7

1.1K 73 2
                                    

Aku sedang berada di perpustakaan sekolah sedang mencari bahan persentasi Pak Said. Dan di sampingku Fatma sedang tertidur diatas novelnya yang terbuka. Akhir-akhir ini memang Fatma gemar sekali menemaniku, kadang juga aku menemaninya. Seperti kegiatan dua orang yang berteman. Namun aku tidak tahu apa ini disebut pertemanan. Menurutku mendadak sekali dan sangat tiba-tiba.

Dari gaya tidurnya terlihat sekali Fatma kecapekan, tidurnya saja sampai mendekur. Sebenarnya aku juga mengantuk, gara-gara tugas Pak Said minggu kemarin. Namun aku masih harus menyelesaikan materi ini yang belum selesai. Tiba-tiba sebuah penghapus mendarat di kepala Fatma. Membuat ia terbangun.

"Woi siapa sih yang ngelempar penghapus?" Fatma pun mencari-cari pelaku yang membangunkan tidurnya.

"Gue," ujar Rega yang muncul dibalik rak. "Lagian tidur di perpustakaan,"

"Suka-suka gue kali.. Woles aja keles"

"Ngorok lo tu yang gak woles!"

Muka Fatma pun berubah menjadi merah padam. "As, emang aku tadi ngorok ya?"

Tidak sadar rupanya dia. "Iya sih hehe.." jawabku sambil terkikik geli.

"Kok kamu nggak bangunin sih?" Dia pun lantas membereskan rambutnya yang berantakan dan juga mengusap bibirnya yang basah. "What? Apa ini? Iler? Jadi aku tadi ngiler?" tanyanya lagi padaku.

Kalau yang itu aku tidak tahu karena dia memunggungiku. "Kelihatannya tadi Fatma pulas sekali tidurnya. Jadi ndak tega bangunin,"

"Duh mukaku memalukan pasti di depan kunyuk satu itu," ujar Fatma lebih pada diri sendiri. Kemudian dia histeris sendiri juga.

"Tidak apa-apa, hanya Rega saja kok,"

Kemudian dia menghadap padaku dan menatapku intens seakan ingin meminta pertanggung-jawaban. "Denger ya As. Di kamusku tuh nggak ada kata Rega sama sekali. Apalagi kalimat 'terlihat konyol di depan Rega' itu gak akan pernah ada di kamusku titik,"

Aku pun hanya tersenyum menanggapinya, walaupun dalam hati ingin tertawa. Fatma dan Rega, dua murid teladan di sekolah yang berusaha untuk saling mengalahkan. Semacam rival abadi.

"Kalau bukan gara-gara lihat film sampe malem kemarin gue pasti gak bakal tidur memalukan kayak tadi. Gue benci Rega, gue benci Rega, gue benci Rega,....." gerutunya pada diri sendiri.

Salah satu yang membuat aku nyaman berada di dekat Fatma yaitu dia maupun teman-teman yang lain walaupun di depan semua orang selalu gue-elo tapi mereka selalu berkata aku-kamu kepadaku. Sehingga terlihat seperti mereka menghormatiku. Sebenarnya ada satu orang yang berkata aku-kamu ke semua orang.

***

Pelajaran Pak Said, berarti waktunya persentasi. Tadi sebelum bel berbunyi Rafi sudah kuberi kertas materi untuk dibicarakannya di depan kelas.

"Assalamualaikum wa rahmatullaahi wa barakaatuh," ucapku mengawali persentasi dengan salam dan menunggu semua siswa menjawab salam.

"Waalaikumsalam.."

"Kami berdiri disini ingin menyampaikan materi mengenai syukur," kemudian aku pun menayangkan slide power point yang kusiapkan semalam hingga kurang tidur.
"Kata syukur secara bahasa berasal dari syakara yang berarti membuka, sebagai lawan kata dari kafara yang berarti menutup. Menurut istilah, syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang dikaruniakan Tuhan disertai dengan ketundukan kepada-Nya dan mempergunakan nikmat tersebut sesuai dengan kehendak-Nya.

Imam al-Qusyairi mengatakan hakikat syukur adalah pengakuan terhadap nikmat yang telah diberikan Allah s.w.t. yang dibuktikan dengan ketundukan kepada-Nya. Jadi, syukur itu mempergunakan nikmat Allah s.w.t. menurut kehendak-Nya sebagai pemberi nikmat. Karena itu, dapat dikatakan bahwa syukur yang sebenarnya adalah mengungkapkan pujian kepada Allah s.w.t. dengan lisan, mengakui dengan hati akan nikmat Allah s.w.t., dan mempergunakan nikmat itu sesuai dengan kehendak-Nya." Selesai sudahlah bagian persentasiku mengenai definisi dan hakikat syukur. Kini bagian Rafi mempersentasikan apa yang telah kuriset. Mengenai bentuk syukur dalm kehidupan sehari-hari.

AsmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang