Setelah cukup pulih aku kembali sibuk dengan kuliahku. Sebentar lagi aku akan menghadapi uas, jadi selemas apapun itu aku harus masuk. Setelah uas akan diadakan acara makrab. Siapapun boleh datang, tempatnya di aula kampus yang super besar itu.
Berhari-hari aku kuliah, aku tak pernah melihat batang hidung Arief. Bahkan ku tak melihat mobilnya terparkir di parkiran. Kemana dia? Apakah dia sudah lulus? Dia tak pernah mengontakku sejak hari itu di rumah sakit.
---
Malam Akrab.
Hari ini acara malam akrab antar angkatan se-fakultasku. Tentu ada angkatannya Arief. Ada juga Famela tapi dia terlihat hanya datang sebentar lalu pergi. Entah lah, aku gak ngurus. Aku menggunakan dress selutut berwarna merah muda, serta heels hitam kira-kira tujuh cm. Rambutku biarkan terurai karena baru saja ku catok.
Semenjak masuk kuliah aku sudah diperbolehkan menyetir oleh papa. Namun aku tak berani sehingga aku naik angkutan umum bersama Devi. Tapi hari ini supir papaku diberi mandat harus mengantarkanku dan Devi. What a amazing papa!!
Sesampainya di lokasi, aku mencari teman-temanku. Lalu kami duduk di kursi yang sudah disiapkan. Aku dan Devi mengambil makanan yang telah disediakan. Aku mengambil lasagna yang membuatku teringat akan Arief. Seketika Arief dan teman-teman lewat di depan meja kami. Panjang umur. Dia hanya menatapku sebentar lalu pergi.
Selesai acara, aku dan kawan-kawan duduk-duduk diluar aula. Lebih tepatnya taman. Taman kampus diubah menjadi tempat bazar. Namun saat ini waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sehingga bazar sudah tutup. Ini tempat favorit kami waktu awal-awal kuliah.
"Eh mau ke toilet ga?," Kata Devi tiba-tiba.
"Ayo, Dev,"
"Eh ikut gua juga mau. Ser, lo disini aja ya,"
"Iya-_-," Kataku agak kesal.
Aku ditinggal sendirian. Yasudahlah. Alangkah terkejutnya, tiba-tiba ada pria tampan berdiri didekatku. Iya itu Arief! Sepertinya ini semua settingan.
"Rief?,"
"Hm?,"
"Duduk sini," Kataku.
"Boleh nih?,"
"Ya boleh lah,"
"Ok makasih...," Kata Arief yang kemudian duduk. Lalu dia mencari topik pembicaraan. "Kamu... sama siapa datengnya?,"
"Sendiri aja, tapi tadi dianter supir aku,"
"Ohhh... kirain udah nemu yang baru," Kata Arief meledek.
"Ya enggaklah,"
"Kenapa enggak?,"
"Karena aku terlanjur sayang beneran sama kamu,"
"Ser... aku mau kita kayak dulu lagi,"
"Aku rasa aku juga,"
"Maaf waktu itu aku cuma mau menghindar dari Famela," Arief menyesal.
"Gapapa, aku kebawa emosi,"
"Jadi sekarang?," Katanya dengan mata seperti mengode.
"Ya kali ga kuy!,"
"I LOVE YOU!,"
"Ih jangan teriak-teriak, berisik!,"
"Hahahaha...,"
Lalu Arief kembali masuk ke dalam ruangan. Mukanya girang tak menentu. Aku bisa melihat kebahagiaan itu. Semoga aku tetap bisa menjaga perasaanku, begitupun dengan Arief.
...
Aku sudah libur kuliah. Artinya, aku tidak akan ke kampus lagi. Paling-paling aku ke kampus untuk mengurus biaya administrasi. Mungkin satu atau dua hari lagi.
Semenjak kecelakaan kecil itu menimpaku. Aku belum bisa melakukan kegiatan yang membuat badanku lelah. Sebetulnya kemarin pun aku tidak bisa ikut. Namun sudah terlanjur janji dengan teman-temanku. Jadi hari ini aku menghabiskan waktu libur di kostku. Paling-paling membersihkannya. Beruntung aku punya sahabat seperti Devi. Jadi aku bisa minta tolong kepadanya hahaha.
Tiba-tiba hpku bergetar, Arief menelfonku.
"Assalamualaikum, yang,"
"Waalaikumsalam,"
"Lagi apa kamu?,"
"Abis beres-beres kost,"
"Mau nemenin aku ke toko buku ga?,"
"Hm.... ayok aja,"
"Nanti aku jemput ya sayang,"
"Okeeey,"
Untung saja kamarku sudah selesai dibersihkan. Kemudian aku pergi bergegas siap-siap untuk pergi dengan Arief.
----
Aku dibawah.
Pesan singkat masuk.
"Dev gue pergi dulu ya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior In Love
Teen FictionArief dan Sierra berpura-pura pacaran demi menghindari orang-orang yang mengejar mereka. Apakah sandiwaranya terus berlanjut?