PART 4

22 2 1
                                    

Al menutup buku barunya yang sekarang sudah hampir habis dibaca saat menunggu cahaya. Al melihat jam monol odm hitamnya yang melingkar apik di tangan kirinya. Jam itu sudah menunjukkan pukul empat sore dan itu artinya, al sudah menunggu selama dua jam.

"Kemana sih anak itu?" Al mulai menggerutu

"Cahaya belum datang juga?" Tanya pak romi sambil membawa absen pelajaran tambahan dan terdiam saat melihat raut muka al yang sudah menjawab semuanya. "Kalau begitu coba kamu cari anak itu di alamat ini" pak romi menyerahkan secarik kertas.

Walaupun dalam hatinya al sibuk bertanya-tanya dalam hati mengapa dia harus mencari cahaya, jalannya tetap mengarah ke alamat yang diberikan pak romi.

Tidak sampai 10 menit, al berhenti di sebuah gedung yang ternyata merupakan asrama bagi anak-anak, al melihat papan besar bertuliskan "starship dorm".

Tanpa rasa takut, ia memasuki gedung tersebut dan menghampiri penjaganya.

"Mau ikut audisi untuk jadi model ya, kak? Isi form ini dulu" ibu penjaga front desk menyerahkan sehelai kertas formulir pada al.

"Engga, aku mau cari anak gadis yang bernama cahaya" al mendorong kembali formulir tersebut. "Aku bisa menemui cahaya dimana ya?"

"Ikuti bapak ini ya" sahut ibu tersebut lalu memerintahkan satpam berseragam putih untuk menunjukkan al sebuah ruangan yang mereka sebut 'dance practice room'.

Pak satpam itu mengarahkan al menuju satu ruangan yang sangat luas dilengkapi cermin di sepanjang dinding. Al mengucapkan terimakasih tanpa mengalihkan pemandangan yang sedang tersaji di depan matanya.

Al terpesona melihat cahaya dan kelima cewek lainnya yang sedang sibuk menari. Wajah mereka tampak sangat ceria, mata mereka berbinar-binar. Al tidak habis pikir, bagaimana mungkin mereka bisa tampak ceria dengan keadaan seperti ini? Mereka seharusnya sudah menggerutu karena lelah, tapi nyatanya tidak. Seperti inikah kekuatan orang dalam mengejar mimpi?

Jantung al ikut berdegup kencang melihat pemandangan di hadapannya. Sudah lebih dari 2 jam ia duduk di pojok ruangan tersebut, tapi tidak ada rasa bosan melihatnya.

Sore itu, pandangan al terhadap cahaya semakin berubah. Di mata al, cahaya lebih dari sekadar cewek yang kebetulan berotak cerdas, lebih dari seorang cewek, yang hanya bermalas-malasan memainkan gadgetnya untuk menonton video.

"Al kenapa ada disini?" Saat hendak mengambil botol minum miliknya, cahaya kaget melihat al yang sedang duduk di pojok ruangan.

"Kamu engga datang pelajaran tambahan, pak romi menyuruhku untuk menyusulmu" sahut al dingin. Rupanya, kekagumannya terhadap cahaya belum sebegitu kuat hingga belum bisa mengubah suaranya menjadi lebih ramah. "Lain kali, kalau tidak mau datang Kasih tau biar aku tidak menunggu lama" tambahnya.

"Ah iya!" Cahaya menepuk jidatnya, "maaf, aku benar-benar lupa" cahaya merasa tidak enak hati sekaligus takut. Mungkin sebenarnya rasa takutnya terhadap al lebih besar daripada rasa tidak enak hati.

"Kalau begitu aku pulang dulu" al segera berdiri.

"Eits... jangan pulang dulu! Izinkan aku mentraktirmu jus di kantin ini sebagai tanda terima Kasih buat pelajaran tambahan" cahaya tersenyum lebar, "jusnya enak loh!" Tambahnya sambil menaik turunkan alisnya.

Dan begitulah, tidak sampai 5 menit, kedua anak itu sudah berada di kantin asrama, al duduk di salah satu kursi yang tersedia, sedangkan cahaya pergi untuk memesan.

"Eyy tunggu" menarik tangan cahaya "biar aku aja yang mesen, kamu duduk aja".

"Yaudin".

Al berjalan ke arah cahaya sambil membawa dua buah gelas jus, satu jus strawberry dan satu jus sirsak. Di sodorkannya jus strawberry ke arah cahaya.

"Makasih"

"Santai aja, btw tadi itu keren banget" akhirnya, al mengungkapkan perasaannya.

"Tadi?" Cahaya tidak mengerti arah pembicaraan al.

"Iyah dance nya loh, keren" kata al dengan datar, tapi matanya penuh dengan binar.

"Benarkah?" Cahaya tidak bisa mempercayai pujian semacam yang dikeluarkan dari mulut al.

"Keren karena kamu berusaha mengejar mimpi" tambah al dengan ekspresi yang belum berubah.

"Keren dimananya? Semua orang mengejar mimpi, kamu juga mengejar mimpi" cahaya berusaha merendah, padahal hatinya sangat senang saat mendengar pujian al.

"Mimpi? Aku gak punya mimpi" al menggelengkan kepala "aku hanya menjalankan kehidupan dan kewajibanku sebagai anak yang berbakti".

Cahaya terdiam memandang al yang saat ini sedang meminum jus sirsak, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. Diam-diam dia setuju dengan pendapat cahaya yang mengatakan jus di kantin itu sangat enak.

"Karena gak semua orang punya mimpi dan mengejarnya, kamu harus berjuang cahaya" lanjut al. "Aku akan membantumu" kalimat terakhir itu hanya terucap dalam hati al saja.

Cahaya tertawa dan hampir tidak memercayai pendengarannya. Bagaimana mungkin anak seangkuh dan sedingin al bisa mengeluarkan perkataan semanis itu?

Shut UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang