Pukul 19.00 WIB
"Huaaa, cape gua""Ga nanya" balas Deffan sambil terus merangkul pundak Reyna.
"Apa lu, rangkul rangkul" cetus Reyna sambil melepaskan rangkulan Deffan.
Hari sabtu, hari dimana Reyna dan Deffan terpaksa harus mengikuti les musik. Hal tersebut mereka lakukan karena paksaan dari bunda Reyna dan mama Deffan. Kalo kalian berdua tidak mau, mama dan bunda Reyna bakal potong uang jajan kalian 3 bulan penuh. Sungguh, perkataan mama Deffan 2 bulan lalu itu masih terngiang di kepala Reyna dan Deffan.
"Apa lu, gausah muna Na, seneng kan lu" Deffan menaik turunkan alisnya seraya memperlihatkan senyum menggodanya ke arah Reyna sambil terus berjalan ke parkiran.
"Ga banget"
Semenit kemudian, Reyna's Character is back, CE-RO-BOH.
"Awww" Reyna tersandung semen pembatas di pinggir area parkir, karena sedari tadi Reyna sibuk memikirkan sesuatu yang sangat penting menurutnya.
"Reyna, kenapa lagi si lu, ya ampun udah gede masih aja pakek acara jatoh, kaya bocah lu" timpal Deffan yang mengomelinya.
"Is, bukannya ngebantuin, malah ceramah." Umpat Reyna kesal seraya bangkit dari posisi jatuhnya tadi.
"Lu kenapa ha ha? Luka gak? Mana yang sakit?" Deffan melemparkan pertanyaan bertubi pada Reyna.
"Tadi tuh gue ga fokus, gue kepikiran kaya ada yang kelupaan, tapi apa sih gue lupa."
Sedetik...
Dua detik...
Tiga detik..."Nah iya fan" Reyna menjentikkan jarinya di udara. "lu ingetin kek, kan gua udah ngomong tadi, fan ingetin ya hp gua di charger, lu mah" omel Reyna yang langsung kembali ke studio musik.
*****
Tring tring, bunyi bel yang tergantung diatas pintu menandakan seseorang masuk ke dalam tempat studio musik yang bernama the sun ini.
"Loh Reyna kok balik lagi? Kenapa?" tanya Lisa, salah satu teman lesnya yang sedang menunggu jemputan sepertinya.
"Handphone aku sa, ketinggalan di ruang piano, hehe"
"Eh kamu ini, yaudah sana cepet ambil"
"Siiiip " ucap Reyna sambil berlari melewati anak tangga.
Saat tiba di tempat hpnya dicharge, eh kok, perasaan tadi disini deh, gumam Reyna dalam hati. Reyna berdiri sambil berpikir seperti orang kebingungan tanpa menyadari kehadiran seseorang di ruangan tersebut.
"Dimana sih, elaah...eh itu" saat dia hendak kembali ke bawah untuk menanyakan kepada Lisa perihal keberadaan hp kesayangannya itu, Reyna melihat hpnya tergeletak di dekat meja piano.
Reyna langsung menunduk dan mengambil hpnya dengan kesal, "sejak kapan hp gue bisa jalan sih, tunggu, gue kelupaan sesuatu." Reyna kembali ke colokan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.
"Nah kan ada yang nyabut charger hp gue dan nyolokin charger hpnya seenak jidat" umpat Reyna bersamaan dengan kedua matanya mengikuti arah kabel panjang yang berujung dengan sebuah charger terpasang di salah satu colokan. Mata Reyna terbelalak terkejut saat menyadari ada seseorang duduk tepat berjarak 3 kursi di belakang meja piano tadi.
"Astaghfirullah setan astaga, bundaaa" rengek Reyna sambil menutupi wajahnya dengan slingbag yang dia kenakan.
Lelaki yang merasa ketenangannya terganggu tersebut langsung melepas earphone dan hoodynya yang sama-sama berwarna hitam.
"Lu apa sih" kembali mengambil earphonenya dan bermaksud ingin memasangnya kembali, namun melirik kembali, dan...
"Elo"
"Elo" eh "kak"
"Gua bukan kakak lo"
Sumpah ni orang dingin, ketus, pengen gue ulek rasanya. Reyna kesal dan langsung berlalu dari ruangan itu, namun hatinya masih sesak dan ingin mengeluarkan celotehan mautnya "eh elo, lo yang cabut chargeran gua seenak jidat ha?"
"Hm" singkat, padat, jelas.
"Siapa lu bisa cabut seenaknya"
"Orang, bukan setan" jawab lelaki itu sekenanya.
"Argh" dengan kesal Reyna langsung kembali ke bawah dengan kaki yang dihentakkan.
"Sa tuh cowok yang diatas siapa si?" Lisa yang ternyata sudah pulang menambah sedikit kekesalan Reyna.
Pertanyaannya itu pun dijawab oleh salah satu gurunya yang sedang bersiap untuk pulang "Oh itu Althan, anak sulung yang punya tempat ini Na"
"Eh bapak, oh gitu, yaudah pak Reyna pulang pak, Assalammu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
*****
Setibanya di tempat parkiran tadi, Reyna merasakan kekesalannya bertambah. Ya ampun ni anak pake acara ilang segala. Bibir Reyna yang tadinya sudah manyun sekarang bertambah sekitar 3 cm.
Awas ya lo fan, lo sama tu cowok sama aja, buat gue kesel.
*****
Hai semuaaa, gimana? Garing ya? Maafin, apalah dayaku ini, hanya seorang hamba yang butuh kehangatan. (Apasih lu tor, gua lempar sendal entar)
Intinya baca terus ya cerita Reyna, Deffan, dan dia dia dia cinta yang kutunggu tunggu tunggu ~~~ (nyanyikan dengan nada Dia dia dia - Afgan Syah Reza).
Vote sama comment jangan lupa okeh :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbelieve
Ficção AdolescenteAwalnya, semua terasa menyenangkan. Hanya dia yang mampu membuat hari-hariku berwarna, berlukiskan warna-warni indah cerita yang telah kulalui dengannya selama ini. Namun posisinya di hatiku tergeser seiring dengan hadirnya sosok itu. Semua tak pern...