20

65 5 1
                                    

Arras

Sejak hari itu, perlahan gue mulai menginginkan pekerjaan ini.

Awalnya gue dateng ke serendipity dengan alasan yang sederhana. Menyenangkan Nyokap dan mencari tahu siapa perempuan bernama Ai yang terlalu sering disebut – sebut itu. Gue nggak punya motivasi setinggi anak magang lain. Buat gue, berada disini hanyalah permainan yang harus gue jalani. Sebuah pengalaman baru menjadi seorang yang bukan apa – apa setelah hidup gue berubah.

Jujur, jika gue mau, gue bisa aja dateng ke perusahaan bokap dan meminta uang jaminannya setelah perceraian itu. Dia akan rela memberi gue segudang properti dan tabungan bernilai milyaran agar gue angkat kaki darisana. Jika saja harga diri gue sudah hilang, mungkin sekarang gue tengah mengambil S2 di Amrik. Menjalani hidup dengan uang haramnya, menikmati kehedonisan, dan berpura – pura bahagia.

Hanya saja jika dipikir ulang, gue terlalu muak untuk melakukan itu semua. Melihat Bokap yang bisa melakukan apa saja hanya dengan lembaran kertas yang memenuhi brangkasnya membuat gue ingin muntah. Biarlah dia menua dengan harta bendanya. Gue bersumpah nggak akan pernah kembali meski demi kebaikan diri gue sendiri. Lebih baik gue tunggang langgang di Jakarta ketimbang memohon kepadanya.

Setelah mengenal Ai, perlahan gue mengerti bahwa gue telah menyia-nyiakan kesempatan yang diberikannya. Pekerjaan ini memang bukan impian gue. Jauh melampaui batas bayangan gue ketika masih sekolah. Namun gue sangat membutuhkannya. Bukan hanya karena masalah finansial, tapi juga untuk tujuan gue setiap harinya. Dengan adanya pekerjaan ini, setidaknya gue selalu punya tugas untuk diselesaikan, deadline yang jadi acuan, dan semangat untuk bangun setiap pagi.

Seperti kata Ai waktu pertama kali gue datang ke kantor setelah berminggu – minggu,

People didn't want to see your hardship. They already busy with their own life. Instead, give them effort and show them that your hardship bring success.

Kini, gue berpegang teguh pada kata – katanya. Gue berusaha untuk menjadi seorang karyawan yang lebih baik dan dewasa. Disatu sisi gue melakukannya agar Ai tahu bahwa gue bisa berubah. Dan disisi lain gue melakukannya untuk diri gue sendiri.

Sekembalinya gue ke kantor, nggak banyak orang yang terkejut atau bertanya macam – macam. Mereka sudah sibuk oleh rentetan tugas yang diberikan, dan nggak ada waktu untuk saling catch up karena waktu break selalu digunakan untuk makan dan istirahat. Gue sendiri senang karena dengan begitu, gue nggak perlu menjelaskan kepada mereka.

Bedanya, setelah gue kembali, Ai sudah tidak lagi segan untuk berhadapan dengan gue. Dia menyapa ketika kami berpapasan. Nggak lagi bersikap jutek dan cuek seperti sebelumnya. Gue bahkan berani mengajaknya makan siang di luar setelah beberapa hari tukeran email. Dan gadis itu tidak menolak.

Makan siang kami diisi oleh celotehannya mengenai rapat yang alot. Dia juga menceramahi gue agar jaga kesehatan karena sebentar lagi jadwal lembur keluar. Disaat seperti itu gue merasa kalau Ai benar – benar concern kepada gue. Dan rasanya lega mengetahui bahwa perlahan gadis itu mulai peduli. Meski hanya sebatas basa – basi.

Kedekatan ini berawal dari tukeran nomor ponsel yang kami lakukan sesaat sebelum ia meninggalkan apartment gue malam itu. Dia sama sekali nggak menolaknya, justru bertanya apa gue punya social media lain seperti twitter atau facebook. Kami juga sempat saling mengirim pesan singkat. Isinya memang pertanyaan - pertanyaan basi kaya besok ada rapat nggak? Atau deadline laporannya kapan? Tapi gue merasa cukup karena bisa ngobrol walaupun hanya sebentar.

Yang gue nggak habis pikir adalah, seminggu setelah gue kembali ke kantor, gue iseng mengajaknya lari pagi sambil sarapan di deket apartment. Ajakan yang bener – bener absurd dan tanpa pikir panjang. Namun surprisingly, dia menerima. Kami berdua akhirnya menghabiskan pagi dengan jogging di sekitar taman. Dia melanjutkan obrolannya mengenai pekerjaan, bercerita tentang acara festival yang tinggal menghitung hari, dan gue mendengarkannya dengan seksama.

Another NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang