#3 Cold

24 4 1
                                    

Ya ampun, dunia sesempit ini emang ya? Perasaan dari kemaren gue ketemu terus sama nih orang resek.

*****

"Subhanallah ganteng banget ya Allah" ucap Lala, si centil yang memilki jiwa fangirling di kelas ini.

"Eh iya, ya ampun, mirip abang gue, zayn malik, aaaa" sekarang giliran Shintya dengan tingkah rusuhnya.

"Iya ya yaampun"

"Aaaa siapa sih namanya?"

"Id line boleh dong?"

"Cooool baaangeeet"

Siswi lain pun mulai bergantian berceloteh dengan pertanyaan dan pujian yang ditujukan pada siswa yang ada di depan kelas tersebut.

"Alay woy, gantengan gue juga" celetuk Angga, si biang kelas XII IPA 2.

"Diem lu, lutung kasarung" Lala membalas perkataan Angga dengan angkuhnya. Entahlah, mereka selalu seperti itu, tak pernah akur.

Dih, mereka pada gak tau aja sifatnya. Harusnya tu cold, bukan cool. Reyna berkomentar tanpa bersuara.

"Ehem. Ehem." Pak Santoso yang merasa kehadirannya terlupakan, langsung berdehem.

"Assalammu'alaikum" Ujar pak Santoso setelah keadaan kelas tenang.

"Waalaikumsalam paaaak" jawab siswa siswi yang ada di kelas bersamaan.

"Udah jualannya? Ini kelas kok kaya pasar dadakan" Sindir pak Santoso.

"Tahu bulat kali pak digoreng dadakan" timpal Angga, guru pun dijahilinya. Untunglah pak Santoso bukan termasuk kategori guru killer, dia hanya geleng kepala melihat tingkah muridnya itu.

"Hahahahahah" suara tawa seluruh murid kelas terdengar rusuh.

Pak Santoso memukulkan penggaris ke meja. Tawa pun padam.

"Baiklah, anak-anak kita kedatangan teman baru, pindahan dari Bandung. Nak, silahkan perkenalkan dirimu"

"Nama gue Althan Perdana Argatra" Jelas laki-laki bertubuh tegap, serta tinggi badan yang ideal untuk seusianya.

Krik, krik.

"Udah itu aja nak?" tanya pak Santoso.

"Iya pak"

"Yaudah, langsung duduk aja ya, tuh di belakang Reyna ada bangku yang kosong"

"Baik pak, makasih" jawab Althan sopan dan langsung berjalan menuju bangku di belakang Reyna. Sebelum duduk, Althan sempat melirik ke arah Reyna. Gadis itu. Bisik Althan dalam hatinya.

"Hei bro" sapa Kevin yang statusnya sekarang menjadi teman sebangku Althan.

Althan hanya tersenyum simpul menanggapi sapaan Kevin. Di belakang Althan dan Edo telah duduk Bagas dan Aldi. Mereka berempat terlihat saling sapa dan bertukar nama dengan Althan.

*****

Seusai jam pelajaran fisika berakhir, pelajaran selanjutnya pun dimulai. Wanita berusia empat puluhan memasuki ruangan kelas, tampak senyum ramah saat dia mengucapkan salam, "Assalammu'alaikum anak-anak, selamat pagi menjelang siang" sapa Bu Ida, guru Bahasa Indonesia.

"Waalaikumsalam buk" setelah para murid menjawab salam, Buk Ida langsung memulai pelajarannya.

10 menit terakhir, buk Ida telah mengakhiri pelajarannya dan berdiri di depan kelas untuk menyampaikan sesuatu.

"Perhatian semuanya. Untuk tugas kelompok pada bab ini, kalian ibu tugaskan mencari artikel yang berhubungan dengan teks sejarah. Meliputi pengertian, struktur, dan ciri teks cerita sejarah tersebut. Lalu kalian print out, di pertemuan selanjutnya kita akan membahas secara detail. Oh ya, jika kelompok kalian ingin mencoba membuat teks sejarah ibu akan beri bonus nilai." jelas Bu Ida panjang lebar.

Terdengar gerutuhan dari para murid, mengeluh akan tugas yang diberikan. Berbeda dengan Reyna, dengan sigap dia mencatat hal yang dijelaskan oleh Bu Ida di buku catatannya.

"Buuuk saya sekelompok sama Althan ya, anak baru itu buuk" lagi lagi Lala.

"Saya jugaaa buk" Shintya tak mau kalah.

"Huuuuuuuuuu...." mereka disoraki oleh murid lainnya.

"Tenang semuanya, untuk kelompok biar ibu yang tentukan. Supaya mudah untuk diskusi nantinya, jadi kalian tinggal putar ke belakang, berempat tiap kelompoknya"

What?!

Jedaaar, terasa sebuah kilat menyambar kepala Reyna. Sungguh dia tak ingin berurusan lagi dengan laki-laki itu. Kenapa dia lagi dia lagi ya Allah.

"Catat tu Na, berarti kelompok kita elo, gue, Althan, sama Kevin" Sisil menjelaskan kepada Reyna akan hal yang sudah diketahui Reyna, dan itu buruk menurutnya.

"Iya iya udah Sisil bawel"

Bu Ida pun memberi salam penutupnya dan meninggalkan kelas.

"Na udah na dicatat?" Kevin bertanya pada Reyna, setelah bel istirahat berbunyi.

"Sil ditanyain Kevin tuh, haha" Reyna menjahili Sisil yang memang menyukai Kevin. Pipi Sisil langsung memerah.

"Apaan sih na" balas Sisil kesal. "Loh tu sama Deffan lama banget ga taken taken, haha" lanjutnya telak.

"Apa sih lo" Reyna langsung memukul kepala Sisil dengan buku catatannya.

"Aw, sakit oon"

"Sukur"

"Woi, gue nanya ini" kesal Kevin karena pertanyaannya tadi diabaikan.

"Udah vin, noh noh" Reyna menunjukkan tulisannya tadi tepat di depan muka Kevin. Tak sengaja ujung sampul buku mengenai pipi Althan yang sedari tadi mengamati tingkah Reyna diam-diam.

"Duh" Althan memegang pipinya yang terasa perih, tentu saja ujung sampul buku lumayan tajam.

"Eh eh maaf" refleks Reyna langsung memegang pipi Althan, namun ditepis oleh Althan.

"Vin kantin dimana? Laper nih" Althan malah mengajak Kevin ke kantin tanpa memedulikan Reyna sedikitpun.

"Eh ada, di bawah" Kevin yang bingung melihat Althan mengacuhkan gadis semanis Reyna hanya menjawab seadanya. Mereka pun langsung berdiri dan cabut dari hadapan Reyna dan Sisil.

"Parah parah, cool banget wooy" Sisil bertepuk tangan setelah melihat respon Althan tadi.

"Apaan, ga banget!" Reyna kesal dengan Sisil yang ikut ikutan memuji Althan.

"Eh na, cocok tuh lo sama Althan, Althan boleh juga, gak kalah cakep sama Deffan"

"Gua tabok lo ngomong lagi Sil"

"Ampun ampuun, takuut, udah ah keburu masuk" Sisil langsung menarik tangan Reyna menuju kantin.

Kesel gue. Reyna mendesis dalam hati.

*****

Hai hai, info nih, quotes yang aku post di media hasil dari jiwa baperku, hiks :'' (jangan jujur amat thor)

Vote dan comment jangan lupaaa ♥

Next next ...

UnbelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang