#Perbedaan05

848 55 9
                                    

Zidny masih saja menatap Iqbaal yang tengah menahan emosinya. Zidny pun berdecak dengan kesal. Ia tau, untuk saat ini ia tak bisa lari dari Iqbaal. Tapi apa yang harus ia katakan? Apakah ia harus jujur dan mengatakan jika benar tadi pagi dirinya dan Aldi berangkat bareng? Tapi bagaimana dengan Iqbaal? Apakah pria ini akan marah?
Zidny seketika terdiam. Iqbaal? Marah? Untuk apa? Mereka kan tidak ada status apa-apa.

"Jawab Zee! Lo pergi bareng mantan lo itu kan? Lo lebih milih pergi bareng Aldi dari pada sama gue?" Kini suara Iqbaal tak sekencang tadi. Ia tak ingin membuat Zidny takut dengan nada bicaranya. Tapi kini suaranya malah lebih terdengar seperti putus asa.

Zidny menatap Iqbaal lekat-lekat sebelum menjawab pertanyaan Iqbaal.
"Iya, gue pergi bareng Aldi."
Ucap Zidny akhirnya.

"Damn!" Maki Iqbaal tertahankan.

Zidny menatap Iqbaal bingung. Tak pernah-pernahnya Iqbaal berkata kasar seperti ini. Iqbaal mengusap wajahnya dengan kasar dan berkacak pinggang. Kini Iqbaal pun menatap kearah jalanan yang terlihat dari atas gedung kantornya ini.

"Baal. Dengerin gue dulu." Zidny menyentuh lengan Iqbaal agar kembali menatapnya.
"Gue emang pergi bareng Aldi, tapi itu karna dia yang maksa. Gue gak ada pilihan lain Baal. Gue hampir aja telat karna gak ada taksi yang lewat didepan rumah gue. Guee..."

"Kata lo, lo udah nelfon taksi. Kata lo, lo nolak ajakan gue karna lo udah akan pergi naik taksi. Ya kan? Trus kenapa sekarang lo bilang lo hampir telat dan gak dapet taksi. Maksud lo apa sih?"

Zidny kembali diam.
"Shit. Salah ngomong kan lo. Dasar! Oon banget sih lo Zee." Ucap Zidny dalam hati.
"Gue.."

"Lo beneran lagi menghindar dari gue? Iyakan?"

Zidny pun menunduk tak berani menatap Iqbaal.

"Zee. Look at me!"

Iqbaal menyentuh dagu Zidny untuk kembali menatapnya.

"Sorry. Gue cuma gak mau lo anter jemput gue lagi Baal. Gue gak mau lo kerumah gue lagi."
Kini Iqbaal melihat mata Zidny yang berkaca-kaca.

"Why?" Ucap Iqbaal lirih.

"Karna gue gak mau nyokap gue liat kita masih dekat. Gue.."

"Nyokap lo nolak gue? Nyokap lo gak ngijinin kita untuk dekat lagi?"

Zidny kembali mengangguk. Iqbaal menghela nafasnya.
"Lo tau, mau nyokap lo, mau bokap lo, mau siapapun yang ngelarang gue untuk dekatin lo, itu gak akan ngaruh bagi gue." Ucap Iqbaal tegas.
Kini Iqbaal memegang kedua pipi Zidny dengan kedua tangannya.

"Lo tau karna apa?" Zidny menggeleng pelan sebagai pengganti jawabannya.
"Karena gak ada 1 orang pun yang berhak untuk menghalangi gue untuk mencintai lo, Zidny." Lanjut Iqbaal dengan tegas. Suara Iqbaal memang tak begitu keras, namun gendang telinga Zidny masih dapat mendengarnya.

"Iqbaal cinta sama gue?" Zidny masih menatap Iqbaal tak percaya.

"Bukannya kita udah pernah bilang yaa satu sama lain kalau kita emang saling cinta? Kalau gak cinta mana bisa kita sahabatan sampai saat ini. Yakan Baal?" Zidny tersenyum manis menatap Iqbaal. Iqbaal menggelengkan kepalanya.

"Gue mencintai lo bukan sebagai seorang sahabat. Gue mencintai lo sebagai seorang wanita, Zee."

Tubuh Zidny kembali menegang. Apa yang telah Iqbaal ucapkan barusan?

"Baal. Gue.."

"Sstt.."
Iqbaal menempelkan jari telunjuknya didepan bibir Zidny.
"Gue gak butuh jawaban lo. Gue cuma mau ungkapin perasaan gue. Gue cuma ingin lo tau tentang perasaan gue. Dan please.. Jangan pernah tunjukin didepan wajah gue ketika lo sama Aldi. Oke?"

Zidny tersenyum mendengar penuturan Iqbaal dan mengangguk perlahan. Iqbaal pun menarik tubuh Zidny kedalam dekapannya.
"Lo mau kan janji sama gue? Please. Jangan pernah dekat-dekat sama cowok selain gue, dihadapan gue."

"Iya. Gue janji."
Ucap Zidny dibalik punggung Iqbaal. Zidny pun melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Iqbaal.

"Lo mau kan janji sama gue, lo gak akan jauhin gue setelah pengakuan gue ini?" Iqbaal kembali meminta Zidny berjanji kepada dirinya.

"Iya. Gue janji gak akan jauhin lo."

"Lo juga mau kan janji sama gue untuk gak dengerin apa kata orang yang ingin memisahkan kita?"

Zidny kembali tersenyum dibalik punggung Iqbaal.
"Iya bawel. Gue janji."

"Lo janji kan.."

"Kok lo terus sih yang minta gue untuk janji. Lo sendiri gak mau janji?"
Ucap Zidny jutek dan melepaskan pelukan Iqbaal. Namun tangannya masih berada dipinggang Iqbaal.

"Emang lo mau gue janji apa?"
Iqbaal menatap Zidny lekat-lekat.

Zidny pun tampak berfikir sejenak.
"Hm. Gue cuma mau lo janji 1 hal sama gue."

"Apa?"
Iqbaal pun menaikkan 1alisnya tanda ingin tau apa yang akan dikatakan Zidny.

"Gue mau.. Lo janji.. Untuk.. Untuk gak pernah berhenti mencintai gue."
Ucap Zidny terbata-bata.

"Lo mau kan janji sama gue?"
Zidny masih menatap Iqbaal. Iqbaal pun tersenyum manis.

"Iya sayang. Gue janji. Gue janji sama lo, gue gak akan pernah berhenti mencintai lo sampai kapan pun."

Zidny merasa pipinya memanas. Untuk pertama kalinya Iqbaal memanggil dirinya "sayang". Iqbaal pun kembali memeluk Zidny.

"Lo tau? Ketika pipi lo merah kayak sekarang, gue malah makin jatuh cinta sama lo. Sejatuh-jatuhnya, Zee."
Ucap Iqbaal pelan tepat ditelinga Zidny.

"God! Iqbaal brengsek. Dia sukses bikin gue melting."
Maki Zidny dalam hati.

*
*
*
- Bersambung -

#PerbedaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang