14

1.9K 94 26
                                    

SELAMAT DATANG DI KELAS 12...

Begitulah yang tertulis di papan tulis kelas baruku. Tak terasa sudah hampir tiga tahun aku bersekolah di sekolah menengah atas ini. Dan tak terasa pula hidupku juga ikut berubah seiring dengan berjalannya waktu. Pikiranku mengembara melintasi arung waktu.

Dulu, aku hanyalah gadis yang dianggap culun oleh semua siswa. Tidak ada yang mau berteman denganku. Aku bahkan terkadang rindu oleh sapaan akrab Kaila dan Cindy yang dulu mengejekku setiap pagi. Aku juga rindu pada Princess Carla dan Ola. Aku berpikir lagi, akhir-akhir ini mereka hanya terdiam saat melihatku, bahkan terkesan menjauhiku. Ada hal apa yang sebenarnya terjadi?

Dulu pula aku tidak mempunyai barang satu pun teman. Tidak ada yang peduli dengan gadis bernama Asma ini. Berbanding terbalik dengan sekarang dimana aku sering tertawa oleh ulah teman-teman. Mereka bersikap ramah terhadapku. Mereka akhirnya terbuka padaku. Ada juga Fatma yang sekarang menjadi teman baikku. Juga Rafi dan Rega yang juga sering di dekat kami. Semuanya seakan mendadak sekali. Hidupku seakan berubah seratus delapan puluh derajat.

Sebuah tangan mengayun-ayun di depan mata membuyarkan lamunanku. Dan tangan itu milik Rafi yang sedang menyeringai. Aku pun tersipu karena ketahuan melamun. Ia kemudian duduk di bangku sampingku.

"Pagi-pagi udah melamun aja. Nglamunin apa hayo?"

"Ng.. Nggak nglamun kok," bantahku singkat. "Oh iya Raf, waktu liburan kemarin Asma melihat Rafi di wisuda tahfidz. Waktu dulu pun Asma juga pernah melihat Rafi di majelis ta'lim. Kok Rafi bisa ada disitu?"

Rafi menaikkan sebelah alisnya. "Memangnya nggak boleh ya aku melihat orang-orang sholeh dan sholehah mengaji. Kan juga ada sebuah hadits yang menyebutkan bahwa malaikat akan menaungi orang-orang yang berkumpul yang mengingat Allah."

Aku diam mematung. Semakin aku mengenal Rafi, semakin aku tahu bahwa Rafi tidak senakal yang kukira dulu. Rafi bukanlah bad boy biasa, dan juga bukan ketua geng biasa. Aku sungguh kagum padanya.

"Hallooo.... Melamun lagi," guraunya. Aku pun terkekeh.

"Maksud Asma, Rafi taunya majelis itu dari mana?"

"Oh. Ada anggota keluargaku disana,"

"Oh..."

Hening menyelimuti kami cukup lama. Di kelas hanya ada kami berdua karena ini masih terlalu pagi untuk hari pertama sekolah. Mungkin masih males-malesan semua untuk pergi ke sekolah lagi.

"Tidak terasa ya kita sudah kelas atas. Tidak terasa pula kita akan masuk kuliah. Rasanya masih pengen masih SMA terus aja..."

"Yang namanya hidup memang begitu. Hidup ini rasanya terlalu singkat untuk sekedar menikmati,"

"Yap betul. Hmm... Asma mau kuliah dimana? Masih mau di timur tengah kah?"

"Iyalah. Asma kan pengen banget kayak abang Asma, Bang Umar. Bisa kuliah ke timur tengah. Trus belakangnya ada Lc-nya. Kan keren..." jawabku dengan mata berbinar, seperti anak kecil yang sedang memimpikan berada di dunia peri kurasa. Rafi bahkan tertawa mendengarnya.

"Sebegitu obsesinya ya dirimu,"

"Harus. Kalau Rafi mau kuliah kemana?"

"Masih belum tahu," mata Rafi tampak menerawang jauh. "Aku mah hanya seorang yang tak tentu arah. Aku masih suka mengikuti arus. Aku belum memiliki sesuatu yang dituju kecuali satu hal,"

"Apa itu?"

Tepat saat ia ingin membuka mulutnya gerombolan siswa masuk. Rega dan Fatma masing-masing duduk di belakang kami dan menyapa kami.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AsmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang