Not Expect. 4

69 1 1
                                    

Sudah tiga hari Rasya selalu bertemu dengan Reza, karna Rasya dan Reza harus menyiapkan baju, gedung, dll untuk pernikahan.

*** 
Pagi yang cerah, hari ini matahari cukup terik walaupun pukul 06.02, hari ini aku melakukan fitting baju dengan Reza. Aku di jemput Reza pukul 08.45 nanti, masih ada waktu untuk menghabiskan waktu di rumah.

"Morning." Sapaku kepada Dad, Mom, Kak Sasha dan Kak Rendi. 

Mereka hanya membalas dengan senyuman. 

"Mom, kenapa pada senyum-senyum begitu sih?" Tanya ku kepada Mom. 

"Tidak apa-apa, kami hanya tak menyangka jika kamu akan segera menikah. Pasti rumah ini akan  menjadi sepi karna tidak ada lagi yang akan membuat lelucon." Ucap Mom dengan sedih. 

"Mom, don't cry." Akupun langsung segera memeluk Mom. 

"Dad harap, kamu akan bahagia dengan Reza." Ucap Dad dengan tersenyum. Akan ku usahakan Dad, tapi tidak mungkin aku akan bahagia dengan Reza. Batinku

Selesai sarapan, aku, kak Sasha membantu Mom membersihkan meja makan. Di rumah kami memang tidak ada membantu karna Mom ingin keluarga memakan masakan nya sendiri, di rumah kami memang ada beberapa pembantu namun hanya untuk membersih kan rumah, mencuci dan menjemur, membersih kan halaman, dan supir mungkin. 

Sekarang sudah pukul 08.34 beberapa menit lagi aku di jemput oleh Reza, asal kalian tau Reza tidak memberiku pelajaran tentang sms sewaktu aku dan dia bertemu di toko buku. 

Setelah aku bersiap aku melihat jam sudah pukul 08.40, namun Reza belum juga datang. 

Calling Reza...

"Lo dimana sih, lama banget!?"  Bentak ku. 

"Gue kena macet, sabar bentar bisa kaga?!" Jawab Reza sama dengan nada membentak.

"Yaudah cepet kali, bilang aja lo bangun nya ngaret kan!? Mana ada jam segini macet! Kalo mau ngerjain gue yang pinter dikit kali."

"Berisik lo! Masih mending gue anterin terus gue temenin, sebener nya sih gue ogah pergi sama lo! Tapi karna permintaan Bunda apa boleh buat."

"Yaudah serah lo, cepet kali! Gue pegel nunggu lo."

"Etdah, lo nunggu dimana sih!? Gue depan pager lo cepet buka!" Bentak nya dan langsung menutup telp.

Setelah Reza mematikan telp, akupun segera keluar untuk menghampiri Reza.

"Lama lo! Cuma buka pager doang, lemah! kata nya juara karate." Ledek nya sambil tertawa. 

Aku yang mendengar itu jelas emosi. 

"Apa lo bilang!?" 

"Cantik-cantik ko tuli." 

Aku menghiraukan ucapan Reza, karna bila di balas akan semakin panjang. 

Setelah sampai butik aku dan Reza turun dari mobil, Dan memasuki butik itu.

"Eh non Syasya, apa kabar non?" Ucap salah satu pemilik butik itu. 

Butik tempat aku sekarang fitting adalah butik langganan keluarga besar Wardoyo. Atau bisa di bilang langganan keluarga besar Dadku.

"Baik ko mba, baju yang di pesen Mom sudah jadi?" Ucapku seraya melihat-lihat baju yang ada disini. 

"Sudah Sya, ayo di lihat." Ucap Mba nya seraya menunjukan ruangan yang berisi bajuku mungkin.

Sedangkan Reza hanya memasang muka datar dan dingin sedari tadi.

"Eh, bisa ga sih lo kalau lagi fitting atau lagi nyiapin buat pernikahan jangan cuek atau dingin gitu!" Bentak ku pada Reza. 

My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang