------------------------------------------------------------------------------------------------------
Now playing : One Direction – More Than This
“I’m broken do you hear me ? I’m blinded cause you are everything I see….
When he open his arms and hold you close tonight.. I just don’t feel alright..
Cause I can love you more than this….”
*Di rumah kediaman Braun Family*
“ada apa dengan mu Dan ?”, suara baritone yang khas membangunkan Daniel dari lamunan nya.
“ah aku ? tidak. Aku tidak apa-apa dad”, ujar Daniel pada lelaki di depan nya yang ia sebut dad itu.
Saat ini Dan sedang makan malam dengan Mr dan Mrs. Braun di ruang makan keluarga Braun yang memiliki meja panjang berkapasitas 15 orang dan menghidangkan berbagai macam kamanan yang dapat menambah selera makan siapapun.
Namun Dan terlihat sangat tidak bersemangat bahkan ia beberapa kali kepergok melamun oleh dady nya. Soup kentang yang menjadi menu favorite nya hari ini hanya ia aduk-aduk tanpa sedikitpun ia makan. Lelaki paruh baya itu mengesap kembali kopi susu kesukaan nya dan mengerutkan kening saat melihat kebohongan terpancar dari tatapan Dan.
“benar kah ? aku tak pernah melihat mu seperti ini sebelum nya?”, ucap Mr. Braun sarkastik pada anak semata wayang nya. “ini semua karena seorang gadis right ?”, lanjut nya. Daniel menggenjang di tempat. –bagaimana orang tua ini bisa tau ?- ucap Daniel dalam hati.
“jadi anak mom sudah menentukan pilihan dengan siapa akan bersanding ?”, Goda Mrs. Braun dengan suara yang lembut dan tersenyum manis pada anak laki-laki di hadapan nya.
“hem, seperti nya tidak lagi mom” Jawab Daniel lesu.
“apa yang terjadi ?” Tanya Mrs. Braun lagi. Terlihat raut kekhawatiran dari nada bicara nya. dan tentu nya sedikit terkejut wanita mana yang berani menolak seorang Daniel Braun?. siapapun akan menyesal apa bila menolak seorang pewaris tahta Braun Group yang melimpah itu. Well, setidak nya itu hanya pemikiran liar mrs.Braun saja.
“gadis itu sedang makan malam dengan James…. James bilang mereka akan makan malam romantic di dekat danau belakang bukit. James juga akan menyatakan perasaan nya. dengan keadaan seperti itu……. besar kemungkinan ia akan di terima”, jelas Dan panjang lebar. Masih dengan wajah yang tampak tak bersemangat.
“lalu kau akan diam saja membiarkan sahabat mu merebut gadis yang kau cintai ?”, Tanya Mr. Braun pada anak nya. Daniel hanya diam tak mengubris ucapan ayah nya.
“kalau kau hanya diam seperti ini kau hanya akan mempermalukan aku sebagai Dady mu saja! cepat lakukan sesuatu, kejar dia, perjuangkan hati mu dude ! akan kau kemanakan nama besar dady mu ini hah?”, Daniel masih saja diam seribu bahasa.
“ah aku akan sangat malu apa bila relasi bisnis ku tau kalau anak ku satu-satu nya tidak bisa menaklukan seorang gadis”, lanjut Mr. Braun di sertai dengusan yang tertuju pada anak nya itu.
Mr and mrs Braun memang tidak pernah mempermasalahkan masalah cinta yang di alami anak nya. mereka tidak ingin mencampuri urusan Daniel dalam hal cinta. Bagi nya, cinta itu tidak dapat di paksakan, selama cinta memilih mu tak ada sesuatu apa pun yang akan menghancurkan cinta itu. Setidaknya itu yang di ajarkan oleh Mr. Braun Senior.
Dan masih diam sampai ia merasakan sesuatu bergetar dari saku nya. ternyata ia mendapat pesan singkat. Dari James ternyata. “mau apa anak itu”, dengus Daniel kesal.
“sudah mengucapkan selamat tinggal pada Fiona ? kalau belum lebih baik kau ucapkan sekarang dari pada nanti saat waktu mu habis. Dan kau akan menyesali itu selama nya. HAHAHA”
Bola mata Daniel membulat seketika membaca pesan itu, itu seperti ancaman bagi nya. ia merasa sangat kalap. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada Fiona. Ia menatap kedua orang tua yang ada di depan nya. mereka hanya tersenyum dam mengangguk. Seolah memberi semangat pada pangeran milik mereka satu-satu nya.
“aku tidak akan pulang terlalu larut”, Dan beranjak berdiri dan mengambil kunci mobil nya dan segera tancap gas ketempat yang ia rasa akan menemukan Fiona. Tanpa ngeganti pakaian nya atau hanya sekedar menggunakan mantelpun tidak sempat. Yang ada di fikiran nya saat ini hanya Fiona. Fiona Fiona dan Fiona. Entah mengapa gadis it uterus saja berputar-putar dalam otak Daniel, seperti film yang terus menerus di putar ulang.
*di tempat Diner*
“kemana sih orang itu”, Fiona mulai tidak sabar saat ia tak kunjung menemukan James di tempat itu. ia berdiri menghadap danau untuk membuang rasa jenuh nya.
Sampai tiba-tiba.
“FIONAAAAAA… FIONAAAAA..”, sebuah suara berat berteriak-teriak memanggil nama nya. James. Hanya nama itu yang muncul pertama kali di fikiran nya.
“FIONAAAAA… FIONAAAA.. DIMANA KAU ? FIONAAAA”, akhir nya Fiona membalikan badan nya untuk mengetahui siapa yang mencari nya. sampai Fiona tersadar akan sesuatu…
“tunggu, itu bukan suara James”, Fiona masih diam berfikir siapa pemilik suara itu. Rasa nya dia sangat mengenal suara itu namun mengapa dia tidak dapat mengingat siapa pemilik suara itu ?.
“Daniel…”, desis Fiona kecil saat seorang lelaki bertubuh tegap dengan rambut hitam kelam nya muncul dari balik semak-semak menggunakan celana panjang dan sweater putih. Stelan untuk tidur lebih tepat nya, sangat kontras dengan pakaian Fiona saat itu.
“FIONA ? is that you ?”, Daniel segera berlari saat dia mendapatkan Fiona yang sedang memandang nya dengan tatapan bingung.
“Fiona ! kau tidak apa-apa ? apa yang di lakukan si brengsek itu padamu ? dia tidak melakukan apa-apakan ? kau baik-baik saja kan ?”, dengan suara panic yang ketara Daniel segera berlari kencang kearah Fiona, sampai saat dia berada di hadapan gadis itu dia segera merengkuh pundak Fiona dan mengguncang-guncangkan nya kekanan dan kekiri memastikan tidak ada luka atau goresan di badan Fiona.
“tidak, aku tidak apa-apa, kau ini kenapa ? si brengsek siapa ? lepaskan Dan!”, Fiona yang merasa bingung menjauhkan diri nya dari Daniel yang masih terlihat sangat khawatir.
Daniel yang sudah tidak bisa berfikir jernih lagi akhir nya menarik Fiona dalam dekapan nya. Fiona yang terkejut setengah mati membulatkan mata nya saat mendapat perlakuan tiba-tiba dari Daniel tadi.
“aku sudah hampir mati tadi saat James menghubungi ku. Aku fikir aku akan kehilangan mu. Astaga Fionaaaa, syukurlah kau baik-baik saja”, ucap Daniel masih dalam pelukan Fiona dan mencoba mengatur nafas nya yang tersenggal-senggal akibat berlari.
“apa maksud mu ? apa kau tadi bilang kau takut kehilangan ku ? apa itu benar ?”, degup jantung Fiona semakin tidak terendali. Dia masih benar-benar bingung dengan sikap Dan. Daniel yang salah tingkah akhir nya melepas pelukan nya dan menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
“ah apa ? emmm. Itu.. emmm.. Oh iya … dimana James ?”, Daniel mengalihkan pembicaraan.
“Jawab DAN !!!”, tuntut Fiona.
Daniel mengerang fustasi akibat sikap lugu Fiona. “astaga Fionaaaaaaaa ! masa masih harus kau Tanya kan lagi ?”
“memang harus ! ayo jawab”, desak Fiona pada Daniel.
“oke ! ya semua yang kau katakan adalah benar..”
“tapi…”
“semua nya Fiona aku bilang semua nya ! tak usah bertanya lagi !”, suara Daniel meninggi.
“tapi kenapa selama ini kau…”
“KARENA AKU MENCINTAI MU FIONA !”, potong Daniel yang merasa tertekan akhir nya berteriak sembari mencengkram kedua bahu Fiona.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Enemies (Turn Around #1)
Teen Fictioni love this story as much as i love my laptop. somethimes your enemy can be so sweet at the end of the story :)