PART 2

19 2 1
                                    

Esoknya, setelah pulang sekolah, al menyempatkan ke perpustakaan untuk mencari bahan mengerjakan tugas makalah. Dari tempatnya membaca, al mendengar suara cekikikan yang sangat mengganggu. Mungkin, ia tidak akan seemosi ini bila sekarang dia tidak sedang di perpustakaan. Namun, saat suara cekikikan yang mengganggu itu terdengar lagi, al tidak bisa menahan emosi dan rasa penasarannya. Ia berjalan ke arah Sumber suara dan menemukan salah satu kelompok eksis di sekolahnya, Ari dan dua cowok lain yang sedang tertawa cekikikan. Al hanya bisa mencibir dan hendak berbalik menuju tempatnya semula.

"Jadi, ini hadiah dari cahaya? Bagus juga" mendengar nama cahaya disebut, al menghentikan langkah. Tim exotic dorongan dari dalam dirinya untuk mendengarkan lebih lanjut. Baru kali ini, ia merasa sangat tertarik dengan percakapan orang lain. Walaupun bingung dengan dirinya, al tetap memutuskan untuk mengikuti keinginannya.

"Iya lumayan" Ari memperbaiki rambut barunya yang berwarna maroon. Melihat model rambutnya, al mengakui kalau selera cahaya cukup Bagus.

"So, heh bro gimana kencan kalian kemarin? Menyenangkan?" Tanya teman Ari yang satunya lagi.

"Lumayan..." Ari tersenyum mengingat kencannya kemarin. "Eh guys kenapa jadi nanya serius, gini sih? Lo lo pikir, gue serius dengan cahaya?" Ari memandang kedua temannya bergantian.

"Memangnya engga?"

"Jadi, aku pikir dengan menjadi pacarnya, bisa jadi Batu loncatanku supaya dikenal orang terlebih dahulu hahaha"

Setelah mendengar itu, emosi al memuncak. Tanpa berpikir, al keluar dari persembunyiannya dan menghampiri ketiga cowok  itu. "Heh lo bertiga! Ini perpustakaan! dan lo, lo, dan elo telah membuat kebisingan" al membanting buku yang hendak dipinjamnya di meja yang sedang dilingkari oleh ketiga cowok itu. Mereka kaget dengan tindakan al.

"Dan kamu, aku pikir kamu bodoh. Ternyata juga gak punya hati" al menatap tajam Ari.

"APA?!" Ari berdiri dari kursinya, dia marah mendengar kata-kata kejam itu keluar dari orang yang tidak dikenalnya. Melihat keributan itu, kedua teman Ari keluar dari perpustakaan.

"Memanfaatkan cahaya untuk membuatmu terkenal, bukankah itu sangat kejam" ucap al dengan tenang.

"Lo siapanya cahaya? Mengapa ikut campur?" Tanya Ari dengan nada menantang.

"Tidak penting gue siapanya cahaya" sorot mata al melembut "yang gue tau, cahaya sangat serius mengejar mimpinya, lo sebagai pacarnya seharusnya mendukung cahaya, bukan malah memanfaatkannya" lanjut al yang disambut oleh senyum menyepelekan dari Ari.

"Al, apa yang kamu lakukan? Tanya cahaya dengan suara yang sedang menahan emosi. Menyadari kehadiran cahaya, Ari segera berlari ke belakang cahaya untuk meminta perlindungan.

Al melihat kedua teman Ari berdiri di kedua sisi cahaya, dia baru menyadari bahwa ternyata kedua teman Ari tadi kabur untuk mencari cahaya.

"Seharusnya, kamu jangan nilai cowok dari penampilannya. Cowok ganteng pacarmu itu cuma mau memanfaatkanmu, jadi lebih baik kamu jauhi dia sekarang"

"Diam!" Nada suara cahaya meninggi, al terkejut. "Ari memanfaatkanku atau tidak, itu urusanku, tidak ada hubungannya denganmu" cahaya memandang mata al tajam. "Memangnya siapa kamu? Berani ikut campur urusanku"

"Eh?" Al terkejut dengan reaksi cahaya. Tiba-tiba, dadanya terasa sesak seolah-olah ada benda keras yang menghantamnya.

"Sifatmu yang arogan membuatmu tidak punya teman. Bukankah lebih baik kamu memperbaiki dirimu terlebih dahulu daripada mengurusi masalah orang lain? Cahaya memandang langsung ke mata al.

Al merasa matanya memanas, "benar, kamu seratus persen benar, aku seharusnya memperbaiki diriku sendiri" al membalikkan badannya dan berjalan keluar dari ruang perpustakaan.

Shut UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang