Sifatmu yang arogan membuatmu tidak punya teman. Bukankah lebih baik kamu memperbaiki diri terlebih dahulu daripada mengurusi masalah orang lain.
Al kembali teringat ucapan cahaya yang cukup menyakitkan itu ketika sedang menunggu jemputannya di depan sekolah. Al segera menutup telinganya, dia tidak mau mendengar lagi perkataan cahaya yang terus menerus terngiang-ngiang di kepalanya.
"Al" tiba-tiba, telinga al mendengar suara lelaki memanggil dirinya.
Al menoleh ke arah Sumber suara itu dan segera menghembuskan napas panjang menahan kekesalannya. Ya, tuhan! Mengapa dirinya harus berhadapan lagi dengan makhluk menyebalkan ini? Al memaki dalam hatinya ketika Ari berjalan ke arahnya.
"Apa mau lo?" Al tidak dapat menyembunyikan emosinya.
"Lo suka cahaya?" Tanya Ari sambil berjalan mendekat ke al.
"Apa?" Al tidak percaya dengan apa yang dia katakan barusan.
"Lo suka cahaya kan?" Ari mengulangi pertanyaannya sambil mengeluarkan senyumnya yang menawan.
"Tentu saja tidak" jawab al dengan mantap tanpa berpikir sedetikpun.
Ari tertawa keras mendengar jawaban al. Al menatap Ari kesal, satu hal yang paling dia benci di dunia ini adalah di tertawakan.
"Dasar anak polos" komentar Ari, "akan gue buat lo mengerti perasaan lo terhadap cahaya" Ari menatap al dan al bisa merasakan keseriusan Ari.
Al menatap Ari dengan pandangan aneh. Seolah-olah lelaki di hadapannya sudah tidak waras? Al terus menatapi lelaki itu hingga dirinya tidak sadar mobilnya telah menunggu.
"Pulang sana, anak polos" ucap Ari ketika menyadari bahwa mobil yang baru saja berhenti adalah mobil al, "tenang saja, gue akan menetapi janji gue untuk membuat diri lo mengetahui perasaan lo sendiri" lanjut Ari sambil tersenyum sebelum membalikkan badannya meninggalkan Al.
Al masih memandangi punggung Ari yang sudah berjalan cukup jauh. Dirinya masih belum mengerti apa maksud ucapan lelaki itu. Detik berikutnya al hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya seperti kucing yang bulunya kebasahan. Ada apa dengan hidupku akhir-akhir ini? Tanya al kepada dirinya sendiri ketika membuka pintu mobilnya. Akhir-akhir ini, dia merasa filmnya seperti film drama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shut Up
RandomDalam gelap, aku tak bisa melihat sebiru apa langit itu. Aku terlalu nyaman dengan rahasia ini. Aku menyelipkan perasaanku di antara keseharianku. Aku memilih sendiri. Menyepi. Membenci diri yang tak bisa jujur padamu. In fact, I can't stand it anym...