~Chapter [8]~ "Mistery of A Peculiar Labyrinth"

96 16 2
                                    




"Tolong...aku..."




---------------------------------------------------------

Gluduk...gluduk...

"Sial! Di saat-saat seperti ini malah turun hujan," keluh Frost dengan butiran-butiran air yang mulai membasahi tubuh kekarnya itu. "Kita harus terus bergerak secepat mungkin, apapun yang terjadi." Setidaknya, kalimat itulah yang mampu tergambarkan melalui paras wajah para fighters, yang tengah berusaha mencari pintu masuk menuju Heather, tujuan misi mereka kali ini. Namun, alam seolah-olah sedang menantang semangat mereka yang membara. Hujan turun kian deras. Suara gemuruh yang menggelegar, juga tak henti-hentinya menyentil telinga mereka satu per satu. Di tengah hamparan kabut yang tebal, mereka memecah kegelapan yang ada dengan tekad kuat mereka. Sebuah tekad... untuk menyelesaikan apa yang telah mereka mulai. Sebuah tekad... untuk menemukan dan melindungi gadis manis tersebut. Sebuah tekad... untuk menyelamatkan... atau membiarkan dunia binasa.

"Tahap selanjutnya, labirin kematian, huh." Dengan mata menyipit menandakan kekesalan, Caleb dengan yakin membuka jalan mereka menuju pencarian tak berkesudahan ini. Tetapi, adakah yang bertanya-tanya tentang apa itu labirin kematian? Sebuah gerbang yang akan menghantar mereka menuju Xander, pria misterius yang haus akan kekuatan itu. "Bersiaplah, kita masuk," perintah Shavanna dengan penuh asa.

"Sensei, bagaimana kita bisa tahu jalan keluar dari labirin ini? Jet kita tidak bisa menyala dekat labirin ini," tanya Chrysillis bingung. "Alat komunikasi kita juga tidak ada yang berfungsi," tambahnya singkat.

Sensei Caleb pun mencoba memecah kebingungan dan ketakutan yang ada, dengan memberikan jawaban yang seharusnya diberikan oleh rekan perempuannya itu. "Sepertinya, kita memang tidak bisa menggunakan bantuan apapun. Yah, kita tetap harus masuk kan? Yang terpenting, kita selalu bersama dan jangan ada yang menyentuh semak belukar beracun itu, mengerti?" Jawaban Sensei Caleb itu ditanggapi dengan anggukan penuh percaya dari para fighters.

"Gelap sekali ya, kabutnya sangat tebal," ucap Blaze memecah keheningan dan kegelapan dengan menyalakan api di ujung jarinya. Begitulah para Autumn, sangat membantu perjalanan mereka di tengah labirin gelap yang penuh misteri ini. Dingin yang begitu kuat menusuk kulit lembut mereka, sama sekali tak mengurangi kewaspadaan akan musuh di sekitar mereka.

Klang...klang...jlebbb...

Dengan penuh kelincahannya, mereka menangkis serangan dari musuh yang terus berdatangan. "Sial, kupikir hanya labirin ini pengamannya. Aku tak pernah mengira akan ada musuh disini," teriak Caleb tegas. "Buka mata kalian baik-baik dan waspadalah. Yang terpenting jangan sampai terpisah, paham?" Dengan penuh waspada, Shavanna mengingatkan rekan-rekannya.

Setiap langkah yang mereka tempuh hanya menuntun mereka pada jalan buntu. Atau setidaknya jalan bercabang lain yang tak berujung. Masalahnya, labirin yang berada di tempat mereka pertama kali melihat Heather dan Kara, adalah satu-satunya jalan masuk yang tersedia. Bahkan, Aetrix pun tidak bisa banyak membantu. Sebab, setiap kali Aetrix terbang menuju langit di atas labirin itu, sisik pada tubuhnya seperti meleleh. Tampaknya, ada semacam pelindung yang melindungi labirin sial itu. Seheran apapun mereka, semuanya bukan apa-apa sampai tiba-tiba...

Grrrrrrrrr.......

"Berpegangan semua! Sial, tadi musuh dan sekarang... labirin ini bisa berubah bentuk! Tempat gila macam apa ini?" teriak Frost nyaring dengan segala sumpah serapahnya itu. "Berpegangan! Aaarrggghhh..." Setidaknya, itulah yang sempat diucapkan Caleb sebelum semua kata-katanya itu tak berarti lagi. Labirin itu berubah bentuk, tanah kokoh yang menjadi alas semak belukar beracun pembentuk labirin itu, bergeser kian jauh. Menjauhkan para fighters satu sama lain. Hingga kini, tak satu pun dari mereka yang masih bersama. Ada yang tetap di tempat semula, ada yang terlempar ke sisi lain labirin, dan bahkan ada pula yang terlempar ke bagian dalam labirin yang sama sekali tak pernah mereka pikir ada. Mulai detik ini, mereka harus menemukan jalan keluar mereka masing-masing...

Descendant of The Last Summer : "Wings of Dragon"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang