This Isn't Even a Tortured.

105 7 0
                                    

Oleh
whynotfangirls_

Olehwhynotfangirls_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

13 Desember 2016.

Ini adalah keempat kalinya Aku melihat lelaki bermata hijau dengan senyuman indah itu disela sela Shift malam.Dia mengenakan sweater hitam tebal serta topi rajut yang menjuntai sampai ke bawah telinganya. Mengingat seantero kota sudah mulai terpenuhi salju tebal hingga beberapa milimeter, tak heran jika dia terus-terusan mengusap kedua telapak tangannya sedaritadi. Tapi, sepertinya dia tidak terbiasa dengan kota ini. Cuaca di Ohio saat sedang turun salju bisa lebih dingin dari ini. Bahkan menurutku saja, ini adalah cuaca musim dingin terhangat yang kurasakan  sejak satu dekade lalu.

Tapi Ah, apa dayaku? Hillary selalu memergoki diriku tengah pura-pura membuang sampah di luar distro hanya untuk menatap lelaki itu. Hillary bilang padaku, Aku harus mengajak lelaki itu bicara sesekali. Tapi itu mustahil karena dia-----

"Ash! Dimana kau menyimpan botol beer sialan itu?!"

"Aku akan kesana!"

Aku menutup buku jurnalku dengan cepat, kemudian meletakkannya di sudut terdalam lemariku.

Hidup menjadi Anak asuhan seseorang tak dikenal memang kadang memuakkan. Aku ingat ketika Mrs. Thompson mengadopsiku dari panti limabelas tahun lalu. Dia begitu baik dan ramah, hingga Aku merasa begitu bersyukur mendapat Ibu baru seperti dia. Tapi entahlah. Dia mendadak berubah sejak suami-nya yang pemabuk itu bangkrut. Ya, bangkrut adalah sebutan yang di katakan  oleh Mrs. Thompson. Mungkin dia pikir Aku tidak mengetahui hal ini. Tapi, usaha jual beli narkoba suaminya itu sudah begitu akrab ditelingaku. Hingga pada suatu saat seorang polisi lokal datang menyamar dan mengungkap usaha jual beli kotornya itu.

"Ashley!! Kau dengar tidak Aku memanggilmu?!!"

"Sebentar, Mom!!"

Aku jadi lupa memperkenalkan diri. Namaku Ashley Thompson. Tapi yah, kata pengurus panti, Aku terlahir dengan nama Ashley Marie Lyenne walau Aku tak bisa mengingatnya dengan jelas. Aku sudah berada di panti sejak berumur lima tahun. Mom dan Dad tiada saat kami mengalami insiden pesawat terbang menuju London. Sejak saat itu, tidak ada satupun kerabat yang mau mengasuhku. Kenapa? Tentu saja dengan alasan yang amat klise seperti kendala ekonomi ataupun belum siap mengasuh seorang gadis kecil berumur lima tahun.

Mom dan Dad bekerja di suatu lembaga humas yang mengharuskan mereka berpergian keluar negeri. Aku jadi lebih sering ditinggal mereka. Namun, Mom selalu bilang padaku, saat Aku merindukan mereka, Aku bisa menulis sesuatu ke dalam Jurnal yang mereka berikan padaku saat ulang tahunku keempat. Pasti kau bingung kan? Mana mungkin anak berumur empat tahun sudah bisa menulis di sebuah jurnal. Tapi Aku bisa. Dan Mereka (Mom dan Dad) selalu membaca isi jurnalku saat mereka pulang kerumah.  Itu sebabnya aku selalu menulis jurnal selama limabelas tahun terakhir ini.

Aku hidup di negeri dongeng.
Bagaimana tidak? Di jaman modern seperti sekarang ini, istilah Ibu asuh ataupun Ibu tiri yang kejam sudah jarang dipakai. Tapi hal ini berbeda dengan Mrs. Thompson. Seperti yang kubilang, sejak Mr.Thompson ditahan dibalik jeruji besi, semua-nya bagaikan mimpi buruk bagiku. Apalagi setelah Anak KANDUNG semata wayangnya, Alexis lulus SMA, dia tidak pernah memperlakukanku lagi dengan adil.

"ASHLEY! Aku tidak akan memangil namamu untuk yang ketiga kali-nya!!"

Sesampainya di lantai bawah, Aku menemukan Jika Mrs. Thompson sudah duduk di sofa empuknya sambil menatapku Tajam. Ini bukan pertama kalinya dia menggapku sebagai Asisten Rumah Tangga. Sudah kubilang kan ini seperti di dongeng-dongeng?
Tanganku meraih gagang kulkas dengan cepat untuk mencari sebotol Beer milik Mrs. Thompson.

Dan pantas saja dia tidak bisa menemukan Botol itu. Aku baru ingat jika dia sudah menghabiskan tiga botol beer sekaligus kemarin dan itu berakibat buruk pada kesadarannya. Ya, dia sangat mabuk, dan Aku juga lah yang membuang botol Beer bekas itu di tempat sampah komplek yang terletak beberapa blok dari sini. Kenapa Aku tidak membuang nya di tempat sampah kami saja? Oh, Mrs. Thompson tidak memperbolehkanku walau sekalipun. Dia bilang bahwa keadaan suaminya yang terjerat hukum tidak memungkinkan dirinya untuk mengkonsumsi Alkohol. Dan untuk yang satu ini, Aku masih tak tahu alasannya.
"Sekarang, Belikan Aku tiga botol lagi di Toko Amy..." katanya sambil menyerahkan identity card nya.

Dasar. Tidak tahukah dia cara mengatakan tolong? Lagipula, toko Amy terletak berbelas-belas blok dari sini, dan Mrs. Thompson bahkan tidak mengizinkanku pergi menggunakan sepeda. Namun, yang kulakukan selanjutnya hanyalah mengangguk pasrah menerima permintannya.
Bersamaan dengan tanganku yang dengan cepat meraih kenop pintu, ternyata Pintu sudah dibuka terlebih dahulu. Terdengar suara tawa Alexis yang memekik mulai memasuki rumah.

"Anggap saja rumah sendiri, Jim."

Aku masih berdiri di ambang pintu dan memperhatikan Alexis mulai berjalan melewati diriku seolah Aku tidak ada.  Sertinya Alexis membawa seseorang temannya masuk ke dalam rumah.

"Mom, Kenalkan ini Jim... Aku tahu, kan? Dia tampan seperti di foto. Aku sudah berjanji padamu untuk membawanya kesini dua minggu lalu. Ingat, Kan?"
Sepertinya Mrs. Thompson sudah mengubah rencananya sekarang. Dia memintaku agar tidak membeli Beer dan malah membuat teh hangat untuk teman Alexis.

Teman Alexis ini tampak familiar. Dia memang cukup tampan. Sepertinya Aku pernah melihat wajahnya walau Aku tak begitu yakin. Setelah meletakkan nampan di atas meja ruang tamu, Aku bergegas kembali ke dapur untuk mengembalikan nampan. Aku ingat pada satu hal yang selalu Mrs.Thompson katakan padaku. 'Jika ada teman lelaki Alexis datang berkunjung, jangan sekali-kali menampakkan wajahmu didepannya. Aku tidak suka jika hal itu terjadi. Yang harus kau lakukan adalah duduk manis di kamarmu dan jangan turun ke bawah. Paham, Ash?'
Tapi untuk yang satu ini, Aku tidak bisa mematuhi perkataan Mrs. Thompson. Aku yakin lelaki ini terlihat begitu Familiar. Ah, tunggu saja sampai dia membuka Topi rajutnya itu.
Tak lama kemudian, Lelaki itu membuka topi dan Akhirnya Aku bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Tentu saja dia terlihat familiar.
Ya, Aku sangat yakin.
Dia adalah anak pemilik perusahaan Saham yang sudah beberapa kali ini kupandangi kala Shift malam. Dia adalah lelaki yang berhasil membuatku selalu membuang sampah hanya untuk memperhatikan dirinya kemudian tersenyum dan tersipu malu. Dia adalah lelaki yang setiap malam kutulis dalam jurnal-ku. Dia adalah...

"Ashley, Apa yang kau lakukan disitu?!"
Sial.

F L A S H  F I C T I O NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang