AWAL MENYUKAIMU.

46 13 5
                                    


"Taraaaaaa ! kita semua udah sampe di Danau Jaya Mix !!"

Kataku kepada Kila, Pia dan Alko secara tiba – tiba dengan muka meyakinkan setelah terlebih dahulu minggirin motor.

"Ah, serius ?" Kila ga percaya, Alko sama Pia Cuma melongo. Pia yang sedari tadi selalu terlihat cembetut, entah karena ulahku yang beberapa kali nyasar, atau karena emang diperjalanan tadi Alko nyari gara – gara dan mereka berdua ribut lagi saat boncengan. Aku ga tau ! pokonya muka Pia saat itu bener – bener terlihat asem kaya sayur basi.

By the way.. tujuan liburan kali ini adalah ke Danau Jaya Mix. Yang terletak di daerah Rumpin. Bogor. Aku tau tempat ini dari salah satu foto temenku yang di upload di instagram miliknya. Danau Jaya Mix dalah danau yang air nya berwarna biru dan keren banget untuk dijadikan tempat untuk foto – foto. Ditambah lagi, Danau Jayamix adalah danau yang ga sengaja kebentuk akibat hasil dari pertambangan liar. Hingga airnya membeludak dan terbentuklah danau. Dan oleh warga setempat dijadikan tempat wisata. Nilai plus-nya lagi adalah Danau ini baru dijadikan tempat wisata sekitar Dua bulanan yang lalu. Bisa dibilang, ini adalah Danau Toba nya Bogor. Masih asri dan terjaga karena belum banyak diketahui oleh anak Gaol jaman sekarang yang kebanyakan Cuma bisa ngerusak daripada melestarikan.

"Ini mah empang !!" Pia melontarkan protes keras. Begitu juga dengan Alko begitu melihat tempat yang susah payah kami kunjungi itu tidak sesuai dengan Ekspektasi mereka.

"Wah, elo yang bener cok ! masa jauh – jauh Cuma ngeliat empang sama sawah. Ga lucu ah!"

Kila sejenak diam, sebelum kemudian ikut menghardik gue.

"Iya, nih. Ga lucu !!"

"Ayok, turun !! tuh liat, sawahnya bagus kan ? danau nya juga." Kata ku sambil turun dari motor mengajak para pendemo dengan muka yang sangat meyankinkan. Karena empang yang di kelilingi pohon –pohon padi di persawahan milik warga itu terbilang cukup besar. Darpidada disebut empang, lebih mirip tambak ikan. Ku kerjai saja mereka bertiga dengan mengatakan bahwa itu adalah Danau Jaya Mix yang menjadi tujuan kami. Karena hanya aku yang mengetahui danau tersebut dan sudah pernah kesitu sebelumnya.

"Fachri ! Ga lucu !! Gue sambit nih !!" Kata Pia dengan ancang – ancang ingin menimpuk-ku dengan sendal nya.

"Iya.. iya." Aku langsung kembali naik ke atas motor. Karena Pia emang sedikit tempramen, aku ga mau ngambil resiko atau kena sambitan sendal Pia yang menurutku lumayan tebal dan bisa membuat tubuhku memar atau kepalaku benjol.

Akhirnya.. kami semua sampai di Danau Jaya Mix. Yang sesungguhnya...

"Wah.. ini tempatnya ?" Kila langsung bereaksi.

"Bagus kan ? liat deh Kil, airnya bening banget. Biru gitu.. kaya Raja Ampat."

"Not Bad." Timpal kila dengan gaya-nya yang (masih) dingin sambil mengeluarkan kacamata dari tas nya.

"Cok, itu ada perahu yah ? bisa di sewa apa gimana?" Tanya Alko sambil melihat ke arah empat perahu yang terapung dipinggiran danau.

"Bisa, murah kok. Cuma Sepuluh ribu kalo ga salah."

"Tapi kok disini puanaaaaaaaas buanget yah ?." Keluh Pia.

"Yaudah, kita ngadem dulu aja Ka, itu banyak saung deh kayanya." Kata Kila menunjuk ke beberapa saung yang emang disediakan di tempat itu.

"Entar aja Kil, coba liat deh.. saung yang disebelah sana yang di tengah – tengah pohon padi. Nanti kita ngadem disitu aja."

"Rame cok, lo ga liat disitu ada orangnya." Sahut Alko.

"Enggak, lo liat deh, mereka itu ga ngadem disitu. Tapi Cuma foto – foto."


"Yaudah deh, terserah." Kata Kila.

Kami langsung menuju saung yang aku maksudkan, karena orang – orang yang tadi memenuhi saung itu untuk berfoto – foto sudah pergi. Seolah mengerti bahwa kami ingin memakai saung itu untuk beristirahat.

"Makan dulu yuk, sebelum kita keliling – kelililing." Kataku sambil mengeluarkan bekal nasi uduk yang kami beli tadi pagi dan belum sempat dimakan.

"Eh, foto dong foto di saung ini, rame – rame." Pinta Pia. Lalu aku mengeluarkan hp ku dan mengambil beberapa foto selfie kami berempat dengan berbagai macam pose.

"Dah, yuk. Kita makan dulu, nanti kita foto – foto lagi atau langsung naik perahu kalo matahari udah ga terlalu panas." Aku membagi nasi uduk itu satu persatu, kulihat Alko dan Pia menggabungkan nasi uduk mereka menjadi satu lalu saling menyuapi satu sama lain. Bagaimana dengan aku dan Kila ? tentu saja kami tidak melakukan hal itu, karena masih canggung. Walaupun aku ingin sekali melakukan apa yang dilakukan Alko dan Pia. Tapi aku tahan.

Selesai makan, kami berkeliling di sekitar danau untuk berfoto – foto. " mesra banget ya, Alko sama Pia." Kata Kila yang entah kata – kata itu ditujukan padaku atau dia sedang berbicara sendiri.

"Entar juga ribut lagi Kil, percaya deh." Kataku yang tak tahu harus menjawab apa.

"Eh, kita foto berdua yuk, biar ga jomblo – jomblo banget." Kataku memberanikan dir mengajak Kila dan dia meng-iyakan. Entah karena memang ingin atau karena tak enak menolak.

"Cok, fotoin gue ama Kila dong." Kusodorkan Hp ku ke Alko.

Aku dan Kila berdiri diatas bebatuan besar pinggir danau yang dibelakangnya terhampar luas air biru dengan tebing – tebing batu yang amat tinggi dipinggirnya. Sangat mirip seperti warna danau yang ada di gunung Rinjani.

1..2..3...cekrek !, Alko sudah memfoto kami berdua.

"Cie.. cie, Fachri..." Ledek Pia, aku pura – pura risih dengan ledekannya. "Apaan sih pia !?" padahal aku sangat senang di cie-cie in karena berfoto berdua dengan Kila.

"Kaku amat fotonya ! pegangan dong. Atau rangkul si Kila." Kata Alko seolah dia adalah fotographer profesional. Aku dan kila saling bertatapan, ada rasa malu disitu. Kontan itu membuat ku salah tingkah. Terimakasih Alko, berkat kau aku bisa merasakan bagaimana rasanya merangkul pundak Kila walau cuma sesaat.

"Yaudah deh, ayok. Aku merangkul pinggang Kila. Kila juga sepertinya mengerti kondisi. Ia juga menjulurkan tangan kirinya ke pinggang ku. Cekrek !! Foto sudah di ambil oleh Alko. Aku yakin fotonya bagus, layaknya sepasang kekasih. walau saat itu tak langsung kulihat seperti apa jadinya foto hasil bidikan Alko.

Puas berfoto dipinggiran danau, kami ber-empat mampir ke warung yang ada dipinggir danau sebelum nantinya akan menyewa perahu. "Silahkan dek, mampir dulu, makan atau minum dulu." Sapa Bu Hayati pemilik warung kepada kami dengan sangat ramah. Saat itu Bu Hayati sedang sibuk merapihkan sesuatu, jadi ia mengatakan kepada kami kalau mau memesan sesuatu di warungnya bisa pesan kepada anaknya yang sedari tadi sudah duduk manis menjaga warung. Sedangkan suaminya tengah asik ngobrol dengan beberapa temannya di bangku yang cukup lebar disebelah kanan kami.

Aku memesan Kopi hitam panas, beda sendiri dengan yang lain. Alko dan Pia memesan es jeruk. Sedangkan Kila memesan Pop Ice rasa Alpukat. Alko dan Pia memandangi danau sambil menimati es jeruk mereka. Kila asik menggoda anak Bu Hayati yang masih kecil, adik dari anak Bu Hayati yang sedang menjaga warung yang tadi membuatkan kami minuman. Aku mulai tertarik keapada Kila, karena di balik sikap dingin dan terkesan agak pemalu, ternyata dia mempunyai sifat keibuan. Dan ia terlihat senang bermain dengan anak- anak, padahal anak itu adalah anak yang baru saja ditemuinya. Tapi mereka berdua langsung akrab. Sangat terlihat bahwa Kila menyukai anak-anak. Aku sangat menyukai wanita yang penyayang, terutama kepada anak – anak. Siang itu, di teriknya matahari dan semilir angin di tengah hamparan danau. Kila sukses membuatku menyukainya. Dengan cara yang berbeda.

KILA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang