Langit Jakarta sudah berubah menjadi gelap, pertanda matahari sudah meninggalkan tempatnya dan diganti oleh sang rembulan. Gerimis malam ini pun membuat ibukota Indonesia ini yang biasanya panas menjadi sedikit sejuk. Jalanan utama saat ini diisi oleh kendaran-kendaraan yang pemiliknya baru saja meninggalkan kantor mereka masing-masing. Zidny masih saja mengeratkan genggaman tangannya pada jaket Iqbaal, senyuman dibibirnya pun tak pernah luntur dari wajah putihnya. Menempati kantor yang sama membuat Zidny selalu diantar pulang oleh Iqbaal menggunakan motor sportnya.
Sesekali Zidny memperhatikan wajah Iqbaal yang ditutupi helm pada kaca spionnya. Zidny menghela nafasnya sejenak, pertemanan dirinya dengan Iqbaal sudah lama terjadi. Apapun masalah yang sedang Zidny alamai, Iqbaal pasti tau begitu pun sebaliknya.
"Sudah sampai neng." Ucap Iqbaal yg membuat Zidny tersadar dari lamunannya.
"Hah? Kapan sampainya? Cepat amat." Zidny pun menuruni motor Iqbaal dan menyerahkan helm kepada Iqbaal.
Iqbaal membuka helmnya dan merapikan rambutnya sejenak.
"Mangkanya, jangan ngelamun aja. Gak nyadar kan lo kalau udah sampai. Untung gak gue culik lo."Zidny pun melototi Iqbaal dan memukul bahu Iqbaal pelan.
"Berani lo nyulik gue? Gue laporin lo ke nyokap lo.""Emang berani lo ngomong sama Bunda?" Tantang Iqbaal pada Zidny.
Zidny pun seketika terdiam mendengar penuturan Iqbaal. Iqbaal yang melihat suasana berubah pun berdeham.
"Zee. Sorry."
"No prob. Santai." Zidny tersenyum mendang Iqbaal. Namun nyeri dihatinya pun tak hilang.
"Yaudah. Masuk gih. Nanti dicariin nyokap lo lagi."
"Hati2 ya."
Iqbaal tersenyum dan masih menatap Zidny dengan intens. Zidny pun juga menatap Iqbaal. Iqbaal mulai mendekatkan tubuhnya pada Zidny, semakin dekat hingga tatapan mereka hanya berjarak beberapa senti. Jantung Zidny kembali berdetak tak karuan. Zidny masih menatap bola mata Iqbaal yg coklat. Tak lama, Zidny merasa ada yang menyentuh kepalanya. Ternyata Iqbaal tengah mengelus rambutnya dengan lembut.
"Good night." Iqbaal pun beralih menyentuh hidung Zidny dan memencetnya perlahan. "Jangan lupa mimpiin gue yaa."
Iqbaal tersenyum menatap Zidny yg hanya menatap dirinya.
Tak lama lamunan Zidny pun buyar. Terasa pipinya yg memanas, ia yakin pasti sekarang pipinya sedang memerah."Gue masuk yaa? Bye."
Zidny berlalu meninggalkan Iqbaal yang masih terpaku menatap dirinya. Iqbaal kembali tersenyum.
Iqbaal pun kembali berjalan menuju motornya dan pergi meninggalkan rumah Zidny.*****
Zidny baru saja menutup pintu rumahnya. Ia sandarkan tubuhnya pada balik pintu, dan memegang dadanya yang masih berdetak tak karuan. Zidny tersenyum seketika.
"Baal. Lo sukses bikin jantung gue mau copot. Kenapa sih wajah lo, tingkah lo, perlakuan lo, sukses bikin gue salting. Kenapa Baal? Sebenarnya perasaan apa ini?"
Zidny menyentuh pipinya yg masih terasa panas."Baru pulang Nak?"
Zidny terpaku mendengar suara yang tiba-tiba muncul dari arah lantai dua rumahnya. Zidny menatap kepada asal suara, ternyata suara tersebut dari Sang Mama.
"Mama? Iya Ma. Baru aja nyampe."
Eca menuruni anak tangga dan menghampiri Zidny. Zidny pun mendekati sang Mama dan duduk disamping ibunya.
"Dianter Iqbaal lagi?"
Zidny menatap Eca. Ia tau, ia tak bisa membohongi Eca. Namun ia juga berat mengatakan yang sejujurnya.
"Eng.. Iy.. Iya Ma."
Dengan ragu dan terbata-bata, akhirnya Zidny memilih untuk berkata jujur pada Eca. Eca menghela nafasnya sejenak.
"Zee. Mama bilang apa sama kamu? Kamu harus menjauhkan Iqbaal. Iqbaal.."
"Zee tau Ma. Zee tau. Iqbaal memang tidak sama dengan kita, Tuhan Iqbaal tidak sama dengan kita, ibadah yg Iqbaal lakukan pun juga berbebeda dengan kita. Tapi apa salah Zee berteman dengan Iqbaal?"
"Mama tidak melarang kamu untuk berteman dengan siapapun, tapi tidak untuk mencintai pria yg salah."
Zidny terdiam mendengar penuturan Eca. Cinta? Apakah benar dirinya mencintai Iqbaal?
"Maa.. Zee.."
"Apa? Kamu mau bilang kalau kamu gak cinta sama Iqbaal? Kamu mau bilang sama Mama kalau kamu tidak menyukai Iqbaal? Kamu mau bilang sama Mama kalau kamu hanya menganggap Iqbaal teman? Iya? Kamu mungkin bisa membohongi teman-teman kamu, mungkin kamu bisa membohongi Mama, mungkin kamu bisa membohongi Iqbaal, tapi kamu tidak bisa membohongi hati kamu, sayang."
"Cobalah jujur dengan diri kamu sendiri. Jika kamu sudah menyadari bahwa kamu memang mencintai Iqbaal, Mama mohon hilangkan perasaan itu. Mama lebih suka kamu dengan Aldi yang jelas-jelas 1 keyakinan dengan kita."
Zidny memejamkan matanya sejenak. Lagi! Untuk kesekian kalinya, Eca membahas Aldi mantan kekasihnya 1 tahun yang lalu.
"Zee udah tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan Aldi, Ma. Mama kan tau Zee udah putus dengan Aldi."
"Dan Mama masih berharap kamu bisa kembali dengannya, Nak."
Zidny menghela nafasnya sejenak dan berdiri dari tempat duduknya.
"Zee ke kamar dulu Ma."
Zidny pun pergi meninggalkan sang Mama yang masih menatap kepergian dirinya.
****
Iqbaal baru saja membuka sepatunya ketika tiba-tiba Rieke sang ibu menghampiri dirinya.
"Kok baru pulang Le?"
Iqbaal melirik sejenak kearah Rieke dan kembali meneruskan kegiatannya.
"Macet, Bun."
"Macet atau kamu habis jadi supir pribadinya teman kamu itu, si Zidny?"
Ucap Rieke sinis. Iqbaal pun berdiri dan menatap Rieke."Ale gak pernah sekalipun merasa kalau Ale adalah supir pribadi Zee. Dan Zee pun tidak pernah meminta Ale untuk mengantarnya pulang, itu semua adalah kemauan Ale, Bun. Asal Bunda tau, Ale melakukannya dengan ikhlas dan tulus."
"Karna kamu menyukai dia? Iya kan? Kamu harus inget Ale, agama Zidny berbeda dengan kita. Dan kamu tau kan, Ayah kamu adalah seorang ulama besar dan terkenal. Apa kata orang jika kamu menikahi perempuan yang berbeda keyakinan dengan kita?"
Iqbaal menghela nafasnya sejenak sebelum melanjutkan pembicaraannya.
"Bunda dan Ayah harus tau, bahwa Ale tidak perduli apa yang dikatakan orang diluar sana tentang Ale."
Iqbaal pun pergi meninggalkan Rieke yang masih terpana mendengar penuturan Iqbaal.****
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
#Perbedaan
RomanceProlog Zidny masih menatap Iqbaal yg sedang sholat Dzuhur. Entah kenapa hatinya begitu adem melihatnya. Ingin rasanya ia berdiri dibelakang Iqbaal untuk mengikuti semua gerakan sholat Iqbaal tapi rasanya gak mungkin. Ia saja hanya melihat Iqbaal dar...