Hari terakhir MOS benar - benar membuat Raina pontang - panting. Sama halnya dengan hari pertama MOS, kali ini ia kesiangan dan pastinya terlambat lagi. Dengan itu Raina akhirnya memutuskan untuk turun dari dalam bus dan melanjutkannya dengan berlari sekuat tenaga. Karena jalanan yang terhenti lalu lintasnya disebabkan oleh banyaknya kendaraan di jalan alias macet total.
Raina berlari dari persimpangan jalan raya menuju gerbang sekolah. Mungkin jaraknya hanya 5 meter dari lampu merah. Tapi sayangnya bel masuk sekolah sudah berbunyi sebelum Raina melewati gerbang sekolah.
Raina menata nafasnya yang tinggal satu - satunya, ia membungkuk bertumpu pada lutut. Mencoba mengatur nafasnya agar kembali normal.
"Sial amat sih!" gumam Raina melihat gerbang sekolah sudah tertutup rapat.
Kemudian Raina melirik arloji di pergelangan tangannya, sudah telat dua puluh menit.
"Pak security! Tolong buka gerbangnya!" ucap Raina sambil menggedor pintu gerbang.
"Maaf, tidak bisa masuk neng. Siapapun yang terlambat tidak di benarkan untuk masuk"
"Tapi pak, saya kan hanya terlambat dua puluh menit" lirih Raina dengan ekspresi memelas.
Raina pun mulai putus asa dan tanpa di sadari oleh dirinya pintu gerbang sekolah terbuka sebagian.
"Neng, yasudah ayok masuk! Cepat!" ucap Bapak security yang merasa tidak tega.
Raina sempat terbelalak tak percaya. Namun tanpa pikir panjang ia langsung masuk tanpa halangan siapapun.
"Pak, makasih ya" ucap Raina dan di balas angukan oleh bapak security yang Raina tidak tahu siapa namanya.
Raina bergegas berlari kecil menuju aula sekolah yang berada di lantai 2. Tapi sebelumnya, ia menghentikan langkah kakinya sebentar di lobby sekolah.
Hanya untuk sekedar melihat dirinya di depan kaca besar yang menyorot langsung tubuhnya dari atas sampai bawah. Raina melepaskan jepit rambut bermotif panda itu dari rambut panjang sebahunya.
Kemudian ia mengikat rambutnya asal. Setelah itu Raina kembali berlari kecil menuju aula. Merasa keadaan koridor terlihat sepi, ia pun menambah kecepatan berlarinya.
.
.
.
.
.Brukkk...
Sepertinya Raina telah menabrak seseorang dari arah berlawanan. Dan membuat setumpukkan kertas jatuh berserakan di lantai.
"Aww" pekik Raina kesakitan.
Raina pun segera bangkit sambil merapikan seragamnya, sedangkan orang yang Raina tabrak kini baik - baik saja. Orang tersebut memungut kertas di lantai satu per satu yang ia bawak.
"Maaf kak, gak sengaja" ucap Raina seraya pergi.
Raina hanya melihatnya sekilas tapi tak sempat untuk melihat wajahnya. Tapi yang jelas ia adalah seorang laki - laki yang mengunakan baju seragam putih abu - abu yang dibalut oleh jas almameter berwarna hijau toska.
Kaki Raina mulai gemetaran dan sedikit terasa sakit akibat terjerembap. Lain hal dengan hatinya yang sedikit terasa tenang karena ia sudah berada di aula sekolah dan duduk di salah satu bangku bagi peserta MOS.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELANGKAH
Novela JuvenilOrang bilang, pertemuan pertama selalu kebetulan. Tapi, bagaimana cara menjelaskan pertemuan - pertemuan selanjutnya? Apakah tuhan ikut campur di dalamnya? Raina Abrina Rafaela - Awalnya cuek, gak peduli, bodo amat, dan acuh! Namun, entah kenapa, tu...