Chapt 4

40 8 2
                                    

-- (sorry for typos)

Aku begitu bosan, yang kudengar hanyalah celotehan Harry yang tidak ada ujungnya. Ditengah acara Zayn menyampaikan pesannya, aku hanya menatapnya kagum, tanpa memperdulikan Harry yang berdiri disampingku.

"Aku berterima kasih kepada kalian karena hadir di pestaku, khususnya wanita spesial yang aku cintai..." tunggu, wanita spesial?! Siapa?! Dia menarik seorang wanita yang aku kenal wajahnya, dia Gigi. Wanita cantik yang populer di kampusku. "Gigi, maukah kau menjadi kekasihku?" Tanpa basa-basi, Gigi mengangguk tanda dia menerimanya, dan kulihat mereka berciuman. Seketika itu tubuhku mematung dan muluku menganga, aku mengepal tanganku dan memejamkan mata berusaha untuk tidak menangis.

"Alex, apa kau baik-baik saja?" Tanya seseorang yang kuyakin itu adalah Harry.

Aku sudah tidak tahan lagi, aku keluar dari rumah Zayn dengan terburu-buru.

"Alex, tunggu." Panggil Harry, tetapi aku tidak memperdulikannya, aku terus berlari hingga keluar dari daerah rumah Zayn sambil menangis.

Lalu apa maksud Zayn kemarin mengantarku pulang?! Tentu karena dia kasihan bodoh! Aku sangat bodoh, jika tau begini aku tidak akan datang. Aku menyusuri trotoar dengan isak tangis yang menyelimutiku. Tiba-tiba ada motor yang berhenti di sampingku, otomatis aku juga berhenti berjalan. Itu Harry, dia turun dari atas motornya dan menghadapku.

"Alexa kau kenapa? Kenapa tiba-tiba pergi? Dan kenapa pula kau seperti habis menangis?" Tanya Harry sambil meletakkan kedua tangannya di pundakku dan menatapku khawatir.

"Apa pedulimu, aku tidak apa-apa." Balasku sambil menahan tangis.

"Ayolah, aku tahu kau bohong." Katanya menatapku getir. Aku langsung memeluk Harry dengan tegar menahan tangisan, Harrypun membalas pelukanku.
"Shhh, sudah-sudah, aku bisa membantu jika kau butuh seseorang." Katanya sambil mengusap kepalaku. "Sekarang, sebaiknya kau pulang dan istirahat. Biar aku yang mengantarmu okay?" Aku hanya mengangguk dan melepaskan pelukanku sambil menatapnya. Saat itu pula Harry kembali naik keatas motornya dan menyuruhku untuk naik juga. Sebelumnya, dia memberi jaket kulitnya dan menyuruhku untuk memakainya.

Saat motor melaju dengan kencang, aku memeluk tubuh Harry dengan erat, kejadian tadi terlintas lagi di kepalaku, melihat Zayn mencium dan meminta Gigi menjadi pacarnya begitu menyakitkan. Aku menenggelamkan kepalaku di punggungnya menahan tangis, ini cukup nyaman. Aku merasa hangat saat memeluk Harry.

***
Saat sampai di apartemenku, Harry mengantarku sampai kedalam. Aku duduk di sofa diikuti Harry yang tanpa izin duduk disebelahku.

"Alex, kau boleh bercerita kepadaku jika kau ada masalah, mungkin aku bisa membantu." Harry menatap mataku dengan lekat.

"Ak-aku hanya sakit jika melihat Zayn dan Gigi tadi, aku menyukainya sejak lama, dia tidak tau perasaanku yang sebenarnya, aku benar-benar sakit hati karena tadi dia meminta Gigi menjadi kekasihnya, ak--akuu.." Jelasku panjang lebar kepada Harry. "Aku tidak kuat Harry, aku cukup lama memendam ini." Harry mendekatkan tubuhnya dan memelukku dengan lengan kekarnya sambil mengusap punggungku. Jarang sekali aku terbuka pada orang tentang masalahku selain Victoria tentunya.

"Sudahlah, mungkin sekarang bukan saatnya ubtukmu. Kau pasti menemukan lelaki yang lebih dari Zayn, kau tidak perlu menangisinya lagi, dia mungkin sudah bahagia bersama Gigi.." Tangisanku semakin nyaring saat dia bilang 'dia mungkin sudah bahagia bersama Gigi.'

"Jadi tidak ada gunanya lagi kau membuang air matamu , sudahlah kau pasti bisa mencari pengganti Zayn." Sambungnya sambil mengusap-usap punggungku. Ini begitu nyaman dan menenangkanku.

"Ter-terima kasih Harry kau sudah baik padaku." Aku melepas pelukannya dan mengusap air mataku yang jatuh. Harry mengusap air mataku.

"Apapun untukmu." Balasnya dengan tersenyum tipis, akupun membalas secumannya.

"Ehhm..aku harus pulang, jika kau keberatan aku bisa tetap disini untuk menemanimu." Paparnya sambil bangkit berdiri.

"Tidak apa jika kau ingin pulang." Susulku berdiri dan mengantarnya sampai pintu depan.

"Yasudah, aku pulang ya.." Pamit Harry sambil melangkahkan kakinya.

"Harry tunggu.." dengan begitu dia menoleh kearahku dan aku langsung mencium bibirnya lembut dan melepasnya dengan cepat. "Terima kasih." Aku tersenyum canggung padanya. Harry hanya menggaruk tengkuknya yang sepertinya tidak gatal dan tersenyum canggung. Dia membalikan tubuhnya dan pergi meninggalkanku.

Aku masuk kedalam apartemen, dan pergi ke kamar. Setelah berbaring aku menatap langit-langit kamar, sambil memikirkan Zayn, mungkin Harry benar, aku tidak mungkin menangisinya, toh dia juga sudah bahagia bersama Gigi.

Kejadian tadi, aku mencium bibir Harry, apa dia akan marah? Aku tersenyum memikirkan apa yang kulakukan pada Harry. Aku menggelengkan kepalaku pelan. Lalu aku menarik selimut dan tidur berharap besok aku bangun dan melupakan kejadian hari ini. Aku memang berlaku sok kuat, tapi dalam hatiku, aku menangis, kau tahu? Sudah lama sekali aku menyukai Zayn dan apa yang kudapat? Dia dengan orang lain, malangnya diriku.
.
.
.
.
.
.
Harry perhatian banget sii sama Alexa. Dan Zayn..sudahlah. hahah, ok jan lupa VOMMENTS ya jangan jadi silent readers, dan makasih buat yang mau baca cerita gajelas gue .

Different Side [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang