"Emmm..." gumam Reyna sambil menempelkan ujung telunjuknya pada setiap buku di rak yang dilewatinya.
Disinilah Reyna sekarang, di toko buku langganannya. Reyna menggunakan skinny jeans, kaos oblong putih, dan tak lupa open cardigans abu-abu kesukaannya. Setelan itu membuat Reyna terlihat manis dengan rambut sebahu yang dibiarkan tergerai.
"That's it!" seru Reyna girang saat menemukan novel yang dia inginkan.
BRUUUK!!
"Woi selo, aelah lu jalan pake mata kek" gerutu seorang anak lelaki saat setelah ditabrak oleh Reyna.Satu detik yang lalu, saat Reyna keasikan telah menemukan novel incarannya, dan bermaksud segera ke kasir untuk membayar. Reyna menabrak seorang lelaki, dan inilah hasil dari kecerobohannya itu. Mati gue, sesal Reyna dalam hati.
"Maaf kak, maaf ga sengaja"
" ....."
"Kak, mau saya bantu?"
"....."
Oke gue harus bantu mungutin, say "maaf sekali lagi kak", selesai deh. Reyna's plan hoho. Jelas Reyna dalam hati.Reyna langsung jongkok dan membantu memunguti buku lelaki tersebut.
"Ga perlu"
Telat emang, Reyna kebanyakan mikir, karena buku yang harus dipungut hanya tinggal 1."K...ka" belum selesai Reyna bicara, perkataannya dipotong oleh anak lelaki itu.
"Gua bukan kakak lo" parah, dingin bro dingin, gumam Reyna dalam hatinya. Ya tentu saja di dalam hati, jika dia mengatakannya secara langsung mungkin dia akan disihir menjadi patung es oleh lelaki ini. Saking dinginnya.
Reyna menunduk, dan ketika dia mendongak hendak meminta maaf lagi, lelaki itu hilang, tidak ada lagi, musnah, enyah.
"syukur deh hoho." Dengan senyum yang kembali mengembang, Reyna membayar novelnya, dan bergegas pergi.*****
Reyna's POV
"Udah?" tanya Deffan ketika aku keluar dari toko buku.
"Udah nih, yey akhirnya dapet juga nih novel hoho" jawabku sambil nyengir kuda dan memamerkan novel yang baru kubeli kepadanya.
"Yaudah, langsung pulang?" Deffan bertanya saat aku naik ke motor kudanya dan mengenakan helm bogoku.
"Em, jam berapa emang?
"Jam 5 lewat, kenapa ha? Emang lo mau kemana lagi Reyna nanana"
"Mampir beli martabak dulu ya fan, punen gue" pintaku setelah duduk manis di atas motor.
"Iya ah, dasar mak lampir"
"Yeeey, makin sayang deh sama sahabat gue ini, Deffano Dwionooo Trionooo hahaha" kekehku yang dihadiahi toyoran kecil di jidatku oleh Deffan.
"Gausah ngerubah nama orang nyet, entar lu dimarahin sama mama Puspita" balas Deffan sebelum mengegas motornya untuk bersiap pergi.
Aku meringis dan hanya tertawa jahil melihat respon sahabatku itu.
Yap, Deffano Riski Dwiarga, nama yang memiliki tempat spesial di hatiku. Orang yang selalu berhasil membuatku merasa nyaman setelah bunda, ayah, dan abang.
Fan, sampai saat ini, belum ada yang bisa ngegeser lo dari hati gue. Lo tau itu kan?, Ucapku dalam hati.
Sore itu pun kami pulang ke rumah diiringi riuh suasana senja, dan kerlip lampu yang mulai muncul dari gedung-gedung di kanan kiri jalanan padat ibu kota.
*****
Halohaa.
Ini pertama kalinya Aku nulis novel di wattpad, hohoo.
Jika ada typo, maafkan :)
Baca terus ya. Vote and comment :*Peluk sayang, anin ({}) ( kalo mau lempar kursi gapapa readers)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbelieve
Teen FictionAwalnya, semua terasa menyenangkan. Hanya dia yang mampu membuat hari-hariku berwarna, berlukiskan warna-warni indah cerita yang telah kulalui dengannya selama ini. Namun posisinya di hatiku tergeser seiring dengan hadirnya sosok itu. Semua tak pern...