Jarum jam sudah menunjukkan angka 3 pagi tapi Alvi masih setia dengan posisi terduduk di hadapan lukisan wajah Aga.
Sungguh, siapapun yang melihatnya pasti akan takut. Matanya yang bengkak, hidungnya memerah, rambutnya acak-acakan dan pipinya menunjukkan bekas air mata yang sudah mengering.
Alvi tidak tidur semalaman. Alvi hanya menatap dan mengusap lukisan itu berulang kali. Alvi dulu sering sekali melukis wajah Aga. Tak urung pun Aga ikut membantu. Dan lukisan itu adalah salah satu karya mereka berdua.
"Ga, kalo aku ikut kamu, kamu seneng, gak?" Tanya Alvi pada lukisan didepannya.
Alvi tertawa hambar, "Haha, yaiyalah kamu seneng. Toh, kan kamu juga pasti kangen sama aku."
Alvi merasa otaknya sudah geser dikarenakan terlalu banyak meratapi nasibnya yang ditinggal Aga.
"Ga, kamu tau, gak? Minggu depan aku bakal camping lho. Dulu kamu sering bilang, kan? Kamu anak pramuka suka kemah. Kamu seringkali cerita kalo kamu rindu bumper. Nah, kalo gitu, gimana kalo aku juga ikut ekskul pramuka? Supaya samaan gitu?"
"Kamu pasti sekarang lagi ngetawain aku, kan? Ngaku! Kamu pasti bilang, kalo aku ini udah gak waras ya, kan? Iyasih, aku emang gak waras selama kamu gak ada. Aku kangen kamu, Ga."
"Serius! Aku kangen. Eh nggak deh, duarius sekalian."
"Yaudah deh, Ga. Aku mau bersih-bersih dulu terus tidur. Besok harus sekolah, supaya bisa jadi dokter kayak cita-cita kamu." Alvi mengecup lukisan itu tepat di bagian pipi.
Alvi akhirnya keluar dari ruangan itu lalu menutup pintunya dengan rapat kemudian menguncinya.
Alvi berjalan gontai kearah kamar mandi kemudian membersihkan wajahnya. Setelah selesai, Alvi keluar dan melangkah ke arah kasurnya.
Alvi membaringkan tubuhnya dan memeluk boneka panda pemberian Aga saat pertama kali ia berkunjung ke Indonesia.
Tak lupa, ia pun memanjatkan doa sebelum tidur dan berdoa agar Aga datang ke mimpinya sebagai mimpi indahnya.
Setidaknya jika tidak bisa bertemu di dunia nyata, mereka bisa bertemu di alam mimpi.
"Goodnight, Aga."
🍃🍃🍃
Keesokan paginya, Gio dan Alvi bergegas menuruni tangga. Gio berlari kearah meja makan dan mencomot sepotong roti lalu kemudian meneguk setengah gelas susu coklatnya.
"Ih abang kalo makan minum itu harusnya duduk! Bukan berdiri." Ceramah Geisha pada Gio
Sedangkan Alvi baru saja duduk di kursi meja makan. Alvi meraih sepotong roti yang diolesi selai coklat lalu kemudian memasukkannya ke dalam mulut. Setelah rotinya habis, ia segera meneguk susu coklatnya sampai habis lalu kemudian pamit pada kedua orang tuanya, dan tak lupa dengan kedua abangnya.
Gio juga melakukan hal yang sama, tapi hanya kepada kedua orang tua Alvi dan Arga. Sungguh, Arya heran dengan sikap Gio kepadanya.
Mereka berdua berjalan kearah bagasi, Gio menyalakan motornya kemudian menyuruh Alvi untuk naik.
Alvi langsung saja naik ke motor Gio. Kemudian setelah siap, Gio melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Girl And Cool Boy(Versi REVISI)
Novela JuvenilWARNING! CHAPTER GENAP DI PRIVATE! FOLLOW DULU UNTUK BACA! Nama gue Alviana Tahir. Gue anak perempuan pertama di keluarga Gue. Gue cewek yang dingin dan dijuluki Ice Girl. Tapi semenjak dia hadir ke kehidupan gue, entah mengapa gue berubah sangat...