Saat ini aku sedang disibukkan dengan persiapan seminar. H-3 acaranya. Biasanya rapat bisa sampai malam. Untungnya tempat kos dengan kampusku dekat. Seringkali ibu kos menegurku karena pulang malam. Untungnya lagi ibu kost bisa memahaminya.
Kali ini yang menjadi panitia adalah perwakilan dari masing-masing jurusan. Aku dan Devi mewakili jurusanku. Saat Erick (ketua panitia) sedang memeriksa persiapan seminar, terdengar suara teriakan dari luar. Sepertinya aku tahu suara itu. Ya, Arief. Mau apa dia?
"WOY!," Teriak Arief seperti orang gila.
"Salam dulu napa, bos?," Kata Gilang.
"Hehehe, iya maaf. Assalamualaikum," kata Arief mendadak halus.
"Waalaikumsalam," jawab seisi ruang rapat.
"Eh, Ser! Sini lo!," kata Arief yang sebetulnya memanggilku.
Kami berbicara di luar ruang rapat. Aku dan Arief tidak pernah terlihat seperti tom&jerry dihadapan teman-teman kecuali Devi. Devi adalah teman kosku yang juga teman kuliahku. Apapun akan kuceritakan pada Devi.
"Apasih,"
"Ayo pulang!,"
"Ih kagak, gue lagi rapat,"
"Lo bandel ya, udah tau sakit bukannya pulang," kata Arief menarik tanganku. "Kalo sakit yang repot siapa? Gue!," aku tercengang mendengar ucapan itu.
"Hah? Apasih. Suka-suka gue dong kalau gue mau rapat atau gu-," Ucapanku terhenti karena Arief masuk ke dalam ruang rapat mengambil tasku. "Ih tas gue, ARIEFFFFFF!!!!!,"
"Cepet naik mobil gue,"
Mau tidak mau, suka tidak suka aku harus menuruti Arief. Kalah tidak tamatlah riwayatku. Tasku diambil alih olehnya. Didalam tasku terdapat laptop dan tugas-tugas yang harus aku kumpulkan besok. Kalau tidak dikumpulkan benar-benar tamat riwayatku. Ah menyebalkan!
Selama di jalan, aku diam. Aku malas menanggapi ocehan Arief. Aku juga malas memakai seatbelt. Biar saja, biar aku bisa turun saat mobil berhenti. Tapi sial! Arief malah memasang seatbeltku. Duh.
"Pake seatbelt napa,"
"Gak mau!,"
"Kalo mau dipasangin tuh bilang," kata Arief sambil berupaya mengambil seatbeltku.
"Ih apasih! Gue bisa make sendiri,"
...
Sesampainya di kosan, aku melihat ibu kos ada di lobby kos. Tempat kosku seperti rumah susun. Kamarku berada dilantai dua. Ibu kos menyapaku, aku menyapanya balik. Parahnya ibu kos meledekku. Katanya aku diantar pacar. Huh kesal. Aku tidak akan mungkin pacaran dengan orang seperti Arief. Tidak akan pernah.Diatas kasur aku termenung sambil melihat langit-langit kamar. Aku ingat dengan kata-kata Arief "Kalo lo sakit siapa yang repot? Gue!" Ah apa sih maksud dia? Aku semakin bingung. Gak tahu harus apa. Akhirnya aku tidur. Ngantuk.
...
Besoknya.Hari ini jadwal kuliahku hanya dari jam 10 sampai jam 1 siang. Aku berniat untuk menyelesaikan tugas powerpoint Pak Deni karena kemarin aku tidak ikut kelasnya. Untuk urusan istirahat Pak Deni bisa diajak kompromi. Syukurlah.
Aku membuka tasku, ingin mengambil laptop. Di dalam tasku terdapat bungkusan. Isinya obat. YaAllah, lupa minum obat. Tapi siapa yang meletakkannya didalam tasku? Ada kertas di dalam bungkusan itu.
Isinya seperti ini:
JANGAN LUPA MINUM OBAT! GWS MUSUH GUE.
Sialan.
Baru saja aku melangkah keluar kamar kost, tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depanku. Mungkin itu mobilnya Arief. Aku tidak menghiraukannya dan langsung pergi. Ohiya, Arief tinggal di dekat kostku. Sepertinya dia hanya ingin meledek. Tetap saja aku tidak peduli. Tanpa sadar tanganku ditarik oleh Arief.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior In Love
Roman pour AdolescentsArief dan Sierra berpura-pura pacaran demi menghindari orang-orang yang mengejar mereka. Apakah sandiwaranya terus berlanjut?