Hi! Bye! Sinar untuk Perasaan yang Dingin

1.3K 81 6
                                    

Sinar untuk Perasaan yang Dingin

"Gimana kemarin?" bisik Jo pelan, tangannya fokus menulis rangkuman sejarah yang sedang ditulis oleh sekretaris kelas di papan tulis.

"Apanya?" Osyen ikut berbisik, tangannya juga masih ikut fokus menulis.

"Kemarin."

Osyen langsung menghentikan aktivitas menulisnya, entah mengapa Osyen merasa pipinya mulai memanas. Osyen jelas tahu kalau saat ini ia sedang blushing, tetapi yang ia pertanyakan di dalam benaknya adalah 'Kenapa gue bisa blushing?'

Diam-diam Jo melirik tingkah Osyen yang terdiam, semburat warna merah terlihat jelas di kedua pipi Osyen, membuat Jo mengukir senyum miring.

"Ya, gitu." Osyen melanjutkan aktivitas menulisnya, berusaha untuk menutupi semburat warna merah yang masih menghias di kedua pipinya.

Jo menghentikan aktivitas menulisnya. "Gitu, gimana?"

"Dia mau, kok."

"Oh?"

Osyen fokus dengan bukunya lalu melirik sekilas ke arah Jo yang ternyata memperhatikannya secara seksama. Seolah-olah Jo tengah menanti sebuah jawaban. Mau tidak mau, Osyen juga ikut menghentikan acara tulis-menulisnya dan menoleh ke arah Jo dengan alis yang bertaut. "Kenapa, sih?" tanyanya risih.

Jo tersenyum miring. "Kan tadi gue tanya, gimana?"

Osyen memutar bolamatanya sebal. "Kan gue udah bilang, dia mau!"

Jo mendegus melihat Osyen yang tidak peka terhadap kelakuannya, jelas bukan itu maksud dari pertanyaannya. "Maksud gue, dia gimana? Cantik nggak?" tanyanya jahil.

Osyen mendelik terkejut karena pertanyaan Jo yang menurutnya ngawur. Tetapi tiba-tiba, rasa panas yang masih menjalar di kedua pipinya terasa semakin memanas. Dengan gerakan cepat, ia mengalihkan pandangannya ke arah buku. "Apaan, sih!"

Jo melebarkan senyum jahilnya yang sedari tadi tersungging di bibirnya. 'Gotcha!'

[.]

Bel yang berdering sekali membuat semua penghuni sekolah, yang dari kelas sepuluh, kelas sebelas, bahkan kelas duabelas, dengan serempak melangkahkan kakinya keluar kelas. Tujuan mereka pasti berbeda, ada yang menuju Taman Vikon, Perpustakaan, Koperasi, bahkan Ruang Guru pun ada. Tetapi menurut survei kecil-kecilan dari anak yang kurang kerjaan, tujuan utama sudah dapat dipastikan adalah Kantin.

Kantin bagi semua murid adalah surganya sekolah. Banyaknya makanan ditambah tempat duduk yang nyaman membuat semua murid, guru, bahkan tukang kebun sekolah gemar berada disini.

Jika sekolah, tidak mempunyai kantin, sudah dapat dipastikan bahwa sekolah itu pasti akan segera bangkrut.

Sama seperti hati Osyen jika Atha tidak berada disampingnya.

Osyen memandang Atha yang sedang duduk di kursi kantin yang paling pojok, ia tidak sendirian, ia bersama si anak baru yang Osyen lupa dengan namanya, tetapi ia familier dengan wajahnya.

Osyen tahu kenapa Atha memilih untuk duduk di kursi kantin paling pojok, karena Atha memang tidak gemar untuk mencari perhatian orang-orang, Atha tidak suka terkenal, Atha hanyalah pihak netral, dan Atha memang tidak secantik Adel yang seorang primadona sekolah.

Tetapi.. Atha mempunyai sinarnya sendiri, sebuah sinar yang mampu menghangatkan hati Osyen yang dingin. Bagi Osyen, Sinar itu bercahaya melebihi sinarnya matahari. Sinar yang tidak dimiliki oleh siapapun kecuali Atha.

Sekarang, hati Osyen terasa dingin, sinar Atha sekarang terasa jauh untuk dijangkau, terasa sulit untuk bisa ia raih dan genggam.

Terkadang, Osyen merasa ia sangat dekat dengan Atha, merasa ia adalah satu-satunya cowok yang sempurna untuk mendampingi Atha. Tetapi kini, ketika melihat Atha duduk berdampingan dengan lelaki lain, matanya sudah terbuka lebar, ia sangat sadar dengan kenyataan yang ada.

Sinar yang selalu ia dambakan itu terlalu silau.

"Tha? Apa boleh gue nyerah sekarang?"

[.]

Mark asik berceloteh tentang pelajaran di kelasnya hari ini. Mulai dari semua siswi yang memandangnya tanpa berkedip, Devan yang katanya jadi pengen potong rambut, dan hal-hal lain yang terus menyangkut perihal rambutnya. Mark terus bercerita sampai-sampai ia tak sadar kalau Atha-yang berada di sampingnya-tidak lagi mendengarkannya.

Raga Atha memang berada disini, di kantin sekolah. Tetapi pikiran Atha seakan terbang melayang jauh, jauh sekali sampai-sampai ia merasa membutuhkan tali untuk diikatkan ke pikirannya agar tidak terbang terlalu jauh.

Osyen.

Hanya satu kata.

Hanya satu nama.

Hanya satu orang.

Yang bisa membuatnya seperti ini, seperti orang yang kehilangan akal.

Atha baru saja menyadari perasaannya.

Perasaan yang sebenarnya tidak mau ia akui.

Perasaan yang berbeda dengan perasaan yang pernah ia rasakan.

Perasaan baru yang untuk kali pertama tumbuh di dalam hatinya.

Perasaan yang ia sendiri tidak tahu kapan perasaan itu muncul.

Perasaan yang terus-menerus bergejolak di dalam hatinya.

Perasaan yang menyangkut Osyen.

Dan perasaan untuk memiliki Osyen.

Sepenuhnya.

Mark yang sepertinya tersadar akan Atha yang sedang melamun, hanya bisa tersenyum miris.

"Mark?" Suara Atha terdengar pelan, membuat Mark menoleh ke arah Atha.

Atha menatap lurus pandangan ke depan, tidak menoleh ke arah Mark sama sekali. Mark jelas tahu arti pandangan Atha yang nanar seperti itu.

"Iya, Tha?" balas Mark pelan, ada nada kecewa disana.

"Dingin." Atha bergumam pelan sembari matanya masih fokus menatap ke arah depan.

Mark membulatkan matanya terkejut. Atha sakit? Sungguh, ia panik setengah mati. Tangannya bergerak dengan cepat menuju kening Atha, meletakkan punggung tangannya disana, ia ingin memeriksa suhu tubuh Atha. Dingin kah? Atau panas kah?

Mark menjatuhkan tangannya lemas yang tadi berada di kening Atha. Matanya menyiratkan sorot kecewa.

'Bego!'

'Bego!'

'Bego!'

Mark terus melafalkan satu kata itu di dalam hatinya. Suhu Atha yang tadi ia rasakan terasa normal, tidak panas dan tidak dingin.

Ia baru sadar akan kata 'Dingin' yang tadi Atha katakan.

Atha jelas berkata dingin bukan karena ia merasa demam.

Atha jelas berkata dingin bukan karena ia merasa kedinginan.

Atha jelas berkata dingin bukan karena fisiknya yang terasa sakit.

Mark tahu akan makna yang Atha katakan.

Dingin.

Hati Atha dingin.[]

Bersambung~

Halooo! Voments?

Adegan mana yang kalian sukai?

-yuhutralala ©2016

Hi! Bye!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang