------------------------------------------------------------------------------------------------
Now playing : Justin Bieber – Chatching Feeling
“we were best friend scene we were this high...
So why do I got nervous everytime you walk bye ?...
We’ll be on the phone all day… now I can’t found the words to say, to you..
now what am I spose to do ? ……”
Di lain tempat…
“bukankah ini sudah waktu nya Dan”,
Daniel yang sedang melamun di kagetkan dengan kedatangan Bella yang sekarang meringsut di samping nya. Daniel tersenyum manis menutupi kegelisahan nya.
“hy adik kecil ? dengan siapa kau kemari ? ini sudah malam, bagaimana nanti kau pulang hem”, ujar Daniel sembari mengelus puncak kepala Bella lembut.
“dengan Dylan, aku akan menginap. Jawab aku kak !”, tekan Bella.
“saat untuk apa sih Bells?”, Dan kembali menatap lurus memandang layar putih yang sedang menampilkan film Spiderman favorite nya dengan tatapan kosong.
“saat nya kau menceritakan semuanya pada ku”, Bella menekan tobol merah pada remote yang ada di sebelah nya. seketika itu juga film yang sedang di putar di hadapan mereka segera mati dan membuat ruangan kedap suara bertembok merah ini hening.
Yap, mereka sedang ada di home teater yang menjadi salah satu fasilitas pribadi milik Dan di rumah ini. Saat sedang ingin sendiri, Dan akan memilih di sini untuk menonton kembali koleksi film kesukaannya. Bisa di bilang ini adalah tempat Dan menenangkan diri nya.
“tent….”,
“tentang Fiona dan kau”, sergah Bella sebelum Dan menyelesaikan kalimat nya. membuat Dan menarik nafas nya dalam.
“harus kah ?”, ujar Daniel ragu
“ya !”, Bella sedikit menyentak Daniel dan membuat suara bergema di ruangan itu.
“baiklah.. begini..”, Daniel menjelaskan kepada Bella semuanya. Semua tentang ia dan Fiona. Dari awal mereka bersahabat, sampai alasan mengapa ia selalu menjahili Fiona. Bella hanya diam mendengarkan penjelasan Daniel dengan cermat.
“kalau begitu, kau akan tetap diam membiarkan James merebut gadis mu ?”, ucap Bella saat Daniel selesai bercerita tentang masa lalu nya yang apabila di ceritakan dengan jelas sejelas-jelas nya, cerita itu tidak akan memakan waktu yang sebentar.
“aku harus berbuat apa lagi Bells ? mungkin saja Fiona juga mencintai James”, erang Daniel putus asa.
“mungkin kan ? kau belum tau kepastian nya bukan ?”, Bella memandang lekat mata kecolatan Daniel.
“ya, tapi…”
“kejar dia kak ! utaran perasaan mu ! jangan menjadi banci ! belum tentu Fiona mencintai James juga ! cinta itu tidak datang sendirinya kak, tidak juga hilang dengan cepat ! kalau itu sumber kebahagian mu, kejar dia, jangan buat diri mu menyesal ! aku akan mendukung mu Dan”, seketika itu Bella berubah dewasa sehingga membuat Daniel menyunggingkan senyum nya.
“itu tidak mungkin Bells, Fiona sangat amat terlalu dekat dengan James. Tidak mungkin ada ruang untuk ku menelusup masuk ke hati Fiona lagi”, Daniel sedikit tertawa hambar menambah kesan miris pada setiap ucapan yang Daniel keluarkan dengan nada yang sangat lesu.
“tidak ada yang tidak mungkin bagi tuhan kalau kau percaya itu ! saat manusia angkat tangan untuk meminta pada-Nya, ia akan turun tangan ! bukan kah itu yang kau katakan saat aku tidak dapat menyelesaikan karya tulis ku beberapa bulan lalu ?”,
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Enemies (Turn Around #1)
Teen Fictioni love this story as much as i love my laptop. somethimes your enemy can be so sweet at the end of the story :)