~Chapter [3]~ "The Underground Fortress"

313 50 4
                                    

Di dalam tenda yang mungil, para fighters tertidur lelap, mereka menunggu hingga fajar menjelang untuk mencari jalan keluar dari hutan itu. Semua dapat tidur dengan nyenyak, kecuali Ivy. Tak lama setelah tengah malam berlalu, Ivy terbangun karena perutnya yang mulai keroncongan, ditambah dengan mulut yang jelas kering kehausan. Namun, kegelisahan itu tak berlangsung lama hingga ia melihat titik-titik cahaya berwarna hijau yang berpendar di udara. Titik-titik cahaya itu sangat terang hingga cahayanya mampu menembus ke dalam tenda. Penasaran akan cahaya itu, Ivy segera keluar tenda untuk melihatnya secara langsung. Ternyata, titik-titik cahaya hijau yang berpendar itu berjumlah banyak dan terlihat seperti jalur yang mengarah ke suatu tempat, entah tempat apa itu.

"Hunter, Frost, bangun! Ayo, cepat bangun!" Ivy seketika berusaha membangunkan kedua rekan setimnya itu. Namun, karena mereka masih mengantuk, mereka pun memilih untuk tetap melanjutkan tidur. Walau bagaimanapun juga, Ivy akhirnya berhasil membujuk mereka untuk bangun. "Ada apa, sih? Sekarang kan kita seharusnya masih tidur," keluh Frost dengan mata yang masih sayu. "Coba lihat, menurutmu cahaya apa itu? Kita ikuti, yuk!" sahut Ivy mengajak kedua temannya mengikuti cahaya aneh itu. Sejujurnya, Ivy sangat ragu untuk mengikutinya, namun rasa penasaran itu tampaknya telah mengalahkan keraguannya yang besar. Oleh karena itu, ia mengajak kedua rekan setimnya, untuk berjaga-jaga jika saja sesuatu yang buruk terjadi.

Mereka bertiga pun mulai mengikuti cahaya hijau yang berpendar itu, hingga akhirnya mereka sampai pada sebuah air terjun. "Lihat, sudah kubilang cahaya-cahaya ini akan menuntun kita ke suatu tempat," ujar Ivy yang bangga akan insting tajamnya yang benar itu. "Baiklah, ayo kita minum! Setelah itu, kita beritahu juga yang lain, ya... kan lumayan buat ngisi persediaan air kita," balas Hunter penuh semangat, sambil bersiap-siap untuk minum dari air terjun segar tersebut. Melihat Hunter yang hendak meminum air dari tempat itu, Frost langsung mencegahnya, "Jangan! Tunggu dulu, airnya bisa saja beracun. Lihat, katak itu akan minum, kan? Kita lihat saja reaksinya." Tak lama berselang, katak itu pun segera loncat ke air terjun itu dan meminumnya. Namun, entah mengapa katak itu tidak melompat keluar. Hal itu sempat membuat mereka bertiga bingung.

Tak disangka-sangka, seketika ada monster kecil menyeramkan yang melompat keluar dari air terjun itu. Besarnya kurang lebih seperti katak tadi, hanya saja sedikit lebih besar. "Wow! Apa itu?" sahut mereka bertiga spontan. "Itu katak tadi. Ini air terjun monster. Siapa pun yang menyentuh atau minum air terjun itu akan berubah menjadi monster," jelas Ivy yang mulai paham dengan situasi ini. Tak lama kemudian, hewan-hewan yang ada di hutan itu satu-persatu melompat ke air terjun. Mulai dari rakun, ular, burung hantu, dan masih banyak lagi.

"Teman-teman, sepertinya kita harus lari," sahut Ivy yang mulai ketakutan. "Baiklah, ada yang punya ide lain yang lebih baik?" tanya Hunter pada teman-temannya. "Oh, aku punya. Ide lainku yang lebih baik adalah mencari ide lain yang lebih baik lagi," jawab Frost penuh canda untuk mencairkan suasana yang menegangkan itu. "Bagus, sangat membantu, Frost!" seru Hunter sambil melangkah mundur untuk menjaga jarak jika saja tiba-tiba para hewan itu melompat keluar sebagai monster dan menyerang mereka. Satu...dua...tiga... "Lari!" teriak mereka bertiga sambil berlari terburu-buru menuju tenda. Setibanya mereka di tenda, mereka langsung membangunkan fighters lainnya. Tentu saja mereka sangat terkejut akan hal itu, namun karena situasi sangat mendesak, mereka memutuskan untuk terus berlari dan meninggalkan semua barang bawaan yang mereka miliki.

"Ini gila! Mereka itu apa?" tanya Sensei Caleb yang jelas sangat kebingungan akan hal aneh ini. "Sudah, lari saja!" sahut Shavanna yang tampak mulai letih berlari. Caleb pun melemparkan kepingan- kepingan salju ke arah monster-monster itu untuk menusuk dan tentu akan memperlambat mereka. Fighters lain pun juga ikut membantu senseinya itu dengan memakai kekuatan mereka masing-masing. "Lewat sini!" seru Ivy yang tiba-tiba saja mengajak para fighters berlari menuju ke suatu tempat, seolah-olah dia tahu tempat yang aman untuk sembunyi. Setelah berlari cukup jauh mengikuti Ivy, mereka pun sampai pada sebuah tebing yang curam. Para monster aneh itu sudah tidak mengejar-ngejar mereka lagi. "Baiklah, ada yang ingin menjelaskan sesuatu?" tanya Caleb dengan raut wajah cemberut. Sekali lagi, sensei yang merupakan anggota Klan Winter tersebut dikejutkan oleh hutan ajaib nan aneh ini.

Setelah usai mengatur napas, mereka lalu menceritakan apa yang terjadi pada Sensei Caleb dan Sensei Shavanna. "Ivy, tadi kau tiba-tiba saja mengajak kami berlari ke sini, ada apa?" tanya Caleb penasaran. "Aku merasakan lagi chi Summer itu. Di sini, tepat di dalam jurang ini," ucap gadis berambut merah jambu bercampur hijau itu sambil menunjuk tepat ke dasar jurang. Mereka lalu melihat ke bawah, namun tidak ada apa-apa di dasar jurang itu. Anehnya, Sensei Caleb dan Sensei Shavanna yang juga merupakan sensory fighter seperti Ivy merasakan hal yang sama. Namun, di manakah sebenarnya Summer itu berada?

"Kalau begitu kita harus turun dan melihat apa yang ada di bawah, mungkin saja dia tahu keberadaan kita dan bersembunyi," perintah Caleb tegas. Tepat setelah mereka mendengar perintah itu, mereka saling bertatapan satu sama lain. Sebenarnya itu memang ide yang sangat bagus, namun ada satu masalah, bagaimana cara mereka turun ke bawah? Shavanna lalu melanjutkan perintah Caleb, "Kita harus gunakan Aetrix." "Apa? Tapi aku belum lancar mengendarainya," balas Hunter yang sempat ragu untuk menggunakan defender miliknya itu. "Hunter, kau seorang keeper dari Aetrix, pasti ada alasan untuk itu. Dengar, kau pasti bisa Hunter atau kita semua akan terbunuh dalam misi kali ini. Semuanya bersiap! Sesuai aba-abaku, satu......dua......tiga....., lompat!" segera setelah aba-aba itu, mereka semua melompat bersama-sama ke dalam jurang.

Terkejut melihat semua teman-temannya melompat ke dalam jurang, Hunter langsung melepas kalung saphire yang menyegel chi Aetrix dengan chi miliknya sendiri. Dalam waktu sekejap, chi Aetrix berubah wujud menjadi naga berwarna jingga, dengan sisik sekeras batu, dan sayap sekuat baja. Dengan sigapnya, Hunter langsung terbang mengendarai Aetrix dan menangkap para fighters yang melompat satu per satu ke jurang. "Wow, tangkapan yang bagus, Hunter," sahut Ivy memuji sahabatnya itu. "Teman-teman, sebenarnya kita punya masalah, aku dan Aetrix belum pernah belajar mendarat bersama, jadi pendaratan kali ini tidak akan mulus, mengerti?" balas Hunter tegang. Baru saja Hunter bersiap-siap mendaratkan Aetrix di dasar jurang, monster-monster tadi tiba-tiba saja muncul dan menyerang mereka lagi, kali ini mereka memiliki sayap. "Ini buruk, jika mereka terus menyerang kita dan Aetrix dengan batu-batu itu, dia bisa mengamuk, dan jika itu terjadi, kita semua akan jatuh," teriak Hunter panik. "Tenang Hunter, kita akan mengatasinya, kamu fokus saja pada Aetrix," balas Shavanna sambil melemparkan bumerang peledak ke arah monster-monster bersayap itu. Mereka pun berhasil mengatasi masalah itu.

"Kerja bagus, teman-teman! Tapi kita punya masalah baru, Aetrix belum terlatih untuk terbang, chi-nya tidak akan cukup untuk terbang lebih jauh, kita harus segera mendarat," ujar Hunter memperingatkan. "Tunggu dulu, kita tidak harus mendarat di dasar jurang. Kita akan menembusnya," balas Shavanna yang jelas mengejutkan mereka semua. "Coba perhatikan baik-baik, bukankah dasar jurang itu tampak tidak nyata?" lanjut Shavanna dengan yakin. "Apa? Sensei Caleb?" tanya Hunter kepada sensei berklan Winter itu untuk meminta pendapatnya. "Entahlah, kurasa kita bisa mencobanya. Hutan ini memang ajaib, bisa saja dasar jurang itu hanya trik ilusi," balas Caleb mengizinkan. "Ini gila. Semuanya pegangan!" perintah Hunter sambil mengarahkan naganya menembus dasar jurang itu.

Anehnya, perkiraan Shavanna ternyata benar. "Ini mantra ilusi, hutan ini jelas-jelas telah disihir," sahut Ivy menjelaskan. Tepat setelah mereka menembus dasar jurang itu, mereka terlempar ke dalam sebuah saluran sempit berbentuk tabung, sementara itu chi Aetrix telah disimpan kembali ke dalam saphire milik Hunter. Setelah tiba di akhir saluran, mereka pun dikejutkan oleh padang rumput yang sangat luas, yang saat ini sedang mereka injak. Tepat di seberang lapangan tempat mereka berada, terdapat sebuah bangunan tua nan kokoh berdiri. "Apa itu?" tanya Blaze bingung. "Ini adalah benteng tua, tempat Summer itu berada," balas Frost mengira-ngira.

Descendant of The Last Summer : "Wings of Dragon"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang