#2 Again

41 6 4
                                    

Tit tit tit
Tit tit tit

Jam weker di atas nakas sebelah tempat tidur Reyna berhasil membangunkannya. Dengan mata yang masih terpejam Reyna bangkit ke posisi duduk di pinggir kasur.

"Huaaaaam" Reyna menguap bersamaan dengan tangannya yang direntangkan ke samping.

"Nice morning" Reyna berdiri dan membuka gorden serta jendela kamarnya. Senyum masih terlukis di wajah manis Reyna.

"Woi mak lampir, jelek amat lu, rambut lu kaya singa tu, hahahahaha" Deffan berteriak di seberang sana. Karena rumah mereka bersebelahan, hal itu pun berlaku untuk kamar mereka yang berjarak sekitar 10 meter.

Sial ni anak, ganggu pagi cerah gue aja.

"Woi kunti, lo emang bener bener ya, dasar disturber!"

"Eh tapi sayang kan?"Deffan duduk di bingkai jendela kamarnya.

Astaga, kurang ajar, merah nih pipi.

"Tau ah, jatoh dah lo, amin" Reyna memeletkan lidahnya dan langsung meninggalkan Deffan yang masih mengumpat disana. Bodo amat, tawa Reyna dalam hati. Reyna mengambil handuk dan langsung masuk ke dalam kamar mandinya.

*****

Sekitar 10 menit, Reyna telah keluar dari kamar mandinya dan segera bersiap pergi sekolah.

Reyna mematut wajahnya di depan cermin. Terpantullah seorang gadis belasan tahun, dengan iris mata hitam dan pipi sedikit chubby yang menambah kesan menggemaskan pada gadis tersebut, Reyna.

Reyna merapikan kembali seragam putih abu-abunya, mengambil tas sandangnya, dan tak lupa, something for Deffan, tawa jahil mengembang dari bibir Reyna.

"Adeeek, tuh Deffan udah di depan" suara bunda terdengar dari bawah.

"Oke bun" jawab Reyna dan langsung keluar dari kamarnya menuju ke ruang makan.

Saat tiba di bawah, terlihat bunda serta ayah Reyna, lebih tepatnya Talitha dan Pratama yang telah duduk di kursi meja makan.

"Hai bun, yah" sapa Reyna dengan senyumnya.

"Hai sayang" jawab ayah yang sedang membaca koran dilengkapi kopi hitam di depannya.

"Dek cepetan minum nih susunya, terus kamu sarapan di sekolah aja, kasian tuh Deffan nungguin, kamu ni" Omel Talitha saat menyerahkan susu vanilla dan kotak bekal untuk Reyna.

"Iya bun iya" Jawab Reyna sebelum menyeruput susu vanillanya.

Setelah memasukkan kotak bekalnya ke dalam tas, Reyna langsung berpamitan dengan kedua orang tuanya itu. "Assalammu'alaikum yah, bun, Reyna pergi" pamit Reyna sambil berlari kecil ke luar rumah.

"Waalaikumsalam, hati-hati" balas Talitha dan Pratama bersamaan.

*****

"Lama amat sih lu, ya ampun Reyna"

"Yaelah fan, alay banget si"

"Udah cepetan naik Reyna rombeng"

"Siapa fan Reyna Rombeng?" Tanya Reyna mengalihkan perhatian Deffan saat memasukkan sesuatu ke dalam tas lelaki itu"

"Tau tuh tukang jual jamu anti kurap"

"Oh gitu ya, haha lucu lucu"

Motor Deffan pun melesat pergi, keluar dari kawasan perumahan.

*****

Kurang lebih 15 menit, Deffan dan Reyna sudah berada di area parkir khusus siswa di sekolah mereka.

"Cieeee makin lengket aja sih kaya ketupat sama opor, gabisaaa dipisahin haha" lawakan basi dari Edo yang baru memarkirkan sepeda motornya dibalas Deffan dengan jitakan di kepala.

"Apasih, banci kali syirik aja"

"Enak aja lo ngomongin gue banci kali, nah lo, banci ragunan"

"Oon, di ragunan mana ada banci, adanya sapi"

"Woi Deffan, di ragunan juga mana ada sapi, adanya kelinci"

Reyna yang pusing melihat kelakuan Deffan dan Edo tersebut memutuskan untuk pergi duluan ke kelas. Setelah berbalik badan, Reyna menghitung dalam hati, satu, dua, ti....ga.

"Astagaaa, Reyna kurang ajar lu, awas ya gua bales lo ah"

Tawa Reyna dan Edo pun langsung pecah saat menyaksikan reaksi Deffan yang berteriak hanya karena dijahili Reyna dengan meletakkan mainan Kecoa karet milik sepupu Reyna di tas Deffan.

Secepat kilat, Deffan langsung menormalkan kembali mimik wajahnya, meskipun hanya berteriak sekitar 1 detik saja, namun itu akan merusak reputasinya sebagai lelaki gentle.

Itulah Deffan, hanya orang terdekatnya lah yang mengetahui kelemahannya satu itu. Deffan lebih berani melawan ular kepala 7 deh, daripada berhadapan dengan kecoak. Hewan yang sangat menjijikkan bagi Deffan, terlebih disaat kecoak tersebut mengaktifkan mode on (terbang). Entahlah, Deffan punya pengalaman buruk akan hal itu.

Memalukan. Gerutu Deffan dalam hati.

"Salah sendiri fan, siapa suruh ninggalin gue kemaren lusa waktu les musik, lo malah enak enakan makan sate padang, week" Reyna pun langsung ngacir dan segera mungkin hilang dari hadapan Deffan, sebelum Deffan membalas perlakuannya tersebut.

*****

One, you're like a dream come true

Two, just wanna be with you

Three, girl it's plain to see

That you're the only one for me

And four, repeat steps one through three

Five, make you fall in love with me
If ever I believe my work is done

Then I'll start back at one

Reyna bersenandung kecil saat mendengarkan lagu milik Brian Mcknight berjudul Back at one tersebut.

Tadi setelah selesai upacara bendera, Reyna langsung ke kelasnya untuk menghindari Deffan, tentu saja karena Reyna tidak tau hal apa yang akan direncanakan Deffan untuk membalas tingkahnya tadi.

"Na na" Sisil menyikut lengan Reyna, saat guru fisika mereka masuk ke dalam ruangan yang berlabelkan Kelas XII IPA 2 ini.

Reyna menoleh ke Sisil yang dibalas Sisil dengan kode telunjuknya menunjuk ke arah depan. Reyna melihat ke arah telunjuk Sisil dan langsung melepas Earphone yang terpasang di telinganya sejak tadi.

Ternyata di depan kelas, Pak Santoso sudah berdiri dengan tangan dilipat di dada. Terlihat Pak Santoso tidak sendiri disana, disebelahnya juga berdiri anak laki-laki berseragam putih abu-abu yang sebaya dengan siswa yang ada di kelas tersebut.

Reyna langsung menganga seketika menyadari sesuatu.

Ya ampun, dunia sesempit ini emang ya? Perasaan dari kemaren gue ketemu terus sama nih orang resek.

*****

Thanks guys buat yang udah baca, vote and comment jangan lupa ya ❤

Next Chapter ...

UnbelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang