M - 6

332 78 13
                                    

     Sesampainya di perpustakan sekolah Raina mengalihkan pandangannya ke bangku kosong yang sering ia pakai. Raina sudah mendaratkan bokongnya di bangku tersebut, ia mulai membuka lembaran demi lembaran buku yang sedang ia baca. Namun, konsentrasinya sedikit terganggu saat seseorang mengetok - ngetok meja dengan bolpoin lalu terus bersiul kecil.

"Berisik banget sih, gue jadi gak konsen" umpat Raina pelan sambil memutarkan kedua bola matanya.

"Yang lo maksud berisik siapa?"

Seperti di samber petir, Raina kaget setengah mati saat seseorang itu mendengarkan apa yang ia ucapkan.

Raina menepuk wajahnya. "Aduh, kenapa jadi gini sih". Batinnya.

"B-bukan lo, tadi ada nyamuk lewat makanya gue bilang berisik" ucap Raina kepada seseorang yang berada di sebelahnya.

Raina mencoba memutar otaknya. Dari pada ia memulai keributan dan mendapatkan masalah lagi, akhirnya Raina pun memutuskan untuk beranjak dari tempat duduknya.

Tetapi saat ia berdiri tangan Raina di cekal olehnya.

"Jelasin dulu baru pergi. Siapa yang berisik?" tanyanya lagi.

Merasa ada yang menahannya otomatis Raina kaget dan menutup matanya. Detik kemudian ia kembali membukanya. Raina berdehem kesal.

"Si nyamuk! Kan tadi udah gue bilang kalok nyamuk yang berisik".

Raina menoleh, matanya terbelalak saat ia sadari bahwa seseorang tersebut adalah si ketua osisnya.

"Ehm, t - tadi nyamuk kak. Seriusan".

"Iya tau kok. Udah berapa kali lo ngulang bilang si nyamuk yang berisik" ucap Raja sambil terkekeh melihat gelagat Raina.

Di satu sisi Raina merasa kesal karena di tertawakan oleh ketua osisnya, akibat ulahnya sendiri. Ingin memarahinya tapi nyali Raina tidak begitu besar dan faktanya itu tidak akan pernah terjadi sekali pun. Di sisi lain Raina menyesal betapa tampak bodohnya ia hari ini di depan ketua osisnya.

"Lo lucu kalok lagi kebinggungan" sambung Raja tertawa kecil.

Raina terdiam tak menjawab, hanya bisa melemparkan senyuman miring kepada Raja.

"Selamat ya atas kemenangan buat kelas lo" ujar Raja.

"I-iya kak, nanti saya sampaikan ke anak basket lainnya. Ngomong - ngomong kakak gak kesal karena kalah di depan semua anak - anak" tutur Raina.

"Sigoblokan keceplosan lagi, mati gue pasti dia ngamuk ni". Batin Raina.

Raja terkekeh.

"Ya gak lah. Bagi gue hidup ini sebuah permainan. Dan permainan yang baik mengikatkan diri dengan patuh pada aturan main" jelasnya.

"Yaudah lo duduk lagi, gue mau cabut dulu ya".

Raja hendak pergi tapi tangannya di tahan oleh Raina.

"Kak, buku biologi lo ketinggalan ni"

"Eh iya. Sebagai tanda terima kasih ini buat lo" ucap Raja sambil mengeluarkan permen milkita rasa strawberry dari dalam saku almameternya.

"Makasih ya kak...." Raina menggantung ucapannya.

Ia mencari-cari name tag ketosnya tersebut di balik almamater berwarna hijau toska yang ia kenakan. Ya selama ini Raina tak mengetahui siapa nama ketua OSIS nya sendiri.

Raja yang menyadari itu pun langsung menyebutkan namanya.

"Raja. Panggil aja Raja".

"Ok. Makasih ya kak Raja".

"Iya. Sama - sama".

***

     Kali ini kemerdekaan dari penjajahan pelajaran alias jam kosong. Biasanya kalau keadaan seperti ini akan ada rapat guru besar - besaran. Alhasil semua murid kelas X - 3 beraksi di posisi masing - masing.

Sebab itu, Rido ketua kelas X - 3 selalu di tegur oleh para guru berkat keributan yang di buat oleh teman sekelasnya. Apalagi adanya Aldo, Rendi, Farel, dan Bobby merekalah salah satu preman kelas selain bendahara kelas.

VOTE DAN KOMEN, MAKASIH:)

To be continued.....


MELANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang