Keempat remaja tersebut melangkah memasuki area kantin. Semua yang menatapnya, berdecak kagum dan ada juga yang tidak suka.
Keempatnya memilih duduk di bangku paling pojok. Dimana disekitar situ ada AC dan sangat jauh dari jangkauan anak-anak yang suka merokok di kantin.
"Yo, pesen gih." Perintah Byan dan Gio hanya berdecak kesal tapi tetap berdiri.
Gio menatap kearah Alvi, seolah mengerti tatapan itu, Alvi menjawab. "Gue nasi goreng, aja." Gio mengangguk kemudian beralih ke Natha dan Byan.
Byan tau Gio kesal padanya, tapi ia tetap ingin mengusili sahabatnya itu.
"Gue sama Natha bakso aja, deh. Ya kan, Tha?" Natha mengangguk malas. Pasalnya mood-nya hancur sejak dia melihat sahabatnya ditarik paksa oleh Gio, si badboy gila.
Gio meninggalkan meja yang berisi 3 orang remaja itu, lalu kemudian berjalan gontai ke stand nasi goreng kemudian beralih ke stand bakso.
Sedangkan Alvi, gadis itu merasa bosan. Pasalnya, ini kedua kalinya ia menginjakkan kaki di tempat yang disebut kantin.
Alvi berfikir, apa yang anak-anak lain fikirkan? Kenapa mereka senang kesini? Padahal jika dibandingkan dengan perpustakaan, masih mending perpustakaan.
Setelah 15 menit melamun, Alvi mencium aroma nasi goreng yang mampu mengalihkan fikiran Alvi.
Alvi menatap nasi goreng di hadapannya dengan tatapan yang berbinar, walau tidak terlihat jelas.
Alvi mengalihkan pandangannya kearah 3 orang didepannya. Alvi melihat Natha dan Byan sangat bahagia, ia tersenyum kecut melihatnya.
Andai aja kamu ada disini, Ga. Mungkin kita bisa makan bareng kayak Byan sama Natha.
Alvi menghembuskan nafasnya kasar, lalu beralih menatap Gio yang fokus dengan nasi gorengnya sendiri.
Gio begitu lahap saat makan. Alvi terkadang merasa, bahwa Gio tidak pernah diberi makan saat dirumah Gio. Untung saja Linda—Mama Alvi suka memasak.
"Kenapa gak, dimakan?" Tanya Gio yang berhasil membuyarkan pertanyaan di kepala Alvi.
Alvi menggeleng, lalu memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya. Sedangkan Byan dan Natha, mereka merasa didunia hanya berdua saja, yang lain hanya numpang.
🍃🍃🍃
Seusai pelajaran Matematika, Alvi dan Natha bergegas membereskan buku serta alat tulisnya kemudian dimasukkan ke dalam tas.
Natha berpamitan kepada Alvi bahwa dirinya pulang bersama Byan. Alvi hanya mengangguk lalu berjalan santai ke arah parkiran.
"Mau kemana?" Tanya seseorang yang tiba-tiba muncul dari belakang.
Alvi memutar bola matanya malas, "Mau ke kuburan." Jawabnya asal
Cowok itu menyengir lalu menarik tangan Alvi. Menuntun Alvi naik ke motor sport merah-nya itu.
Cowok itu Gio. Gio men-stater motornya kemudian melaju dengan kecepatan rata-rata.
"Ke toko alat-alat camping aja dulu, ya?" Tanya Gio dengan sedikit berteriak. Alvi mengangguk tanpa suara sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Girl And Cool Boy(Versi REVISI)
TeenfikceWARNING! CHAPTER GENAP DI PRIVATE! FOLLOW DULU UNTUK BACA! Nama gue Alviana Tahir. Gue anak perempuan pertama di keluarga Gue. Gue cewek yang dingin dan dijuluki Ice Girl. Tapi semenjak dia hadir ke kehidupan gue, entah mengapa gue berubah sangat...