Hi! Bye! - Kejutan

1.2K 65 3
                                    

Kejutan

"Capek?" tanya sang perempuan kepada pemuda yang berada di sampingnya.

Sang pemuda tersenyum lalu mengelap keringat yang telah bercucuran sejak tadi. "Capek, sih. Tapi seru!"

"Lo nggak malu?" tanya sang perempuan sambil tersenyum.

Pemuda yang duduk di sampingnya tertawa. "Ngapain coba, saya malu?"

"Soalnya kan lo yang paling muda," jawab si perempuan sambil mengerutkan kening.

"Ya terus?" Pemuda itu terkekeh.

"Dulu, gue disini yang paling muda. Tapi semenjak ada lo, predikat 'cabe rawit' jadi lo ambil," jawab sang perempuan sambil tersenyum.

"Jadi kamu marah sama saya?" tanya pemuda itu, ada nada geli di sana.

Sang perempuan tersenyum. "Ya nggak lah, ngapain."

Senyum perempuan itu menular ke arah pemuda itu, membuat mereka berdua sama-sama tersenyum, hingga tiba-tiba degupan jantung oleh salah satu dari mereka, membuat salah satu dari orang itu tercengang.

[.]

Rabu.

Hari menyebalkan setelah Senin.

Pelajaran pertama diawali oleh Olahraga. Dimulai dengan senam pagi yang selalu saja para cowok berada di barisan depan, memasang mupeng-nya masing-masing ketika melihat sang instruktur. Lari? Oke, lah. Atha masih suka dengan yang satu itu. Voli? Please, tangan Atha selalu memerah ketika selesai memukul bola sialan itu! Sepak bola wanita? Atha bahkan menjerit duluan sebelum menendang bola.

Setelah Fisika ada Matematika yang membuat semua murid pusing dengan beribu-ribu angkanya. Mulai dari Sin, Cos, dan Tangen sampai rumit-rumitnya Matriks dengan elemen-elemen yang sangat tidak jelas.

Belum lagi, ada satu makhluk usil yang membuat Atha makin keki yang akan duduk di sampingnya saat pelajaran Matematika.

Dilanjutkan pelajaran Fisika yang lamanya 2x45 menit tetapi lamanya terasa seperti satu abad, lamanya nggak ketulungan! Tapi yang namanya waktu memang relatif kan. Benar apa yang diungkapkan Einstein. Kalau lagi nonton film (apalagi drama korea!), Atha bisa tahan sampai tiga jam. Apalagi sewaktu dulu dia kesengsem sama Dream High. Karena bisa dibilang dia kesengsemnya baru setelah Dream High 2, jadi dia ketinggalan yang season 1. So, tuh kaset season 1 yang belasan jumlahnya dia habiskan tak sampai dua hari. Dia tonton nonstop. Paling cuma break buat salat, makan, dan mandi. Untung saja itu terjadi saat liburan panjang.

Pelajaran terakhir ada Biologi. Atha sih, suka banget sama pelajaran yang satu ini, bahkan bisa dibilang Atha ini anak emasnya Pak Agus—selaku guru yang mengajar Biologi.

Yang Atha tidak sukai dari Pak Agus adalah cara mengajarnya yang.. ehm.. entah itu terlalu bersemangat atau apa, yang pasti air liur Pak Agus selalu ikut muncrat dari mulutnya. Membuat Atha menahan tawa dan yang pasti... jijik.

Tuhan, Atha semakin membenci hari Rabu!

[.]

"Osyen nggak ikut Olahraga!" teriak Jo saat tiba di lapangan outdoor sepak bola, menghampiri teman-teman kelasnya yang sudah lama menunggu.

Atha yang sedang mengobrol dengan Gigis dan beberapa temannya yang lain, langsung menoleh ke arah Jo dan Adit.

"Lho? Kenapa?" tanya Atha refleks.

Mendengar ucapan Atha, Jo langsung menolehkan wajahnya ke arah Atha. Salah satu alisnya terangkat, pandangannya menatap Atha remeh.

Pandangan Atha membalas pandangan Jo dengan tatapan penasaran.

Entah siapa yang memulai lebih dulu, tetapi mata mereka bertatapan cukup lama.

Hingga, Jo mengalihkan pandangannya dan berjalan menuju teman-teman cowok yang sedang asik memperagakan beberapa teknik sepak bola.

Adit menatap punggung Jo yang berjalan menjauh, lalu menolehkan wajahnya ke arah Atha. "Osyen diare, akut."

Setelah mengatakan itu, Adit langsung melangkahkan kakinya menuju Jo.

"Gue tau lo lagi emosi, tapi jangan bersikap kurang ajar gitu, dong. Kalau Osyen tau sikap lo tadi bisa-bisa masuk Rumah Sakit lo nya," ujar Adit ketika mereka mulai menjauh dari kerumunan dan merangkulkan lengannya ke pundak Jo.

"Yah, abis gimana? Gue muak ngelihat muka Atha yang sok polos itu." Jo mendengus.

Adit tersenyum lalu menepuk pelan pundak Jo. "Sabar, bukannya Osyen bilang kalau dia udah nyerah?"

[.]

"Yes!" pekik Devan girang setelah melihat kertas ulangan yang baru saja dibagikan oleh Pak Guntur.

Mark yang sedang asik meraut pensil—mempersiapkan alat tulis matematikanya, karena bel pergantian pelajaran telah berbunyi. "Kenapa?"

Devan menaruh—lebih tepatnya membanting kertas yang tadi ia pegang di meja Mark. "Gue dapet 96! Siap-siap aja lo kalah!"

Mark menaruh pensilnya kembali ke tempat pensil lalu mengambil cuek kertas ulangan Devan. Melihatnya sebentar dengan pandangan remeh.

Devan tersenyum bangga. "Kan udah gue bilang, jangan main-main sama gue! Terima aja kalau gue itu lebih pinter daripada lo!" ujarnya lalu menepuk-nepuk pelan pundak Mark.

"Mana punya lo?" tanya Devan remeh.

Mark yang masih melihat hasil ulangan Devan, hanya bisa mendegus lalu menarik kertas ulangannya yang ternyata dijadikan alas rautan pensil, menyebabkan rautan pensil itu bertebaran di meja.

"Hh.." Mark menyerahkan hasil ulangannya malas.

Devan tersenyum miring sambil mengambil kertas ulangan itu. Pandangan remeh, amat sangat ditunjukkan.

Mark Lee

Nilai : 98

Guntur S.pd
Ttd.

"Anjir!" Devan membulatkan matanya.

Melihat ekspresi Devan, Mark dengan cepat mengambil kertas khusus berwarna pink dan bergambar love. Membantingnya bersamaan dengan pulpen di atas meja Devan.

"Lo udah janji sama gue, jadi tolong buatin itu sekarang, gue mau ngasih kejutan buat Atha!"[]

Bersambung~

Halooo! Voments?

Wohooooo! Mark ternyata pinter lho ya.. Osyen mah lewat:3

Betewe yang masih blm pada baca oneshoot saya, mohon dibaca yaaaa. Cek di work saya, sekalian buat Pocky Kiss! juga jangan lupa..

Saya males ngedit, so sorry for many typo(s)

Adegan mana yang kalian suka?

-yuhutralala ©2016

Hi! Bye!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang