“Lo serius gamau dateng Dik?”
“Iyaa bawel, lagian ngapain sih acara begituan gak penting-penting amat” jawabnya sinis.
“Tapikan ini acara terakhir lo di SMA, sekali seumur hidup, lo bakal nyesel nanti!”
Well, sebentar lagi akan ada acara prom di sekolahnya, bagi sebagian anak ini adalah event terakhir sebelum mereka benar-benar meninggalkan teman-temannya dan menjadi anak kuliahan. Tapi bagi Dika, event ini adalah event biasa, yang menurutnya hanya membuang-buang waktu. Ia lebih memilih memilih belajar untuk mempersiapkan diri masuk ke perguruan tinggi ketimbang datang dan hanya berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa.
“Pokoknya gue gamau ikut, lagian juga disana paling gue diem, lo enak ada Elsa. Lah gue?”
“Tiara?” tanya sahabatnya itu.
Tiba-tiba Dika terdiam.
Nama tadi seperti membuat semua yang ada di otaknya menjadi kosong. Kata demi kata, kalimat demi kalimat yang ingin ia katakan seketika hilang seperti diterjang badai. Ia masih saja melamunkan apa yang baru saja sahabatnya itu katakan, sebuah nama yang ia pikir telah banyak membuatnya nervous selama ini. Tiara. Ada apa dengan nama itu?
“Woi, Dik… ngape lu? sehat kan? Dik?”
“Eh iya..” tiba-tiba Dika tersadar dari lamunannya itu.
“Lo masih suka kan sama Tiara?” tanya sahabatnya tiba-tiba.
“Eng.. Engga.. Engga lah.. Engga mungkin, itu masa lalu, lagian dia pasti gak suka sama gue juga kok.”
“Emang lo udah coba tanya ke dia?”
“Belom.”
“Yee bego, belom dicoba udah pesimis gitu, ntar daripada nyesel pas kuliah gak sempet nyatain ke dia, gimana?”
“Gak gimana-gimana. Lagian Tiara juga baru punya cowok, ngapain gue ngarepin orang yang udah sama orang lain gitu, yang ada nanti gue dikira ngerusak hubungan mereka lagi.”
“Lo gak butuh itu buat ngerusak hubungan mereka Dik, yang lo butuh cuma kejujuran hati lo. Kalo dulu lu suka, bilang ke dia. Masalah lain itu urusan belakangan, yang penting lo gak munafik sama diri lo dan perasaan lo itu.”
Dika lagi-lagi terdiam.
“Lagian mana ada sih hati yang sanggup menampung segitu banyaknya perasaan yang lo pendem terus-terusan. Ibarat tangki, walaupun kosong lama kelamaan akan terisi penuh juga kan?.” Ucap sahabatnya mantap.
“Lo bener Ben. Terus gue musti ngapain?”
“Sebentar lagi kan ada prom tuh, Nah lo bilang aja ke dia pas prom. Lo bilang semua yang lo rasain, perasaan lo selama ini sama dia.”
Malam minggu itu berubah dari malam kelabu menjadi malam terang yang menyisakan setitik harapan. Harapan bagi seseorang yang ingin mengejar cinta pertamanya. Berkat sahabatnya, Dika tersadar bahwa ia telah menemukan apa yang selama ini hilang.
. . . . . . .
Malam dimana acara prom sekolah pun tiba. Akhirnya malam yang ditunggu-tunggu Dika telah datang.
“Dimana nih kamu turunnya dek?”
“Disana aja kak.” Sambil menunjuk ke arah gerbang dimana acara prom diadakan.
“Kamu rapih banget sih dek, kayak mau ngelamar orang aja, haha.” Canda kakaknya.
“Ah kakak bisa aja, namanya juga prom. Masa mau pake kaos doang. Haha kakak kayak gak pernah prom aja sih.”
YOU ARE READING
Hu12ts.
Teen Fiction"Ketika yang kau harapkan tak lagi bisa kau genggam, maka biarkan 'rasa ini' tersimpan di lubuk hati yang paling dalam." Kumpulan 12 cerita pendek remaja (on going), seputar masa khas putih abu-abu. All right reserved © 2014-2017 by farhaidar.