"Kayaknya di sekitar sini deh dulu gue naronya, mana ya?"
Tanganku daritadi mencoba mencari sesuatu yang berada diatas lemari di pojok ruangan itu. Sesekali kucondongkan mukaku ke arah atas, untuk sekedar memastikan tanganku berhasil meraihnya atau belum. Tanganku pun tampak mulai terlihat kotor, ya sepertinya aku telah bersentuhan dengan debu yang berada di atas lemari tersebut. Seakan tidak memperdulikannya, aku membiarkan tanganku dalam keadaan seperti itu, dan memutuskan untuk terus mencari sesuatu itu. Eh iya perkenalkan namaku Ridho, mahasiswa Sistem Informatika Universitas Indonesia semester 4. Sudah lama sepertinya, semenjak masa itu. Ya sudah 2 tahun yang lalu.
"Nah!"
Tiba-tiba kata itu terucap begitu saja, sepertinya aku telah berhasil menemukannya.
Yes, aku berhasil. Sebuah buku yang kuterima sekitar dua tahun yang lalu. Buku spesial yang hampir dimiliki oleh setiap siswa-siswi SMA yang akan lulus dan melanjutkan ke perguruan tinggi, Ya benar, buku tahunan lebih tepatnya. Buku yang menyimpan banyak potret kenangan yang terabadikan pada masa itu. Buku yang dulu kulapisi oleh plastik bening karena takut rusak itu pun tampak tak lagi bening. Semua akibat debu tadi, yang membuatnya kini terlihat usang, terlihat sepadan dengan lemari tempat dimana aku menemukannya tadi. Entahlah, mengapa tiba-tiba saja aku kepikiran untuk mencari buku itu. Padahal selama ini hanya kugeletakan begitu saja diatas lemari, bersama kardus-kardus berisi buku-buku skripsi ayah dulu. Ya mungkin, aku hanya ingin sedikit bernostalgia.
Sepertinya hati kecilku ingin memberi tahu dan menunjukkan kepadaku tentang apa yang telah hilang selama ini. Sebuah kepingan puzzle yang selama ini tertinggal disana. Tiba-tiba saja aku merasakan ada yang berbeda di dalam diriku. Jantungku terasa mulai berdegup lebih kencang dari biasanya. Ada apakah gerangan? Sudah lama ia tidak pernah merasakannya perasaan ini lagi. Perasaan yang selama ini ia cari seakan seperti hendak bangkit kembali. Tanpa pikir panjang, plastik yang tadi membungkus buku itu pun telah berhasil terbuka.
"Baiklah, ayo kita mulai"
. . . . . . . . . .
Lembar pertama buku tahunan tersebut pun kubuka. Yak, coba tebak apa yang kutemukan? Terlihat sebuah pop up yang muncul saat halaman pertama buku itu dibuka. (Pop up adalah sebuah seni yang dapat memunculkan kesan timbul atau tiga dimensi pada gambar atau objek saat kita membuka sebuah buku atau desain tertentu.) Sebuah gambar tempat yang selama ini sudah tak asing lagi bagiku, yup itu adalah bangunan sekolahku dulu, yang secara kreatif dibuat timbul dan membentuk sebuah pop up unik.
"Ah gilak, kangen banget gue sama ni sekolah."
Aku pun membuka halaman-halaman selanjutnya, nampak sosok-sosok wajah yang telah menghiasi tiga tahunku menuntut ilmu di tempat itu. Meskipun tak dapat kukenal mukanya secara keseluruhan karena tidak diajarkan langsung oleh para beliau, tetapi setidaknya aku kenal muka dan pernah berpapasan dan bertemu di lingkungan sekolah, entah itu di ruang guru, lobby ataupun kantin. Para sosok yang selalu ikhlas membimbing dan memberikan kami ilmu. Meskipun pada akhirnya, tidak semua ilmu yang mereka berikan kugunakan pada saat ini. Ya masa depan mana ada yang tahu bukan?
. . . . . . . . . .
"Eh? Bu sudar! Jadi inget dulu ketahuan bolos pas jam pelajaran dia, jadi dapet hukuman disuruh nulis essay deh, LIMA lembar haha." Ucapku menunjuk foto beliau sambil menahan tawa setelah mengingat betapa tidak disiplinnya diriku dulu.
Aku pun menolak untuk berhenti dan melanjutkan kegiatan menenang masa-masa putih abu-abuku dahulu. Dan mataku pun mengarah tepat ke serong kanan bawah foto guru bahasa Indonesia tadi.
YOU ARE READING
Hu12ts.
Teen Fiction"Ketika yang kau harapkan tak lagi bisa kau genggam, maka biarkan 'rasa ini' tersimpan di lubuk hati yang paling dalam." Kumpulan 12 cerita pendek remaja (on going), seputar masa khas putih abu-abu. All right reserved © 2014-2017 by farhaidar.