Hi! Bye! - Terimakasih

1.2K 97 4
                                    

Terimakasih

[.]

Cewek rata-rata menghabiskan lebih dari dua jam buat shopping. Apalagi kalau ceweknya seperti Gigis. Bukan hanya dua jam, kadang lima jam juga bisa. Apalagi weekend begini, Gigis sih mungkin nggak capek, tapi yang menemani itu, kaki sampai bengkak-bengkak rasanya. Iyalah, hampir empat jam mereka muter-muterin Pondok Indah Mall. Dalam hal ini yang ketiban sial adalah Atha. Padahal Atha tidak hobi shopping. Kalau mau membeli sesuatu, pasti dia sudah tahu apa yang mau dibeli dari rumah. Jadi sampai mall langsung set-set-set, ngirit waktu dan yang pasti ngirit duit!

"Stop.. stop, stop! Bukannya tadi kita udah masuk ke sini, Gis?" protes Atha saat Gigis hendak masuk ke toko baju yang sudah mereka masuki tadi.

"Iya, mau beli jeans yang tadi," ucap Gigis tanpa rasa bersalah.

"Gis, kalau gini caranya sih gue bisa mati begitu sampe rumah!" gerutu Atha saat mereka sudah berada didalam Toko.

"Eh.. eh.. Jeans yang lo incer itu disana. Bukan disini. Sana, sana!" Atha menggandeng tangan Gigis menuju jeans yang diincar Gigis tadi. Kalau nggak gini, Gigis bakal milih-milih nggak jelas lagi dan akan berakhir dengan beberapa keputusan yang membuat Atha tambah keki, misalnya dengan tidak jadi membeli jeans yang diincarnya tapi malah membeli yang lain.

"Bentar.. yang ini bagus." Gigis mulai merengek.

"Gis! please.. capek nih! udah hampir empat jam kita disini. kaki gue bisa-bisa mati rasa!"

"Ya, ya, ya! pulang deh ayok!"

[.]

"Lo udah nyoba telpon Rista?" tanya Adit sembari memakan cemilan.

"Belom, gue bingung." Osyen mengacak rambutnya frustasi.

"Loh kenap- makasih Tante," ucapan Jo terputus akibat datangnya Ranti -Ibu Osyen membawakan lemon tea untuk menyegarkan mereka bertiga tentunya.

Mereka bertiga sedang berada di Ruang TV, rumah Osyen. Menikmati hari weekend mereka dengan bermalas-malasan.

"Iya, nak Jo." Ranti-Ibu Osyen- tersenyum lalu pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Gue bingung mau ngomong apa," Osyen menatap fokus ke arah TV yang sedang menyala.

"Yaelah tinggal bilang mau pedekate aja susah!"

"Apaan sih! kalo gue pedekate sama dia, Atha gimana?!" Osyen mengeplak keras kepala Jo.

"Kok lo masih mau aja sama Atha? tuh cewek sombongnya selangit! Adel aja yang primadona nggak kayak gitu!" ucap Jo menggebu-gebu.

"Apa lo bilang?!" Osyen siap menerkam Jo yang duduk di karpet lantai.

"Udah-udah. Lagian ngapain juga sih nyambung ke Atha? kan kita mau ngebahas Rista." Adit berusaha membuat kepala Jo dan Osyen dingin.

"Huft!" Jo mendengus dan memutar bola mata.

"Yaudah! nanti malem gue coba telpon dia!" Osyen membuang muka.

"Yang ikhlas Syen, kan itu demi lo juga."

***

Suasana pagi yang rutin menyebalkan. Pagi ini entah kenapa banyak murid yang sudah datang, mungkin dikarenakan pagi ini akan diadakan ulangan harian biologi. 'Posisi menentukan prestasi' iya 'kan? tempat yang nyaman dan mudah melakukan aksi contek-mencontek menjadi tempat favorit.

"Lo yakin nggak akan ikut UH susulan aja? muka lo pucet banget." Gigis mendekatkan jarak kursinya dengan Atha, mencondongkan wajahnya untuk mengamati wajah sahabatnya.

"Nanggung Gis. Gue udah di kelas, masa iya balik lagi." Atha memegangi keningnya sesekali meringis.

Beberapa menit kemudian, bel masuk berbunyi. Semua murid langsung berhamburan menuju bangku masing-masing.

Langkah kaki mulai terdengar memasuki kelas. Dengan spontan, semua murid langsung menegakkan badannya masing-masing, termasuk Atha yang sedang sakit tentunya.

"Osyen!!" teriak Pak Agus mengejutkan semua murid, pasalnya ini masih pagi, dan Osyen tadi juga sedang tidak bercanda dengan kedua temannya.

"Jo!!" teriak Pak Agus lagi.

Pak Agus mengeluarkan kertas F4 bergaris. "Osyen pindah dengan Atha, sedangkan Jo pindah dengan Nisya!"

Osyen tersenyum lebar, berbeda dengan Jo yang mendengus sebal.

"Kalian kalau dibelakang pasti contek-contekan, kalau nggak ya browsing! saya udah tau akal bulus kalian!" Pak Agus membenarkan letak kacamatanya.

"Well to the well well well. Hari pertama gue ngerjain ulangan di meja baru," dengan malas Jo duduk dibangku depan sebelah Nisya, membuat Jasmin-teman sebangku Nisya pindah ke belakang.

"Nggak ngaruh 'kan? dibelakang atau didepan lo tetep googling." Osyen tertawa sambil duduk disebelah Atha setelah Gigis sudah pergi menuju bangku belakang.

"Dan lo? apa bedanya sama gue?" tandas Jo tidak banyak komentar.

Setelah percakapan singkat itu, Osyen melirik Atha singkat. Dahinya berkerut menandakan ia bingung.

"Ekhem." Pak Agus berdeham lalu membagi kertas F4 bergaris secara estafet.

Osyen mengalihkan pandangannya, lalu merogoh saku seragamnya untuk mengambil geadget. Pokoknya, apapun ulangannya geadget harus siap sedia diatas paha. Untuk apa? Googling lah, apalagi!

Dua puluh menit berlalu.

Semua murid sibuk dengan soal masing-masing. Sibuk melirik ke kanan dan kiri, kusak-kusuk membuka catatan, googling. Ck! lumrah terjadi 'kan?

Berbeda halnya dengan lembaran kertas dihadapan Atha, kertasnya masih bersih. Baru terisi kolom identitas saja, sementara belum ada satu jawaban pun yang tertoreh dilembaran kertasnya. Wajahnya semakin lama semakin pucat.

'Srttt'

Sebuah lengan terjulur mengambil kertas jawaban di atas meja Atha. Entah lengan siapa itu Atha tidak tahu yang jelas lengan itu berasal dari kursi disamping kirinya. Untuk apa ia mengambil kertas jawaban Atha? Entahlah, saat ini Atha harus menahan hasrat penasarannya karena rasa sakit yang menyerangnya jauh lebih membutuhkan perhatian.

'Brak!'

Hentakan tangan itu membuat Atha sedikit tersentak. Tangan itu menghentak di atas mejanya seraya mendaratkan kertas jawaban milik Atha yang sekarang sudah terisi penuh.

Atha meraihnya, kertasnya tak lagi kosong. Sudah berisi jawaban yang berderet memenuhi kertasnya.

"Walaupun tulisan aku jelek tapi jawabannya aku yakin bener. 'Kan aku googling." Laki-laki disampingnya nyengir. Osyen membantunya mengerjakan UH hari ini? mimpi kah ia?

Walau kepalanya terasa hendak copot tapi matanya masih bisa berfungsi. Melihat barisan-barisan jawaban yang tertulis dikertas jawabannya.

Sepertinya Atha harus mengucapkan terimakasih kepada Osyen. Atha sempat tersenyum.. Namun beberapa detik kemudian pandangannya berwarna putih, dan akhirnya.. gelap[].

[.]

Bersambung~

Adegan mana yang kalian suka?

-yuhutralala ©2016

Hi! Bye!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang