Saat Reyna memasukkan popcorn ke dalam mulutnya, hpnya berdering pelan, menandakan ada notif yang masuk. Saat dilihat ternyata line dari Deffan, Reyna tersenyum dan langsung mengetikkan balasannya.
Deffano Riski : woi mak lampir
Reyna Anastasya : bacot lu sinder bolong
Deffano Riski : sinder bolong mah cewek na
Reyna Anastasya : lah lu kan cewek, omaigat sejak kapan fano jadi cowok ya Allah
Deffano Riski : pasih na garing
Reyna Anastasya : pasih fan gurih
Deffano Riski : lu mau gua kesana atau kesini?
Reyna Anastasya : kesitu
Deffano Riski : oon
Reyna Anastasya : tapi gue ranking 1
"Tapi tetep aja ceroboh, hoh" Deffan menghempaskan badannya ke sofa dekat Reyna.
"Kebiasaan lu Trionoo, masuk rumah orang ga ketok dulu, ngucapin salam kek" Reyna menoyor kepala Deffan dan menjauhkan badannya dari Deffan.
"Kata tante Talitha yang cantik, gua tu udah dianggap anggota keluarga disini, jadi masuk rumah sendiri mah selo aja"
"Suka suka lo"
"Oke" Deffan menyambar remote tv yang dipegang Reyna, dan mengganti channel yang dia inginkan. "Nah, lah kok 1-0 aja sih, ditinggal bentar juga"gerutu Deffan saat melihat tim jagoannya tertinggal 1 score.
"Lu apaan si" geram Reyna sambil melempar bantal yang sedari tadi berada di pangkuannya.
"Lah lu kata suka suka, yaudah" jawab Deffan sambil terus fokus menonton pertandingan bola di TV Reyna.
"Childish"
" bodo"
"Minta remote"
"Ga"
"Sini"
"Ga"
Tring, bola lampu bercahaya muncul di kepala Reyna, sambil terkekeh pelan, dia pun langsung menjalankan aksinya.
"Faaaaan, kecoak di dekat kaki lo, iuh iuh" Reyna berakting layaknya aktris hollywood. sangat meyakinkan.
Deffan langsung tersentak dan berdiri secepat kilat. Betul saja, Reyna tertawa ngakak di hadapannya.
"Kampret lu Na" Deffan langsung merangkulkan tangannya di leher Reyna. Layaknya adek kakak yang sedang bercanda. Deffan mengacak-ngacak rambut Reyna hingga tak beraturan lagi, sudah seperti sapu ijuk.
"Haha, ha" Reyna kecapekan tertawa.
"Eh Deffan" sapa seorang wanita cantik berumur diujung 30an ini, Bunda Reyna yang baru pulang dari supermarket sepertinya.
"Hei tan, abis dari mana tan?"
"Ini, beli perlengkapan bulanan, biasa fan, bik ini tolong bawa ke dapur ya" ucap Talitha sambil menyerahkan dua kantong penuh berisi perlengkapan dapur kepada asisten rumah tangganya.
"Eh fan, tante langsung ke kamar ya, tuh di kulkas ada pudding, sama cemilan Reyna yang dibeli doang ga dimakan, ambil sendiri ya"
"Siaap tan"
Kabar gembira untuk kita semua, kulit manggis kini ada ekstaknya~ Jika suara itu telah terdengar dari tv, tentu saja siaran sedang beralih menjadi iklan.
"Du du du" Deffan bangkit menuju dapur, tergiur akan tawaran Bunda Reyna tadi.
"Woi fan, nitip air putih yang dingin ya"
"Males bangeet nget" Deffan mengotak-ngatik kulkas di dapur. "Na gua ambil ciki yang ini ya, terus ini, ini, ini, sama coklat yang ini, pudding juga, eh ada es krim juga yaaa"
"Sekarepmu lah fan" jawab Reyna karena sudah hapal tingkah sahabatnya itu. Ya sahabat.
"Na bantuin kek, ga muat nih tangan gua" Deffan meneriaki Reyna dari arah dapur.
"Males bangeet nget" Jawab Reyna persis meniru Deffan tadi, Reyna terkekeh setelahnya dan memasukkan kembali popcorn ke mulut sambil terus memainkan hpnya. Satu notif line muncul kembali, terpampang nama Sisil disana, Reyna segera membukanya.
SisilP23 : Naaa, gimana? Kapan mau kerja kelompoknya?
Reyna Anastasya : em, ngumpulnya kapan sih?
SisilP23 : Jumat kan?
Reyna Anastasya : nanya balik lu -_- yaudah si besok aja di sekolah kita diskusiin mau kapan, terus dimana.
SisilP23 : sip deh Nana nes
Reyna Anastasya : apasih korban PHP
SisilP23 : woi, gak salah tu, ngakak gue, kasian ya Allah Reyna, cantik cantik ngenes
SisilP23 : Korban PHP pula -,
Reyna Anastasya : Shut up! Awas lo nyontek pr besok, gamau gue kasih.
SisilP23 : engga na enggaaa, ampun Reyna cantik, baik, maniss dan raaajin menabung
Reyna Anastasya : peak lu
Reyna tertawa geli membaca chat via linenya dengan Sisil, Reyna meletakkan hp di meja dan kembali melahap popcornnya. Saat hendak minum, tak ada air di meja yang dipesannya tadi dengan Deffan.
Namun rasa hausnya hilang seketika menyadari hal yang dibicarakan Sisil tadi, kerja kelompok.
Eh gue kan sekelompok sama dia, mati dah gak kebayang entar canggungnya kaya gimana. Gumam Reyna seraya bangkit dari duduknya.
"Woi Reyna oon, geser" Deffan mengomeli karena Reyna menghadang jalannya, ini sudah kedua kalinya Deffan mengangkut makanan dari kulkas.
"Ih apasih" Reyna melihat apa saja yang lelaki itu ambil "woi fan yang itu jangaan goblok, tinggal satu, kesukaan gue itu" Reyna menjangkau cemilan kesukaannya dari tangan Deffan yang telah penuh akan makanan ringan.
"Ah elah, beli lagi susah amat"
"Gak pokoknya enggaaaaak jangaaan yaaang ituuu"
"Eh eh, hiaat, ga bisa, ga bisa" Deffan menghindar-hindar dengan lihainya untuk menghindari jangkauan Reyna.
"Tau ah bodo amat" Reyna melengos pergi karena sudah tak tahan menahan haus, dan meladeni Deffan.
Deffan kembali duduk di tempat semula, dan mulai melahap makanannya satu per satu.
Tik..tik..tik...
hujan tiba-tiba turun dengan lebat yang langsung membasahi kaca jendela dapur Reyna. Sontak senyum langsung terlukis di wajah Reyna."Faaaan bingbooong bingbooong"
"Bingbooong" Dengan sigap Deffan langsung berlari ke kamar Reyna untuk mengambil bola basket.
Reyna pun tak kalah sigap mengeluarkan sepedanya dari garasi.
Inilah, hal paling spesial yang selalu melengkapi warna di kebahagiaan mereka berdua. Meskipun telah berumur 17an, mereka tak pernah melewatkan moment ini. Moment yang telah mempertemukan mereka berdua untuk pertama kalinya.
Hujan.
*****
Hello semua, yang udah baca sampe chapter ini, baca dan ikutin terus ya cerita Reyna dan kisahnya sampe ending hihi. Terimaa kaaasiiih baaanyaaak pokoknya.
Vote sama comment ya, jangan lupa ♥
Next...
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbelieve
Teen FictionAwalnya, semua terasa menyenangkan. Hanya dia yang mampu membuat hari-hariku berwarna, berlukiskan warna-warni indah cerita yang telah kulalui dengannya selama ini. Namun posisinya di hatiku tergeser seiring dengan hadirnya sosok itu. Semua tak pern...