Pahit

161 7 1
                                    

"Waktu terkadang tak sama. Terasa begitu lama jika kita menunggu, dan akan berjalan sebaliknya jika kita melakukan banyak aktivitas yang kita senangi."

        Bagi Rino ini akan menjadi hari yang panjang. Tak henti-hentinya ia melihat jam untuk sekedar melihat pukul berapa sekarang. Sesekali tangannya mengecek handphone yang berada di meja dekat ia duduk. Ia seperti menunggu sesuatu, menunggu sebuah jawaban atas semua perasaan yang ia rasakan selama ini. Perasaan yang sampai sekarang ia sendiri tak tahu mau dibawa kemana. Semua hanya karena satu orang, ya tidak lain dan tidak bukan adalah Nisa.

        Nisa memang akhir akhir ini sedang dekat dengan Rino. Semua berawal dari sebuah pesta ulang tahun temannya yang bernama Randi. Memang awalnya Nisa hanya meminta tebengan untuk datang bersama ke tempat pesta teman SMP nya itu. Tapi kenyataannya, Rino melakukannya dengan lebih, ia bahkan mengantarkan Nisa pulang sampai ke rumahnya, dengan alasan bahwa hari sudah larut malam dan tidak baik jika seorang wanita pulang jam segitu sendirian. Berawal dari situ, Nisa jadi sering mengirim pesan melalui handphonenya ke Rino.

        Entah apa yang ada dipikiran cewek pada saat itu, tapi cowok mana yang tidak merasa nyaman jika setiap hari ia diberi perhatian oleh seorang cewek yang tiba-tiba muncul mengisi hari harinya itu. Rino juga heran kenapa ia tiba-tiba bisa mendapat sebuah pesan dari Nisa yang sekedar hanya mengucapkan "selamat pagi" atau "selamat malam".

        Awalnya ia merasa ini semua biasa saja, tidak ada yang spesial. Namun lama kelamaan Rino sepertinya terbiasa dan merasa ada yang kurang jika ia tidak mendapat pesan dari sahabatnya itu. Lalu tanpa ia sadari, tiba-tiba ia merasakan sesuatu 'perasaan' yang ganjil di dalam hatinya. Sebuah perasaan yang sebenarnya tidak pantas ia sebut sebuah perasaan kepada sahabatnya itu.

        Berawal dari Nisa yang curhat tentang kekecewaannya terhadap cowok yang ia taksir dan ternyata jadiannya sama temen sekelas, Nisa pun jadi suka cerita banyak tentang peristiwa dan kejadian sehari-harinya, bahkan untuk hal-hal yang tidak penting untuk dibahas. Sebagai cowok yang baik, Rino selalu mendengarkan apapun yang sahabatnya ceritakan itu dengan senang hati.

        Keadaan semakin membingungkan Rino saat ia ternyata dikirimi pesan untuk sekedar mengingatkannya untuk jangan lupa makan dan sebagainya. Ini semua membuat Rino semakin berpikir dan yakin jika Nisa mulai ada 'feel' juga dengannya.

. . . . . . . . . .

        Hari pun terus berganti, dan Rino semakin yakin dengan apa yang ia rasakan, perasaan ini sepertinya sudah punya tempat berlabuh jika melihat kondisi yang ada sekarang. Terlalu cepat memang, baru berjalan sekitar 2 mingguan semenjak Nisa mulai mengirimkan Rino pesan singkat. Tapi Rino pikir ia tidak boleh menunda apa yang ingin ia lakukan. Ia tak ingin semua nya terlambat seperti pengalamannya yang sudah-sudah.

        Akhirnya sepulang sekolah Rino bergegas menuju ke kelas Nisa yang kebetulan sebelahan dengan kelas Rino. Tanpa pikir panjang Rino langsung mengajak Nisa untuk pulang bareng. Nisa yang kebetulan hari ini tidak dijemput oleh ojek langganannya itu pun langsung meng iyakan ajakan sahabatnya itu.

        Saat dijalan pulang, mereka tidak langsung pulang. Rino mengajak Nisa makan di sebuah tempat nongkrong yang asik di bilangan cibubur, tempat dimana Rino biasanya makan dengan mantan terkhirnya itu, Risya. Mereka mengobrol cukup banyak hingga mereka lupa waktu, dan tidak terasa sudah pukul setengah 7 malam.

"Eh pulang yuk No! Gakerasa anjir udah gelap. Ngobrol sama lo emang selalu bikin gue lupa waktu hehe."

"Yuk!" Rino langsung mengiyakan ajakannya sambil menghabiskan ice lemon tea yang tadi ia pesan.

"Eh tapi solat maghrib dulu yuk! kayaknya gabakal sempet kalo solat di rumah."

"Boleh" Rino langsung berdiri diikuti oleh Nisa yang langsung mengambil tasnya.

Hu12ts.Where stories live. Discover now