yang kubiarkan pahit tanpa gula, Karena aku kurang suka sesuatu yang manis ada pada sesuatu yang ditakdirkan pahit. Suasana yang sangatlah menyenangkan bagiku. Disaat rindu berkecamuk dalam kalbu, selalu saja aku menikmati pilu yang kau tinggalkan saat pergi dari kisahku. Kisah kita.

Kita? Tentu saja. Ingatkah engkau pada masa masa itu ? Saat kau manjadi orang pertama yang kucari di pagi yang dingin. Saat kau menjadi orang yang selalu menemaniku sepanjang hari dengan membuat segalanya terasa indah. Dan saat kau menjadi orang terakhir yang kutemui saat cakrawala menghitam dengan dihiasi bintang.Sungguh, semua terasa sempurna ketika kau ada. Seperti pelangi yang ada disaat hujan reda, kau menghias hari hariku setelah aku melewati masa masa kelam yang membosankan. Seperti mentari yang terbit di ufuk timur, kau menerangi hari hari yang dulu suram menjadi terang.Aku sangat menikmati hujan kali ini, mereka mengingatkanku pada sosokmu. Seseorang yang pernah aku sayangi, seseorang yang pernah membuatku lebih berarti.

Ah, sungguh engkaulah angin pujaan sang hujan. Yang menggugurkan dedaunan kering untuk diganti dengan dedaunan yang lebih segar.

Senja dan KerinduanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang