Zidny baru saja merebahkan tubuhnya pada kasur empuk yang berada dikamar pribadinya. Ia masih mengingat kejadian barusan ketika lagi-lagi sang ibu membahas masalah dirinya yang berteman dengan Iqbaal. Zidny kembali menghela nafasnya. Awalnya, Eca tidak mempermasalahkan ketika Zidny berteman dengan Iqbaal, namun dari hari ke hari Eca melihat perubahan sikap Zidny yang wajahnya selalu terlihat berseri-seri ketika membicarakan sosok Iqbaal. Iqbaal yang mentraktir dirinya es krim green tea kesukaannya, Iqbaal yang mengajaknya pergi kesebuah danau buatan yang sejuk, Iqbaal yang selalu ingat dengan tanggal ulang tahun Zidny dan selalu memberikan surprise tepat dijam 12 malam, hingga Iqbaal yang tak pernah absen mengantar jemput Zidny untuk pergi kekantor bersama.
Walau Zidny selalu mengelak bahwa dirinya tak menyukai Iqbaal dan bahkan tak mencintai Iqbaal, namun Eca tau bahwa Zidny sendiri sedang berusaha membohongi hatinya sendiri. Eca pernah muda dan Eca juga pernah merasakan jatuh cinta, jadi ia tau betul jika anak gadisnya sedang jatuh cinta kepada Iqbaal. Eca bukanlah tipe ibu yang melarang anaknya bergaul dan menjalin hubungan yang serius kepada siapa pun, namun Eca sadar betul bahwa Iqbaal tidak 1 keyakinan dengan dirinya dan Eca tidak mau Zidny terlalu dalam mencintai Iqbaal karna sampai kapan pun mereka tidak akan pernah bisa bersama selain salah 1 dari mereka mengalah.
Zidny meraba lehernya perlahan dan menyentuh kalung salip yang selalu melekat pada tubuhnya.
"Apa gue terlalu egois? Apa gue salah? Gue cinta sama Iqbaal, dan gue rasa Iqbaal juga cinta sama gue. So? Kenapa cinta kita dilarang?"
Zidny masih saja sibuk berbicara pada dirinya sendiri."Jika Tuhan mempertemukan gue dengan Iqbaal, kenapa agama memisahkan kita? Kenapa orang-orang yang mengatasnamakan "agama" selalu melarang gue dan Iqbaal untuk bahagia?"
"Tuhan.. Zee sayang Iqbaal. Zee cinta Iqbaal. Emang Zee salah yaa?"
Lagi. Zidny hanya bisa bertanya pada dirinya sendiri tanpa tau apa jawabannya.
*****
Iqbaal baru saja mengenakan dasi kantornya ketika tiba-tiba hpnya berdering. Iqbaal menatap sekilas layar hpnya yg berada diatas meja. Tertera nama "Zidny" pada layar hpnya. Iqbaal segera mengangkat telfon tersebut.
"Ya Zee? Bentar lagi gue otw kerumah lo."
Iqbaal masih merapikan rambutnya sekilas didepan kaca."Baal. Gue naik taksi aja ya? Kita langsung ketemuan dikantor aja. Oke?"
Seketika Iqbaal memberhentikan aktivitasnya ketika mendengar penuturan Zidny.
"Loh. Kenapa? Tumben.""Iya. Gue... Pengen aja naik taksi. Udah lama juga. Lagian gue mau mampir ke bank dulu." Jelas Zidny berbohong kepada Iqbaal. Ia hanya tidak ingin Eca mengetahui bahwa ia dijemput oleh Iqbaal. Zidny hanya tidak ingin perdebatan seperti tadi malam terulang kembali.
"Yaudah, nanti kita mampir aja ke bank. Gue otw sekarang ya?"
"Gak usah Baal. Serius. Gue udah pesen taksi juga. Paling bentar lagi dateng taksinya. Ya? See you."
Baru saja Zidny hendak mematikan telfonnya ketika Iqbaal berkata yang membuat dirinya seketika membeku.
"Nyokap lo gak bolehin gue jemput lo lagi? Iya kan?" Ucap Iqbaal lirih.Zidny seketika terdiam. Ia bingung, apa yang harus ia katakan pada Iqbaal.
*****
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
#Perbedaan
RomanceProlog Zidny masih menatap Iqbaal yg sedang sholat Dzuhur. Entah kenapa hatinya begitu adem melihatnya. Ingin rasanya ia berdiri dibelakang Iqbaal untuk mengikuti semua gerakan sholat Iqbaal tapi rasanya gak mungkin. Ia saja hanya melihat Iqbaal dar...